Sederet Tips Ala Mahasiswa Jogja Hadapi Dosen Killer

Sederet Tips Ala Mahasiswa Jogja Hadapi Dosen Killer

Iis Sulistiani, Novi Vianita - detikJogja
Rabu, 01 Nov 2023 18:23 WIB
Divers group of high school of college graduates smiling during the graduation ceremony. They are standing in a row.
Sederet Tips Ala Mahasiswa Jogja Hadapi Dosen Killer (Foto Ilustrasi mahasiswa di kelas: iStock)
Jogja -

Berhadapan dengan dosen killer menjadi tantangan tersendiri bagi para mahasiswa. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menghadapi tipe dosen ini, mulai dari mengenali karakternya dengan baik hingga patuh terhadap tata tertib.

Salah satu mahasiswi Universitas Sanata Dharma, Fidencia Mytha (20) membagikan tipsnya menghadapi dosen killer. Salah satu cara yang ia lakukan yaitu mempelajari materi sebelum memasuki kelas agar bisa menjawab kuis atau pertanyaan yang diberikan dosennya secara tiba-tiba. Selain itu, mental pun ia siapkan agar tidak 'mental' ketika berhadapan dengan dosen killer.

"Belajar materi, (mencari tahu) sebelum ngajar kelasku (dosen tersebut) mengajar di kelas mana biar tahu dia kasih pertanyaan atau kuis, dan nyiapin mental biar nggak mental," ujar Mytha saat dihubungi detikJogja, Rabu (1/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lain halnya dengan mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Asyifa Salma (20). Dirinya lebih memilih tak banyak bertanya saat bertemu dosen killer karena khawatir nilainya akan jelek. Ia berharap para dosen melihat evaluasi yang telah diberikan mahasiswa.

"Nggak gimana-gimana. Aku diemin aja, soalnya takutnya malah nilaiku jadi tambah jelek. Mungkin bisa dilihat lagi evaluasi dari para mahasiswa karena itu kan berpengaruh baik buat beliau juga. Semoga bisa memperbaiki sistem penilaian dari diri beliau sendiri sih," terang Salma.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta, Dymas Albert (22), berpendapat kritik yang diberikan dosennya tersebut merupakan cara membentuk mental mahasiswanya. Dia pun menyarankan agar teman-teman mahasiswa tak perlu mengambil hati ketika dinasihati dosen killer.

"Nggak usah terlalu dimasukin ke hati soal perkataan yang kurang mengenakkan dari dosen. Cukup anggap angin lalu aja. Ambil baiknya, buang buruknya," jelas Dymas.

"Mungkin memang itu cara dia ngebentuk mental mahasiswanya buat siap di dunia kerja. Jadi, kalau emang dikritik dan masih masuk akal ya udah kita jadiin evaluasi, tapi kalau udah nggak masuk akal ya udah biarin aja," sambung dia.

Menurut Dymas, selama poin yang disampaikan melalui kritik masih masuk akal, hal itu bukan suatu masalah. Namun, apabila sudah mengacu pada kekerasan verbal maupun non-verbal, maka patut untuk dilaporkan ke pihak berwajib.

"Tapi kalau kita mendapat perlakuan yang berbentuk kekerasan secara non-verbal, menurutku itu udah nggak pantes. Kampus merupakan tempat orang-orang yang berintelek, sedangkan tindakan tersebut tidak mencerminkannya. Menurutku itu udah di luar batas wajar sehingga patut untuk dilaporkan ke pihak berwajib," pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh Iis Sulistiani dan Novi Vianita peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads