Kerajaan Mataram Islam begitu melegenda. Nama-nama agung para penguasanya tercatat dalam lembaran sejarah. Salah satunya adalah Raden Mas Jolang atau Panembahan Seda Krapyak.
Gelar Panembahan Seda Krapyak didapatkan Sang Raja usai ia wafat. Konon, kisah kematiannya begitu misterius. Jasadnya kemudian dimakamkan di kompleks Makam Raja-Raja Mataram yang terletak di Kotagede.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya dalam membangun Bumi Mataram, berikut ini biografi Raden Mas Jolang yang dikutip dari berbagai sumber. Selamat membaca!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekilas tentang Silsilah Raden Mas Jolang
Mengutip dari buku Hitam Putih Kekuasaan Raja-Raja Jawa karya Sri Wintala Achmad, Raden Mas Jolang adalah putra dari Panembahan Senopati. Ia merupakan anak yang lahir dari rahim Permaisuri Waskitajawi.
Kakeknya adalah Ki Ageng Pemanahan, yang terkenal karena membuka Alas Mentaok bersama Panembahan Senopati, dan Ki Ageng Panjawi. Menyadur informasi dari laman resmi Kalurahan Panggungharjo, silsilah Raden Mas Jolang jika dirunut akan sampai pada Raja Brawijaya V yang berkuasa di Majapahit.
Raja Brawijaya V tersebut memiliki putra bernama Nawangsih. Nawangsih kemudian memiliki putra bernama Ki Ageng Getas Pendowo. Ki Ageng Getas Pendowo kemudian menurunkan Ki Ageng Sela. Dari Ki Ageng Sela, hadirlah seorang putra bernama Ki Ageng Nis.
Ki Ageng Nis ini adalah kakek dari Panembahan Senopati. Dari Ki Ageng Nis, garis keturunan berlanjut dengan lahirnya Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan kemudian mempunyai putra bernama Danang Sutawijaya atau biasa dikenal sebagai Raja Pertama Mataram Islam, Panembahan Senopati.
Raden Mas Jolang sendiri memiliki dua orang istri, yakni Ratu Tulungayu dan Dyah Banowati. Dari keduanya, Raden Mas Jolang dianugerahi beberapa keturunan, yakni Raden Mas Wuryah (Adipati Martapura), Ratu Pandansari, dan Raden Mas Rangsang (Sultan Agung).
Raden Mas Jolang di Kursi Takhta
Raja Kedua Mataram ini naik tahta setelah wafatnya Panembahan Senopati pada tahun 1601 Masehi. Mengutip dari buku Ensiklopedi Raja-Raja dan Istri-Istri Raja di Tanah Jawa karya Krisna Bayu Adji, gelar dari Raden Mas Jolang adalah Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati ing Ngalaga Mataram.
Gelar Panembahan Seda ing Krapyak atau Sunan Seda Krapyak baru akan muncul setelah sang Raja menemui ajalnya.
Mengutip tulisan dalam Jurnal ISI Surakarta yang berjudul Adiningrat Anyakrawati Raja Mataram dan Peranannya dalam Dunia Karawitan Karya Rabimin, kisah pengangkatan Raden Mas Jolang pun dihiasi dengan campur tangan wangsit atau ramalan.
Disebutkan bahwa sejatinya, Panembahan Senopati akan menunjuk Pangeran Pringgalaya untuk menjadi penggantinya. Panembahan Senopati kemudian menerima wangsit yang menyebutkan bahwa Raden Mas Jolang nantinya akan menurunkan raja besar yang dapat menyatukan Tanah Jawa.
Akibatnya, keputusan yang diambil adalah mengangkat Raden Mas Jolang sebagai penggantinya. Benar saja, Raden Mas Jolang kelak menurunkan Sultan Agung yang perkasa.
Kondisi Mataram Masa Pemerintahan Raden Mas Jolang
Selama masa pemerintahannya yang cukup singkat, yakni selama 12 tahun (1601-1613), kondisi Bumi Mataram terhitung makmur. Hukum juga berjalan dengan baik dan adil, begitu pula dengan agama.
Berbagai perayaan kesenian pun juga aktif dilangsungkan. Perayaan-perayaan seperti Sekaten tetap dilakukan sebagaimana sedia kala. Selain itu, kegiatan-kegiatan seperti karawitan juga diadakan.
Raden Mas Jolang juga memberi perhatian terkait urusan pedalangan. Ia memperbaiki bentuk wayang purwa dengan cara menambahkan lengan dan tangan dari wayang gedhog purwa yang disopak. Penambahan wayang dhagelan, senjata keris, dan panah dalam pewayangan tersebut juga merupakan jasa dari Prabu Anyakrawati alias Raden Mas Jolang.
Raden Mas Jolang juga berusaha untuk menaklukkan Surabaya selaku musuh terkuat Mataram. Usahanya tersebut dimulai pada tahun 1610 hingga 1613, tetapi tidak membuahkan hasil. Ia hanya berhasil untuk melemahkan perekonomian Surabaya saja.
Pemberontakan Pangeran Puger dan Pangeran Jayaraga
Pangeran Puger adalah putra Panembahan Senopati dari selirnya yang bernama Nyai Adisara. Ia merasa lebih berhak atas tahta Mataram Islam ketimbang Raden Mas Jolang. Pangeran Puger yang saat itu menjadi Adipati Demak, kemudian merencanakan makar terhadap kekuasan Raden Mas Jolang di Mataram.
Sang Penguasa Mataram menyadari hal tersebut dan mengutus pasukannya ke Demak. Perang saudara terjadi dan Pangeran Puger berhasil ditangkap. Atas kebaikan hati Raden Mas Jolang, Pangeran Puger tidak dibunuh melainkan dibuang ke Kudus pada 1605.
Pada 1607 terjadi pula pemberontakan dari Pangeran Jayaraga. Alasannya sama dengan Pangeran Puger, ia merasa tidak puas. Pemberontakannya dipadamkan oleh Pangeran Pringgalaya dan dibuang ke Nusakambangan.
Wafatnya Raden Mas Jolang dan Gelar Panembahan Seda Krapyak
Raden Mas Jolang wafat pada tahun 1613 akibat banteng. Dikisahkan bahwa banteng tersebut sejatinya adalah jelmaan seseorang yang bertujuan untuk membunuhnya.
Raden Mas Jolang sendiri wafat di wilayah Krapyak sehingga mendapat gelar Panembahan Seda Krapyak. Seda sendiri adalah bahasa Jawa yang berarti wafat, sedangkan Krapyak adalah tempat wafatnya.
Mengutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan Jogja, jenazahnya kemudian dimakamkan di Makam Raja Mataram di Kotagede.
Setelahnya, anaknya yang bernama Raden Mas Wuryah naik tahta Mataram selama satu hari. Hal ini karena sebelumnya Raden Mas Jolang telah menjanjikan Ratu Tulungayu bahwa keturunannya kelak akan menjadi raja.
Raden Mas Wuryah kemudian digantikan oleh Raden Mas Rangsang. Di kemudian hari, namanya jauh lebih terkenal dengan sebutan Sultan Agung. Sementara itu, Raden Mas Wuryah kemudian mengganti namanya menjadi Pangeran Selarong dan terkenal atas bantuannya kepada Pangeran Diponegoro selama perjuangannya.
Nah, itulah biografi mengenai Raden Mas Jolang, Raja Mataram Islam kedua yang kemudian menurunkan Sultan Agung dan Pangeran Selarong. Semoga bermanfaat, ya, detikers!
(rih/rih)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM