10 Dongeng Horor Sebelum Tidur Panjang dan Pendek Paling Seram di Dunia

10 Dongeng Horor Sebelum Tidur Panjang dan Pendek Paling Seram di Dunia

Anindya Milagsita - detikJogja
Selasa, 18 Nov 2025 18:00 WIB
Dongeng Horor Sebelum Tidur Panjang dan Pendek Paling Seram di Dunia
Membaca dongeng horor sebelum tidur. (Foto: freepik/Freepik)
Jogja -

Membaca dongeng horor paling seram sebelum tidur mungkin jadi kegiatan yang seru dan menyenangkan bagi sebagian orang. Untuk itu, bagi kamu yang butuh referensi bacaan dongeng horor sebelum tidur yang berasal dari berbagai belahan dunia, mari simak uraiannya berikut ini.

Sama halnya dengan Indonesia, di negara-negara lain juga berkembang berbagai kisah horor. Beberapa di antaranya mungkin tidak terlepas dari mitos atau kepercayaan di tengah masyarakat. Dengan mengetahui dongeng-dongeng horor dunia bisa menambah wawasan baru tentang adanya kepercayaan atau kisah lain yang berkembang di tengah masyarakat setempat.

Penasaran ingin mengetahui seperti apa gambaran dongeng horor paling seram di dunia yang bisa dibaca sebelum tidur? Simak ulasannya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

10 Dongeng Horor Sebelum Tidur Paling Seram di Dunia

Beberapa dongeng horor didasarkan dari kisah nyata, tapi tidak sedikit juga yang hanya karangan semata. Dihimpun dari laman Haunted Rooms, Urban Epics, Savvy Tokyo, dan buku 'Kumpulan Dongeng Klasik Korea' oleh Hendri Yulius, berikut kumpulan dongeng horor dari seluruh dunia.

ADVERTISEMENT

Kumpulan Dongeng Horor Sebelum Tidur Pendek

1. Ada Seseorang di Bawah Tempat Tidurku

Aku adalah seorang ayah yang menidurkan putraku yang masih kecil. Aku mulai menidurkannya dan dia berkata, "Ayah, periksa apakah ada monster di bawah tempat tidurku."

Aku melihat ke bawah untuk mencari. Di sana, tepat di bawah tempat tidur, aku melihat putraku sendiri. Dirinya yang lain, di bawah tempat tidur, menatapku sambil gemetar.

Putraku yang berada di bawah tempat tidur berbisik, "Ayah, ada seseorang di tempat tidurku."

2. Kisah Wanita Salju

Seorang pemuda yang sedang mencari peruntungan sedang melewati pegunungan bersalju, ketika ia terjebak badai salju yang terjadi tiba-tiba dan tersesat. Hampir mati beku, ia hampir putus asa ketika seorang wanita asing, berbalut es dan berwajah sepucat salju, muncul di hadapannya, seorang Yuki-onna.

Karena ia masih sangat muda, Yuki-onna merasa kasihan padanya, dan menuntunnya ke sebuah kabin hangat di hutan, menyelamatkan hidupnya. Namun, sebagai imbalan atas penyelamatannya, wanita itu memaksanya berjanji untuk tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang pertemuan mereka.

Bertahun-tahun kemudian, pemuda itu bertemu dan menikahi seorang gadis menawan bernama Yuki, dan mereka hidup bahagia bersama selama bertahun-tahun. Namun suatu hari, pemuda itu bercerita kepada istrinya tentang bagaimana ia pernah diselamatkan oleh Yuki-onna yang misterius, dan mengingkari janjinya.

Saat ia menceritakan kisah ini kepada istrinya, wajah istrinya memucat dan embun beku mulai menyelimuti tubuhnya. Ternyata, identitas asli istrinya adalah Yuki-onna. Karena janjinya diingkari, ia pun menghilang kembali ke dalam malam musim dingin.

3. Hantu di Rumah

Tadi malam seorang teman bergegas membawaku keluar rumah untuk menonton pertunjukan pembuka di sebuah bar lokal. Selama di sana, aku baru sadar ponselku hilang.

Aku memeriksa meja tempat kami duduk, bar, kamar mandi. Setelah gagal, aku menggunakan ponsel temanku untuk meneleponku. Setelah dua dering, seseorang menjawab, tertawa kecil, lalu menutup telepon.

Mereka tidak menjawab lagi. Akhirnya aku menyerah dan pulang. Ternyata, aku menemukan ponselku tergeletak di nakas, tepat di tempat aku meninggalkannya.

4. Terowongan

Kembali ke awal tahun 1939, ada tiga gadis, dua di antaranya bersaudara, Georgia dan Amelia. Georgia berusia sembilan tahun dan Amelia sebelas tahun. Gadis yang satunya adalah sahabat Amelia, Harper, yang juga berusia sebelas tahun.

Suatu hari, ketika semua gadis itu berada di hutan, mereka melihat bayangan di ujung terowongan. Georgia ketakutan, tetapi mereka tetap menyusuri terowongan. Georgia mulai mendengar seseorang menyapa. Awalnya, ia mengira itu adalah saudara perempuannya, tetapi saudara perempuannya berada tepat di sebelahnya, dan suara itu berasal dari ujung terowongan.

Kemudian, ia melihat darah di dinding yang bertuliskan "Selamatkan Dirimu". Suara itu semakin keras, tetapi saudara perempuannya tetap tidak dapat mendengarnya dan tidak dapat melihat apa yang ada di dinding.

Kemudian mereka mulai mendengar ibu mereka berteriak, "Makan Malam Sudah Selesai". Ketika Georgia mulai melakukan penelitian di hutan itu, ada seorang gadis yang terbunuh di terowongan itu. Namanya Georgia, dia berusia sebelas dua tahun. Georgia mencoba mencari foto gadis itu, dan akhirnya ia menemukannya. Foto itu adalah foto dirinya yang baru saja diambil.

5. Hantu Okiku

Dahulu kala, ada seorang gadis bernama Okiku yang tinggal di Kastil Himeji sebagai pelayan samurai Aoyama. Salah satu tugas Okiku adalah merawat koleksi sepuluh piring berharga milik majikannya. Namun, suatu hari, ketika Okiku sedang mencuci piring-piring itu, ia menyadari ada satu piring yang hilang. Berapa kali pun ia menghitung, ia selalu kekurangan satu. Sang majikan pun murka karena Okiku kehilangan piringnya dan melemparkannya ke dalam sumur.

Dibunuh dengan begitu brutal, jiwa Okiku tak bisa tenang. Setiap malam, arwahnya merangkak keluar dari sumur untuk terus menghitung piring-piring tuannya. Ia akan menghitung sampai sembilan, lalu, setelah menyadari piring kesepuluh masih hilang, ia akan menjerit memekakkan telinga. Jeritan Okiku membuat semua orang di istana terjaga semalaman selama berminggu-minggu, sampai seorang pendeta Buddha akhirnya menenangkannya.

6. Rahasia Yamamba

Dahulu kala, seorang pendeta Buddha terjebak badai, tetapi untungnya ia melewati sebuah gubuk yang sepi. Seorang wanita tua yang baik hati mengundangnya masuk, menyambutnya dengan makanan dan api unggun yang hangat. Meskipun ramah, ia memberi pendeta itu peringatan yang aneh, "Apa pun yang terjadi, jangan melihat ke ruang belakang."

Tak mampu menahan rasa ingin tahunya, sang pendeta tak mengindahkan peringatan perempuan tua itu. Begitu perempuan itu keluar untuk mengumpulkan kayu bakar, pendeta itu mengintip melalui celah pintu. Ia ngeri mendapati ruangan itu penuh dengan mayat-mayat yang setengah dimakan.

Pendeta itu menyadari bahwa perempuan tua itu adalah seorang Yamamba, yang memikat para pelancong yang tak menaruh curiga ke rumahnya, lalu mencabik-cabik mereka untuk santapan berikutnya. Ia pun lari secepat mungkin dari gubuk itu dan tak menoleh ke belakang.

7. Si Rambut Hitam

Dahulu kala, seorang samurai miskin tinggal di Kyoto bersama istrinya. Seorang bangsawan kaya dari negeri jauh mengundang samurai itu untuk menjadi pengikutnya. Karena kesempatan itu begitu terhormat, ia terpaksa menerimanya, meninggalkan istrinya yang menunggu dalam kemiskinan di rumah hingga ia kembali.

Bertahun-tahun kemudian, setelah melayani tuannya dengan setia, sang samurai akhirnya kembali ke Kyoto. Meskipun rumahnya rusak parah, istrinya masih ada di sana untuk menyambutnya pulang dengan gembira. Setelah bersatu kembali, keduanya menghabiskan sepanjang malam mengobrol dan tertawa bersama sebelum akhirnya tertidur.

Ketika sang samurai terbangun, kehangatan yang ia rasakan semalaman saat memeluk istri tercintanya telah hilang. Sebaliknya, ia membuka mata dan mendapati dirinya hanya memeluk kerangka dingin, terbungkus rambut hitam panjang.

Sang samurai mengetahui bahwa istrinya meninggal dunia karena kesedihan pada musim panas sebelumnya, tetapi kerangkanya tetap berada di dalam rumah selama itu, menunggu dengan setia kepulangannya.

Kumpulan Dongeng Horor Sebelum Tidur Panjang

1. Hantu Perempuan yang Patah Hati

Alkisah di zaman dahulu, hiduplah seorang anak perempuan dari keluarga miskin yang jatuh cinta pada seorang laki-laki dari keluarga kaya. Perbedaan status membuat mereka tak dapat saling bertemu dan berkenalan. Akibatnya anak perempuan itu sangat sedih dan kecewa.

Kesedihan yang mendalam membuat ia jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu, arwah perempuan itu tak tenang dan terus menghantui pemuda kaya itu. Semua yang dilakukan pemuda itu selalu gagal, termasuk ujian untuk masuk sekolah tinggi.

Akibat kegagalannya yang bertubi-tubi, membuat pemuda itu putus asa. Ia memutuskan untuk berkelana. Di tengah perjalanan, tak sengaja ia bertemu dengan seorang biksu yang sedang berusaha menebus dosanya.

"Dosa apa yang telah kau perbuat hingga kau harus menjadi biksu dan berkelana seperti ini?" tanya pemuda itu. Biksu itu pun bercerita...

Pada suatu hari, ia bertemu dengan seorang gadis cantik. Ia sangat menginginkan gadis itu, hingga berniat untuk melakukan hal yang tak pantas pada perempuan itu. Perempuan itu tak kuasa menolaknya. Sang biksu masih berusaha untuk mengekang hawa nafsunya, tapi akhirnya ia malah membunuh perempuan itu.

"Betapa teganya kau! Mengapa kau malah membunuh perempuan itu? Mengapa kau tak bisa menahan hawa nafsumu?" tanya si pemuda itu dengan berang.

"Hebat sekali kau menceramahiku! Tidakkah kau tahu bila kau juga membuat seorang perempuan menderita hingga akhirnya meninggal?" ucap Biksu itu tak mau kalah.

Mereka bertengkar hingga tak sengaja kaki biksu tergelincir dan jatuh ke dalam jurang. Beberapa menit setelah itu, tiba-tiba terdengar suara kedua perempuan yang sedang bertarung. Pemuda itu berusaha mencari asal suara itu, tetapi ia tak berhasil menemukannya.

Ketika tertidur, pemuda itu melihat arwah perempuan dalam mimpinya. Arwah itu berkata berkata, "Terima kasih karena kau telah memberikan pelajaran kepada lelaki yang tega membunuhku. Sebagai balasannya, kau kubebaskan dari gangguan hantu perempuan yang patah hati kepadamu. Selama ini ia selalu mengganggumu."

Sejak saat itu, hidup si pemuda itu menjadi seperti orang biasanya. Tak ada lagi kekuatan gaib yang selalu menghalanginya untuk berhasil.

2. Kursi Kayu Tua

Ketika saya dan adik perempuan saya, Betsy, masih kecil, keluarga kami tinggal sebentar di sebuah rumah pertanian tua yang menawan. Kami senang menjelajahi sudut-sudutnya yang berdebu dan memanjat pohon apel di halaman belakang.

Tapi hal favorit kami adalah hantu. Kami memanggilnya Ibu, karena dia tampak begitu baik dan penyayang.

Suatu pagi, saya dan Betsy terbangun, dan di setiap meja nakas kami, kami menemukan sebuah cangkir yang tidak ada di sana semalam. Ibu meninggalkannya di sana, khawatir kami akan haus semalaman. Dia hanya ingin merawat kami. Di antara perabotan asli rumah itu ada sebuah kursi kayu antik yang kami simpan di dinding belakang ruang tamu.

Setiap kali kami sibuk, menonton TV atau bermain game, Ibu akan menggeser kursi itu ke depan, melintasi ruangan, ke arah kami. Terkadang dia berhasil memindahkannya sampai ke tengah ruangan. Kami selalu merasa sedih meletakkannya kembali ke dinding. Ibu hanya ingin berada di dekat kami.

Bertahun-tahun kemudian, lama setelah kami pindah, saya menemukan sebuah artikel koran lama tentang rumah pertanian asli itu. Penghuninya, seorang janda. Ia membunuh kedua anaknya dengan memberi mereka masing-masing secangkir susu beracun sebelum tidur. Lalu ia gantung diri.

Artikel itu memuat foto ruang tamu rumah pertanian itu, dengan tubuh seorang wanita tergantung di balok. Di bawahnya, terguling, terdapat kursi kayu tua itu, tepat di tengah ruangan.

3. Sumur Tua

Di jantung sebuah desa kecil yang terpencil, berdiri sebuah sumur kuno, dinding batunya telah aus karena digunakan selama berabad-abad. Sumur itu adalah urat nadi kehidupan desa, menyediakan air untuk minum, memasak, dan mencuci.

Namun, sumur itu lebih dari sekadar sumber air-sumur itu adalah pusat legenda kelam yang hanya dibicarakan penduduk desa dengan suara pelan, sebuah kisah yang diwariskan turun-temurun. Legenda itu menceritakan tentang sesosok makhluk yang hidup di dasar sumur, makhluk mengerikan yang memakan jiwa orang-orang yang berani mengambil air setelah gelap.

Penduduk desa menganggap serius legenda tersebut, karena selama bertahun-tahun telah terjadi kasus orang hilang-orang-orang yang datang ke sumur setelah matahari terbenam dan tak pernah terlihat lagi. Sumur itu selalu ditutup rapat saat senja, tutup kayunya yang berat terpasang dengan kokoh, dan tak seorang pun diizinkan mendekatinya hingga matahari terbit kembali.

Namun, seperti semua legenda lainnya, ada orang-orang yang tidak percaya, yang menganggap cerita-cerita itu tak lebih dari takhayul kuno. Jacob adalah salah satu dari orang-orang itu. Seorang anak laki-laki berusia lima belas tahun yang keras kepala dan keras kepala, ia mencemooh gagasan tentang makhluk yang hidup di dalam sumur.

Ia telah mengambil air dari sumur itu berkali-kali, dan tidak pernah terjadi apa-apa. Baginya, peringatan-peringatan itu hanyalah ocehan orang-orang tua, laki-laki dan perempuan, yang berpegang teguh pada masa lalu.

Suatu sore, saat matahari terbenam di balik cakrawala dan desa mulai memasuki kesunyian malam, ibu Jacob memintanya untuk mengambil air dari sumur. Ibunya sibuk seharian, dan tak ada air tersisa untuk makan malam. Jacob ragu sejenak, melirik ke luar jendela ke arah kegelapan yang mulai menyelimuti, tetapi kemudian ia menepis rasa khawatirnya.

Sumur itu hanyalah sumur, dan ia tidak takut pada makhluk khayalan. Meraih kendi kosong, Jacob melangkah keluar, menikmati udara malam yang sejuk. Desa itu sunyi, satu-satunya suara hanyalah desiran angin lembut di sela-sela pepohonan. Langit berwarna ungu tua, sinar matahari terakhir memudar saat bintang-bintang mulai berkelap-kelip di atas kepala.

Sumur itu berdiri di tengah desa, batu-batu tuanya berkilau redup dalam cahaya redup. Saat Jacob mendekat, ia merasakan sedikit hawa dingin, tetapi ia mengabaikannya, alih-alih fokus pada tugas yang sedang dikerjakan. Ia meletakkan kendi di samping sumur dan mengangkat tutup kayunya yang berat, berderit karena usahanya.

Udara di dalam sumur terasa dingin dan lembap, membawa aroma tanah yang samar dari batu basah. Jacob mengikatkan ember ke tali dan menurunkannya ke dalam sumur, mendengarkan derit tali saat turun ke dalam kegelapan.

Ember itu mengenai air dengan bunyi cipratan pelan, dan Jacob mulai memutarnya kembali, pikirannya melayang saat ia bekerja. Namun, ketika ember itu hampir mencapai puncak, ia mendengar sesuatu-samar, hampir tak terdengar, tetapi ada di sana. Suara gemericik rendah, seperti gelembung air jauh di bawah.

Jacob terdiam, mengerutkan kening, lalu menggeleng. Mungkin itu hanya suara air yang menggema di dinding sumur. Ia mengangkat embernya hingga penuh dan mengisi kendinya, tetapi saat ia membungkuk untuk menutupnya, ia melihat sekilas gerakan dalam kegelapan di bawah.

Jantungnya berdebar kencang, dan ia mencondongkan tubuh lebih dekat, mengintip ke dalam sumur. Airnya tenang, memantulkan bintang-bintang di atas, tetapi saat ia mengamati, riak-riak mulai menyebar di permukaannya. Sesuatu bergerak di bawah sana, sesuatu yang besar dan lambat, muncul dari kedalaman.

Napas Jacob tercekat di tenggorokan saat makhluk itu muncul dari air. Makhluk itu berbeda dari apa pun yang pernah dilihatnya-semacam gumpalan daging dan urat yang aneh dan berlendir, tubuhnya berkilau karena air. Lengan-lengan panjang dan berotot terjulur dari sisi-sisinya, berujung pada jari-jari yang bercakar dan berselaput.

Wajahnya bagaikan mimpi buruk, matanya berkilat hijau pucat, mulutnya menganga lebar penuh gigi tajam dan bergerigi. Makhluk itu menatap Jacob, matanya terkunci padanya, dan ia berbicara dengan suara yang terdengar seperti gelembung air, dalam dan bergema.

"Aku telah menunggumu," bisiknya, kata-katanya membuat Jacob merinding. "Aku lapar, dan kau harus memberiku makan."

Jacob dicekam rasa ngeri saat lengan panjang makhluk itu terjulur, melilit kakinya, dan menariknya lebih dekat ke tepi. Ia meronta, menendang dan mencakar batu-batu itu, tetapi cengkeraman makhluk itu terlalu kuat.

Ia menyeretnya ke arah mulut sumur yang gelap dan menganga, tubuhnya yang dingin dan basah melilitnya seperti ular. Jacob mencoba berteriak, tetapi suaranya hilang ditelan gemuruh makhluk itu saat ia menariknya ke dalam sumur.

Kegelapan menelannya bulat-bulat, air dingin menutupi kepalanya saat makhluk itu menyeretnya semakin dalam ke jurang. Hal terakhir yang Jacob dengar adalah gema jeritannya sendiri, yang memantul dari dinding batu, sebelum semuanya hening.

Penduduk desa pun mendengar jeritan itu, menggema sepanjang malam, dan mereka bergegas ke sumur, membawa obor. Namun, ketika mereka tiba, sudah terlambat. Air sumur telah berubah menjadi merah tua pekat, dan ember kayu itu mengapung di permukaan, kosong. Makhluk itu telah lenyap, lenyap kembali ke kedalaman, tanpa meninggalkan jejak Jacob.

Pada hari-hari berikutnya, para tetua desa memutuskan untuk menutup sumur itu selamanya, menutupinya dengan batu-batu besar, dan memperingatkan penduduk desa untuk tidak membicarakannya lagi. Namun, legenda tentang makhluk itu tetap hidup, dibisikkan di antara anak-anak yang berani melewati sumur di malam hari.

Mereka mengatakan makhluk itu masih tinggal di dasar sumur, menunggu arwah berikutnya mengambil air setelah gelap. Dan di tengah malam, jika Anda berdiri cukup dekat, Anda masih bisa mendengar suara gemericik samar yang datang dari bawah, suara makhluk yang sedang mengaduk, lapar, dan menunggu korban berikutnya.

Itulah tadi kumpulan dongeng horor sebelum tidur paling seram di dunia versi panjang dan pendek. Selamat membaca!




(sto/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads