Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X menganalisis sebuah arca Agastya yang baru-baru ini ditemukan di Padukuhan Klangkapan 2, Seyegan, Sleman. Balai memerlukan waktu untuk menentukan apakah arca ini merupakan cagar budaya atau bukan.
"Belum. Itu kemarin baru dilakukan pengamanan, kan dari petugas kami ke sana. Kemudian dibawa ke kantor Bogem, nanti akan dianalisis. Kami punya tim analisis benda temuan," kata Kepala BPK Wilayah X Manggar Sari Ayuati saat dihubungi wartawan, Rabu (10/9/2025).
Tim akan memeriksa arca dari berbagai aspek untuk menentukan apakah arca tersebut merupakan benda kuno atau buatan baru. Hasil analisis ini akan menentukan apakah arca tersebut memenuhi kriteria sebagai cagar budaya.
Proses analisis dan penentuan status arca ini memerlukan waktu karena tim harus mengadakan rapat untuk membahas temuan tersebut.
"Kami butuh waktu untuk rapat karena tim analisis kami terdiri dari banyak ahli. Kami akan mengumpulkan temuan-temuan lain jika ada dan merapatkannya secara bersamaan," katanya.
Apabila arca tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai cagar budaya, arca akan dikembalikan kepada penemu. Namun, jika memenuhi kriteria dan harus dimiliki oleh negara, penemu akan mendapatkan kompensasi.
"Kompensasi ini akan diberikan kepada penemu dengan parameter penilaian tertentu, seperti keaslian, nilai ilmiah, kondisi fisik, dan kejujuran penemu," tambahnya.
Arca Agastya yang ditemukan ini diduga berasal dari era Mataram Kuno. Temuan-temuan sebelumnya, yaitu arca Agastya, Durga, dan Nandi yang ditemukan pada tahun 2017 di sekitar lokasi yang sama, juga telah teridentifikasi sebagai cagar budaya dari era yang sama.
"Tidak pas di situ, tapi sekitar di situ. Sudah termasuk cagar budaya. Temuannya tahun 2017, jadi memang Agastya, Durga dan Nandi pada saat itu," katanya.
Akan tetapi, dia menduga arca-arca tersebut bukan berasal dari satu bangunan candi, melainkan terbawa arus sungai atau dipindahkan. Sebab, tidak mungkin terdapat Agastya dalam satu bangunan.
"Karena Agastya kan nggak mungkin dua dalam satu itu. Bukan dari satu bangunan. Kadang-kadang seperti itu, apa, transportir gitu loh cuma pindahan dari mana," kata dia.
Sebelumnya, warga Padukuhan Klangkapan 2, Margoluwih, Seyegan, Sleman, menemukan benda berupa arca. Benda cagar budaya itu ditemukan oleh seorang anak saat sedang memancing di bibir Sungai Krusuk.
Kepala Dukuh Klangkapan 2, Budi Arifin menjelaskan kronologi penemuan arca yang terjadi pekan lalu tersebut. Budi mengatakan, penemuan arca ini bermula saat seorang anak yang sedang memancing di sungai.
Anak tersebut melihat sesuatu yang tidak biasa di sungai, yang ternyata adalah bagian dari sebuah arca.
"Cuma kelihatan kepalanya saja," ujar Budi saat dihubungi wartawan, Selasa (9/9/2025).
Kebetulan, Budi berada di dekat lokasi penemuan karena berada dekat dengan kolam ikan miliknya. Anak itu langsung menghampiri Budi dan memberitahu penemuan arca tersebut.
Ia kemudian memanggil beberapa warga untuk membantu membersihkan arca dan mengangkatnya ke tempat yang lebih aman di tepi sungai. Setelah arca berhasil dievakuasi, Budi segera melaporkan temuan itu ke kelurahan.
"Saya manggil bapak-bapak dekat kolam untuk bantu itu, dibersihkan. Bantuin bersihkan, lalu dinaikkan ke agak atas bibir sungai," jelas dia.
Dia menyebutkan, arca yang ditemukan dalam kondisi utuh. Meski demikian arca memiliki beberapa kerusakan kecil.
"Kondisinya untuk wajah, kaki masih utuh semua, masih bagus, cuma tangannya agak rusak sedikit, tangan kanan," jelas Budi.
"Arca tinggi 90 sentimeter lebar 42 sentimeter," lanjut dia.
Temuan itu, lanjut Budi, juga telah dilaporkan ke instansi terkait dan telah dievakuasi. Dari informasi yang dia terima arca merupakan arca agastya yang diperkirakan dari masa Mataram Kuno bercorak Hindu.
"Jenis arcanya arca agastya. Diperkirakan zaman Mataram kuno, hindu," ucap dia.
Simak Video "Video: Melihat SMPN 3 Jakarta yang Kini Jadi Bangunan Cagar Budaya"
(afn/alg)