Harga bahan pangan, terkhusus Sembilan Bahan Pokok (Sembako), di Kota Jogja dapat berubah sewaktu-waktu karena sejumlah faktor. Bagi masyarakat, mengetahuinya adalah hal yang penting agar bisa menentukan budgeting pangan sehari-hari.
Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Minggu (21/9/2025) pukul 12.04 WIB memperlihatkan lonjakan harga cabai rawit merah. Sebaliknya, beberapa bahan pangan lain justru turun, seperti bawang putih bonggol dan cabai merah keriting.
Cabai rawit merah tercatat naik dari Rp 34.571 menjadi Rp 38.571 per kilogram. Artinya, ada kenaikan sebesar 4.000 rupiah atau sekitar 11,6 persen. Ini sekaligus merupakan harga termahal rawit merah sejak September 2025 dimulai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlu diketahui, pada 1 September lalu, cabai rawit merah dibanderol Rp 22.429 per kilogram. Angkanya kemudian naik-turun, meski dilihat dengan secara garis besar, konsisten naik. Sempat menyentuh level Rp 38.143 pada 17 September, harga rawit merah turun dahulu sebelum kemudian naik lagi.
Berbeda dengan cabai rawit merah, cabai merah keriting yang harganya melonjak gila-gilaan sejak awal September justru turun hari ini. Dari sebelumnya Rp 51.429, angkanya turun jadi Rp 50.714 per kilogram.
Hal serupa juga dialami bawang merah yang turun tipis dari Rp 30.714 menjadi Rp 30.571. Begitu pula bawang putih bonggol, turun seribu Rupiah lebih, terhitung menjadi Rp 30.143 dari Rp 31.857/kg.
Selain keempatnya, beberapa bahan pangan lain juga berubah harga. Informasi lengkap perubahan harga bahan pokok Jogja 21 September 2025 dapat disimak via poin-poin berikut.
Daftar Harga Sembako Jogja 21 September 2025 Versi Bapanas
- Beras premium: Rp 14.500/kg
- Beras medium: Rp 12.838/kg
- Beras SPHP: Rp 12.500/kg
- Kedelai biji kering (impor): Rp 9.200/kg
- Bawang merah: Turun dari Rp 30.714 menjadi Rp 30.571/kg
- Bawang putih bonggol: Turun dari Rp 31.857 menjadi Rp 30.143/kg
- Cabai merah keriting: Turun dari Rp 51.429 menjadi Rp 50.714/kg
- Cabai merah besar: Naik dari Rp 42.143 menjadi Rp 43.571/kg
- Cabai rawit merah: Naik dari Rp 34.571 menjadi Rp 38.571/kg
- Daging sapi murni: Rp 130.000/kg
- Daging ayam ras: Turun dari Rp 37.833 menjadi Rp 37.333/kg
- Telur ayam ras: Turun dari Rp 28.375 menjadi Rp 28.063/kg
- Gula konsumsi: Naik dari Rp 17.091 menjadi Rp 17.136/kg
- Minyak goreng kemasan: Rp 19.091/liter
- Minyak goreng curah: Rp 17.143/liter
- Minyakita: Naik dari Rp 15.680 menjadi Rp 15.690/liter
- Tepung terigu curah: Rp 9.000/kg
- Tepung terigu kemasan: Rp 10.875/kg
- Garam konsumsi: Rp 12.000/kg
- Ikan kembung: Rp 37.833/kg
- Ikan tongkol: Rp 34.333/kg
- Ikan bandeng: Rp 41.000/kg
Perlu dicatat, data final Bapanas tersedia pada pukul 13.00 WIB. Oleh karena itu, perubahan harga masih tetap dimungkinkan.
Penyebab Harga Sembako Berubah-ubah
Bukan tanpa sebab harga sembako dan bahan pangan lain berubah tiap hari. Dilansir skripsi Muhammad Shehan dari UIN Raden Intan Lampung berjudul Pengaruh Harga Komoditas Sembako Terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2017-2020, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran menyebabkan harga bahan pangan tidak stabil.
Bagaimana tidak, pertumbuhan populasi masyarakat Indonesia mendorong naiknya permintaan terhadap bahan-bahan pangan, terkhusus sembako. Di sisi lain, komoditas sembako dari pertanian dan sebagainya sangat rentan gangguan, seperti kondisi iklim, keterbatasan lahan, dan peralihan fungsi lahan.
Pembentukan harga sembako secara khusus sangat dipengaruhi sisi penawaran. Mengingat, permintaan cenderung mengikuti perkembangan penawaran. Jika penawaran rendah, sedangkan permintaan tetap, maka harga bahan pokok naik. Begitu pula sebaliknya.
Penawaran akan bahan pokok ini sangat bergantung faktor alam dan seterusnya yang telah disinggung sekilas di atas. Sayangnya, keberhasilan produksi bahan-bahan pokok ini tidak bisa 100% dikendalikan oleh petani. Dengan kata lain, hasilnya uncontrollable.
Contohnya, saat musim hujan, petani cabai berpotensi gagal panen karena busuk atau serangan hama. Oleh karena itu, produksinya turut berkurang, sedangkan permintaan masyarakat tetap tinggi. Hasilnya, harga cabai melonjak drastis. Sebaliknya, saat musim kemarau, persentase keberhasilan panen cabai lebih tinggi. Stok melimpah menyebabkan otomatis harga turun.
Nur Azizah Nasution dalam tulisannya di Journal of Sharia and Law berjudul 'Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Sembako oleh Para Pedagang Menurut Perspektif Ekonomi Syariah' memberi rincian poin-poin penyebab fluktuasi sembako, di antaranya:
- Faktor produksi: Banyak permintaan, sedikit penawaran, maka harga menjadi mahal. Sementara itu, sedikit permintaan, banyak penawaran, harga menjadi murah.
- Faktor distribusi: Semakin lama dan ribet proses distribusi, harga bahan pangan semakin mahal. Hal yang sama berlaku sebaliknya.
- Faktor jumlah pedagang: Semakin banyak persaingan perdagangan, harga sembako cenderung lebih mendekati tarif normal. Di sisi lain, jika hanya ada pedagang, penetapan harganya menjadi lebih ekstrem.
Itulah informasi ringkas mengenai harga sembako Jogja hari ini Minggu, 21 September 2025. Perlu diketahui, harga yang ditemui di pasaran mungkin berbeda karena disparitas.
(par/par)
Komentar Terbanyak
Pakar UII Tak Percaya Ada Beking di Kasus Ijazah Jokowi: Ini Perkara Sepele
Mencicip Kue Kontol Kejepit di Keramaian Pasar Kangen Jogja
Sederet Fakta Heboh Surat Perjanjian SPPG Minta Rahasiakan Kasus Keracunan