Kreatif! UAD Bikin Tas Siaga Bencana Multisensor, Bisa Dilacak dari HP

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Senin, 10 Nov 2025 12:34 WIB
Tas Siaga Bencana Multisensor buatan UAD. (Foto: dok. UAD)
Jogja -

Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menciptakan inovasi mitigasi kebencanaan berupa Tas Siaga Bencana Multisensor. Tas tersebut berbasis Internet of Things (IoT) dan didesain ramah pengguna atau user friendly.

Program tersebut diimplementasikan di Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul. Diketahui, wilayah tersebut rentan terjadi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi.

Adapun ketua dari program tersebut adalah Dr. Umi Salamah, S.Si., M.Sc. yang beranggotakan Dr. Vera Yuli Erviana, S.Pd., M.Pd., dan Hadi Sasongko, S.Si., M.Si. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST) UAD turut dilibatkan sebagai pelaksana lapangan.

Program ini didanai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui skema Mahasiswa Berdampak (BEM PM) dengan melibatkan tiga dosen serta 20 mahasiswa lintas program studi.

"Ide pembuatan tas ini berawal dari keprihatinan terhadap banyaknya berkas penting masyarakat yang hilang saat bencana, seperti ijazah atau sertifikat tanah. Tas ini dirancang agar mampu melindungi dokumen berharga sekaligus membantu proses pencarian ketika hanyut atau tertimbun," jelas Umi Salamah dalam rilis yang diterima detikJogja pada Senin (10/11/2025).

User Friendly dan Adaptif

Tas Siaga Bencana Multisensor itu berbentuk ransel yang memiliki sejumlah kompartemen penyimpanan dokumen penting. Tas tersebut memiliki komponen elektronik seperti sensor water level, GPS, LED, buzzer, dan ESP32 yang terintegrasi dengan aplikasi Android berbasis IoT.

Buzzer dan LED bakal menyala saat tas tersebut terendam air pada level tertentu. Selanjutnya, ESP32 bakal mengirim notifikasi peringatan ke smartphone pengguna.

Adanya GPS memungkinkan lokasi tas terlacak melalui jaringan internet untuk memudahkan tim penyelamat atau pemilik menemukan tas yang hanyut atau tertimbun. Meski berbasis IoT, sistem tersebut masih berfungsi meski tanpa jaringan internet.

Meski pelacakan GPS sementara tidak berfungsi tanpa internet, tapi fitur LED, dan buzzer tetap aktif sebagai indikator bahaya. Oleh karena itu, tas ini berfungsi sebagai alat mitigasi, bukan sistem peringatan dini atau early warning system. Sebab tas tersebut diciptakan untuk mengamankan dokumen berharga saat terjadi bencana.

Hasil Uji dan Pengembangan Lanjutan

Serangkaian uji biodegradabilitas dan sensor telah dilakukan terhadap tas tersebut. Selama setahun pengujian, tas tersebut terbukti tahan air dan tanah tanpa penurunan massa signifikan.

Hasil dari uji tenaga ahli menunjukkan tas tersebut merupakan produk user friendly. Selain itu, tas itu sesuai dengan fungsi mitigasi bencana.

Tim UAD pun memperbarui aplikasi menjadi Tagana versi 1.2 yang memiliki tampilan lebih komunikatif dalam tahap pengembangan terbaru. Pengujian lanjutan bakal menggunakan gelombang radio guna mengatasi GPS yang bergantung pada jaringan internet.

Selain itu, tas tersebut bakal dikembangkan untuk tahan api agar bisa digunakan dalam mitigasi kebakaran.

Kolaborasi Multipihak dan Dampak Nyata

Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Sriharjo menjadi mitra utama dalam program tersebut. Dalam kemitraan itu, Kopdes Merah Putih dilatih untuk memproduksi tas dan FPRB menjadi penerima manfaat.

Kopdes Merah Putih bakal bekerja sama dengan KUBI UAD dan PT AMT guna mengembangkan unit bisnis rintisan berbasis teknologi mitigasi bencana.

"Respons masyarakat sangat positif, terutama FPRB yang melihat inovasi ini sebagai terobosan baru dalam mitigasi bencana berbasis komunitas. Sebelumnya, belum ada sistem serupa yang secara langsung mengamankan dokumen pribadi warga," kata Umi.

Melalui program tersebut, UAD turut melakukan pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat, tidak hanya memperkenalkan inovasi teknologi. Sosialisasi mitigasi, pelatihan produksi, dan pendampingan pemasaran digital juga dilakukan untuk membentuk komunitas tanggung bencana sekaligus menciptakan peluang usaha baru berbasis teknologi kebencanaan.

Program tersebut diharapkan dapat mewujudkan warga Sriharjo yang lebih resilien, mandiri, dan melek teknologi dalam menghadapi bencana.

"Tas Siaga Bencana Multisensor adalah simbol kolaborasi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kepedulian sosial. UAD berkomitmen menjadikan riset ini sebagai inovasi berkelanjutan yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat," pungkas Umi.



Simak Video "Kominfo Bangun Sistem Peringatan Dini Bencana, Aktif di TV-Ponsel"

(ams/apl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork