'Kuyank' Debut di JAFF: Prekuel Saranjana Usung Horor Budaya Kalimantan

'Kuyank' Debut di JAFF: Prekuel Saranjana Usung Horor Budaya Kalimantan

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Selasa, 09 Des 2025 17:30 WIB
Kuyank Debut di JAFF: Prekuel Saranjana Usung Horor Budaya Kalimantan
Film Kuyank yang resmi diputar perdana dalam Special Screening Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20. Foto: Dok JAFF
Jogja -

Semesta Saranjana: Kota Gaib kembali diperluas lewat kehadiran film Kuyank yang resmi diputar perdana dalam Special Screening Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20, Jumat (6/12/2025). Prekuel ini menjadi salah satu yang paling ditunggu setelah Saranjana sebelumnya mencetak 1,2 juta penonton di Indonesia.

Disutradarai Johansyah Jumberan, filmmaker asal Kalimantan Selatan, Kuyank menggali legenda ilmu kuyang urban legend yang hidup kuat di masyarakat Kalimantan. Film ini dirancang bukan sekadar horor, tetapi juga sarat pendekatan budaya berkat riset panjang serta proses produksi yang sepenuhnya dilakukan di Kalimantan.

Untuk menghadirkan suasana yang autentik, seluruh proses shooting dilakukan 100 persen di berbagai wilayah Kalimantan. Sekitar 50 persen dialognya menggunakan Bahasa Banjar, bahasa daerah yang lazim digunakan masyarakat setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Talenta lokal pun ikut diperkuat, mulai dari aktor, kreator, hingga musisi Jeff Banjar yang kembali menyumbang soundtrack dalam Bahasa Banjar setelah lagunya di Saranjana sempat viral nasional.

ADVERTISEMENT

Daftar pemainnya pun bertabur bintang. Kuyank dibintangi Rio Dewanto, Barry Prima, Jollene Marie, Ochi Rosdiana, Dayu Wijanto, Ananda George, hingga Hazman Al Idrus. Kehadiran talenta Kalimantan menambah kedalaman karakter sekaligus memperkaya muatan budaya film.

Dari sisi produksi, skala Kuyank dibuat lebih besar dibanding pendahulunya. Efek visual dan unsur gaib digarap oleh LMN Studio, salah satu studio CGI terkemuka di Indonesia yang sudah menangani film-film besar nasional hingga internasional.

Sentuhan efek premium diharapkan mampu menghadirkan sosok kuyang yang lebih nyata dan mencekam, sekaligus mengangkat standar film horor lokal.

Meski menawarkan teror, Kuyank bukan sekadar kisah horor. Film ini membawa lapisan drama keluarga yang kuat tentang seorang perempuan yang berjuang mempertahankan rumah tangganya di tengah tekanan adat, budaya, dan ancaman gaib.

Secara cerita, Kuyank mengambil latar tujuh tahun sebelum gerbang kota gaib Saranjana terbuka. Film ini mengikuti Rusmiati dan Badri, pasangan berbeda latar yang nekat menikah meski diselimuti ramalan buruk.

Ketika tekanan keluarga dan ketiadaan anak mengguncang rumah tangga mereka, Rusmiati mengambil keputusan gelap: mempelajari ajian kuyang untuk menjaga cintanya. Namun pilihan itu justru memicu serangkaian teror yang mengancam desa.

Pemutaran perdana Kuyank di JAFF ke-20 menandai langkah penting film ini untuk membawa kekayaan budaya Kalimantan ke panggung internasional. Setelah debut di festival, Kuyank dijadwalkan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 29 Januari 2026.




(afn/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads