Serunya Adu Cepat Tarik Pelepah Kelapa di Festival Nglarak Blarak Kulon Progo

Serunya Adu Cepat Tarik Pelepah Kelapa di Festival Nglarak Blarak Kulon Progo

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Minggu, 24 Agu 2025 08:26 WIB
Peserta unjuk kebolehan dalam Festival Nglarak Blarak di Alun-Alun Wates, Kulon Progo, Sabtu (23/8/2025).
Peserta unjuk kebolehan dalam Festival Nglarak Blarak di Alun-Alun Wates, Kulon Progo, Sabtu (23/8/2025). (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja)
Kulon Progo -

Sebanyak 12 kontingen dari setiap Kapanewon di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) unjuk kebolehan dalam Festival Nglarak Blarak 2025. Kegiatan ini jadi ajang promosi Nglarak Blarak yang merupakan permainan tradisional asli Bumi Binangun.

Festival Nglarak Blarak 2025 dipusatkan di Kawasan Alun-Alun Wates, Kulon Progo, pada Sabtu (23/8/2025) malam. Pesertanya berasal dari muda-mudi karang taruna perwakilan 12 kapanewon.

"Hari ini kita laksanakan lomba Nglarak Blarak, permainan tradisional Kulon Progo yang dimainkan oleh teman-teman dari karang taruna, ada 12 kontingen dari masing-masing kapanewon. Ini wujud karangtaruna kapanewon yang kemarin beberapa tidak aktif, dengan adanya momen ini diharapkan bisa semakin aktif," ucap Tamyus Rochman, selaku Ketua Karangtaruna Kulon Progo, saat ditemui di lokasi Sabtu malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tamyus menerangkan penyelenggaraan Festival Ngalarak Blarak yang diinisiasi oleh Dinas Pariwisata Kulon Progo ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Perbedaannya terletak pada pemilihan waktu yaitu malam hari.

Hal itu bukan tanpa alasan. Tamyus menyebut malam hari dipilih demi meminimalisir tensi panas berujung ricuh antarpemain maupun suporter.

ADVERTISEMENT

"Kita laksanakan malam hari, karena kegiatan Nglarak Blarak yang dulu-dulu dilaksanakan siang, dalam kondisi panas, sehingga memicu juga suasana yang panas. Jadi ada konflik beberapa yang terjadi kemarin karena kondisi cuaca yang membuat hati dan pikiran jadi panas. Semoga dengan dilaksanakannya malam hari, ada kedamaian ada sportivitas dari temen-temen karangtaruna," terangnya.

Ya, Nglarak Blarak memang bukan hanya sekadar permainan tradisional. Kegiatan ini jadi ajang unjuk keterampilan sekaligus adu gengsi antar tim yang terlibat. Tak ayal, tensi panas kerap muncul hingga menyebabkan gesekan. Namun untungnya, untuk event kali ini berjalan kondusif.

Nglarak Blarak sendiri berasal dari dua kata yaitu Nglarak artinya menyeret, dan Blarak adalah bahasa Jawa yang artinya pelepah kelapa. Permainan ini terinspirasi dari aktivitas penderes nira kelapa yang kemudian berkembang jadi kegiatan yang melibatkan strategi, kerja sama tim, serta diiringi musik gamelan.

Dalam pertandingan Nglarak Blarak, peserta mengendarai pelepah daun kelapa (blarak) yang diseret di tanah. Sedangkan tim lain berupaya meraih bumbung atau wadah nira kelapa menggunakan pelepah yang dinaiki. Tim dianggap menang jika mampu mengumpulkan bumbung paling banyak.

Tim jawara dalam festival ini mendapat uang pembinaan dengan total mencapai puluhan juta rupiah. Selain itu juga ada hadiah khusus bagi tim yang mengenakan kostum unik.

Salah satu peserta Dian Puspita dari Nanggulan mengatakan Nglarak Blarak merupakan olahraga permainan yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi. Setiap pemain harus punya daya fisik yang tangguh karena intensitas permainan ini disebutnya cukup tinggi.

"Semua posisi di Nglarak Blarak itu sulit, kita harus benar-benar kompak. Apalagi yang jadi kudanya, itu larinya mesti cepat," terangnya.

Dian sendiri didapuk sebagai joki. Tugasnya mengendalikan pemain yang jadi kuda dan mengatur keseimbangan saat pelepah kelapa dijalankan. Dian juga dituntut cekatan serta jeli dalam mengambil bumbung.

"Sebagai joki yang paling sulit itu ketika lari pakai sepet (serabut kelapa). Itu kakinya harus pas, karena kalau tidak sepetnya bisa ketinggalan," ujarnya.




(aku/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads