Mengenal Padukuhan Gunting Bantul, Konon Persembunyian Prajurit Diponegoro

Mengenal Padukuhan Gunting Bantul, Konon Persembunyian Prajurit Diponegoro

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Senin, 01 Des 2025 18:38 WIB
Papan selamat datang di Pedukuhan Gunting, Gilangharjo, Pandak, Bantul, Senin (1/12/2025).
Papan selamat datang di Pedukuhan Gunting, Gilangharjo, Pandak, Bantul, Senin (1/12/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Salah satu Padukuhan di Gilangharjo, Pandak, Bantul memiliki nama yang unik, yakni gunting. Nama tersebut ternyata karena dahulu ada dua pohon yang menyilang menyerupai gunting.

Pantauan detikJogja, Padukuhan Gunting berada di perbukitan dan suasananya masih terbilang asri. Di Gunting masih banyak pepohonan rindang yang tumbuh di dekat pemukiman warga.

Selain itu ada pula Sendang Pelempoh di pinggir Jalan utama Gunting. Di sendang tersebut terdapat pendopo dan mata air yang berada di bawah pohon berukuran besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dukuh Gunting, Tumilan, menjelaskan bahwa asal usul nama Gunting tidak lepas dari perang Diponegoro. Tumilan mengungkapkan bahwa dahulu ada salah satu prajurit Diponegoro yang bersembunyi di dekat Sendang Pelempoh.

"Jadi ada satu prajurit Pangeran Diponegoro yang lari dan sembunyi di sini (Gunting) saat diserang Belanda," katanya saat ditemui wartawan di kediamannya, Gunting, Bantul, Senin (1/12/2025).

ADVERTISEMENT

Sendang Pelempoh yang berada di pinggir Jalan utama Pedukuhan Gunting. Konon jalan tersebut menjadi lokasi dua pohon yang tumbuhnya menyilang menyerupai gunting.Sendang Pelempoh yang berada di pinggir Jalan utama Pedukuhan Gunting. Konon jalan tersebut menjadi lokasi dua pohon yang tumbuhnya menyilang menyerupai gunting. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Selama dalam persembunyian, prajurit itu membuat pesanggrahan atau bangunan berupa tempat peristirahatan di dekat Sendang. Saat itu, prajurit tersebut melihat ada dua pohon yakni pohon pelem atau mangga dan pohon kepuh di dekat Sendang Pelempoh.

"Karena dua pohon itu tumbuhnya menyilang seperti gunting akhirnya wilayah itu dinamakan Gunting. Lalu nama Sendang Pelempoh dari kata pelem dan kepuh," ujarnya.

Prajurit itu lalu dikenal sebagai Kiai Selarong dan akhirnya menikah dengan perempuan yang dikenal Nyai Selarong. Setelah itu keduanya memiliki keturunan dan mulai membuat permukiman hingga dikenal sebagai Padukuhan Gunting.

"Jadi Kiai Selarong itu ya orang pertama yang tinggal di Gunting, dan dia pula yang memberi nama Gunting," ucapnya.

Terkait lokasi pohon pelem dan kepuh yang tumbuh menyilang, Tumilan menyebut ada di dekat Sendang Pelempoh. Namun saat ini pohon tersebut sudah tidak ada di Padukuhan dengan jumlah 325 kepala keluarga (KK) ini.

"Saat ini pohon itu sudah tidak ada dan itu sudah sejak lama, sebelum Indonesia merdeka. Pokoknya pohon itu ada lokasi yang saat ini jadi jalan aspal dekat Sendang Pelempoh," katanya.

Sumber mata air atau yang disebut sendang. Tampak sendang itu berada di bawah pohon berukuran besar.Sumber mata air atau yang disebut sendang. Tampak sendang itu berada di bawah pohon berukuran besar. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Di sisi lain, Tumilan menceritakan bahwa ada tradisi turun temurun yang kerap masyarakat Gunting gelar di Sendang Pelempoh. Tradisi itu bernama Baritan Saparan dan berlangsung setiap hari Jumat Pon di Bulan Safar.

"Di Sendang Pelempoh itu ada tradisi baritan saparan setiap Jumat Pon Bulan Safar, itu adalah wujud syukur atas apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Tradisi itu biasanya sedekah berupa ayam ingkung dan ubarampe dan nanti doa bersama," ujarnya.

Perlu diketahui, Bulan Safar adalah bulan kedua dalam Kalender Hijriah. Bulan Safar sendiri biasanya dimulai sekitar pertengahan bulan Juli dan berakhir pada pertengahan Bulan Agustus.

"Tiap malam Jumat juga ada pengajian di kawasan Sendang Pelempoh," ucapnya.




(afn/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads