Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Bantul akan menggelar sendratari berjudul 'Sang Ratu' di Alun-alun Parangkusumo, Kretek, Bantul. Gelaran ini akan dihelat Kamis (28/11) atau malam Jumat Kliwon pekan depan.
Dispar menyebut sendratari itu sengaja diadakan saat malam Jumat untuk mengambil sisi magis. Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Destinasi Pariwisata Dispar Bantul, Yuli Hernadi, menjelaskan sendratari Sang Ratu berlangsung Kamis (28/11) malam dan melibatkan 50-100 penari.
"Dan untuk durasi pentas sendratari Sang Ratu satu setengah jam dan ini gratis," katanya kepada wartawan di Bantul, Kamis (21/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nantinya, kata Yuli, akan ada kirab obor terlebih dahulu. Di mana kirab tersebut merupakan rangkaian tradisi yang sudah ada sejak dahulu.
"Kalau alasan pentas sendratari Sang Ratu digelar malam Jumat Kliwon karena kita mau mengambil sisi magisnya," ucapnya.
![]() |
Apalagi, pada November hanya ada satu malam Jumat Kliwon. Mengingat di Desember tidak ada malam Jumat Kliwon.
"Harapanya sendratari ini menjadi wadah, sarana dan motivasi bagi seniman dan pelaku seni di Kabupaten Bantul untuk lebih giat melestarikan pagelaran seni sendratari di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Selain itu bisa menjadi hiburan bagi masyarakat di Kabupaten Bantul," ujarnya.
Cerita Sang Ratu
Secara rinci, Yuli menjelaskan, pentas sendratari sang ratu menceritakan Sultan Hadi Wijoyo memberikan perintah kepada Ki Pemanahan untuk mengalahkan Pajang. Selanjutnya, apabila bisa mengalahkan Pajang, Ki Pemanahan diberi hadiah tanah (Alas Mentaok).
"Atas perintah itu, Ki Pemanahan bersama putranya Danang Suto Wijoyo menyanggupi dan mencari cara untuk mengalahkan Pajang, dan atas strateginya Ki Pemanahan Danang Suto Wijoyo bisa membunuh Haryo Penangsang," katanya.
Setelah itu, dalam penantian yang cukup lama tanah yang dijanjikan tak kunjung diberikan, maka Ki Pemanahan bersama putranya meminta petunjuk kepada Ki Juru Mrentani. Oleh Ki Juru Mrentani disarankan segera babat alas itu dengan catatan kalau berani, kemudian dengan tekad yang bulat dan penuh dengan keberanian Danang Suto Wijoyo setuju bahwa alas mentaok segera dibabat.
"Dengan dibantu masyarakat mulailah babat alas tersebut, namun pada suatu saat terjadilah hal-hal yang di luar nalar, para pekerja ada yang sakit, ada yang kesurupan dan bahkan yang meninggal tanpa sebab," ujarnya.
Maka dari itu, Ki Ageng Pemanahan dan Danang Suto Wijoyo mulai curiga ada yang tidak beres di hutan ini, maka berlanjutlah dengan pelaporan kepada Ki Juru Mrentani. Atas saran Ki Juru Mrentani, Danang Suto Wijoyo bersemedi, datanglah Kanjeng Ratu Kidul.
"Di situlah ada perjanjian yang tidak diketahui," ucapnya.
(apl/apu)
Komentar Terbanyak
Kanal YouTube Masjid Jogokariyan Diblokir Usai Bahas Konflik Palestina
Israel Ternyata Luncurkan Serangan dari Dalam Wilayah Iran
BPN soal Kemungkinan Tanah Mbah Tupon Kembali: Tunggu Putusan Pengadilan