Waswas Warga Jogja Buntut Isu Beras Premium Oplosan

Round-Up

Waswas Warga Jogja Buntut Isu Beras Premium Oplosan

Tim detikJogja - detikJogja
Jumat, 18 Jul 2025 06:02 WIB
Suasana lapak pedagang beras di Pasar Beringharjo, Jogja, Kamis (17/7/2025).
Suasana lapak pedagang beras di Pasar Beringharjo, Jogja, Kamis (17/7/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja
Jogja -

Pemerintah mengungkap adanya beras premium oplosan yang beredar di masyarakat. Sejumlah warga di Jogja kini mengaku lebih berhati-hati imbas isu tersebut.

Salah satu warga, Subaniat mengaku khawatir dengan adanya beras oplosan itu. Dia berharap ada pengawasan yang lebih ketat lagi dari pemerintah.

"Iya sudah mendengar. Ada kekhawatiran, pasti. Apalagi ada juga katanya yang dicampuri pengeras. Sepertinya bagus tapi ngaruh ke kesehatan," kata Subaniat saat ditemui detikJogja di Pasar Beringharjo, Kamis (17/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Antisipasinya ya beli di merek-merek yang ada Depkes (Departemen Kesehatan). Harapannya pemerintah mengawasi lebih ketat juga," lanjutnya.

Warga lainnya, Sri mengungkapkan hal serupa. Warga Umbulharjo itu mengaku sudah sempat beberapa kali membeli beras kemasan yang diduga dioplos itu.

ADVERTISEMENT

"Pastinya waswas juga. Apalagi saya juga beberapa kali beli beras yang (menyebut merek). Kalau nggak salah itu juga masuk daftarnya," ucap Sri.

Sebagai langkah antisipasi, Sri mengaku lebih berhati-hati dalam membeli beberapa merek beras.

"Lebih hati-hati aja. Mungkin sekarang saya belinya merek beras yang biasa aja lah. Kalau dari orang-orang bilang juga lebih aman," jelasnya.

"Harapannya semoga udah nggak ada lagi beras oplosan itu. Pemerintah lebih ketat lagi mengawasi. Biar masyarakat juga lebih tenang, apalagi beras ini kan kebutuhan pokok kita sehari-hari,"kataSri.

Beberapa Produsen Sudah Tak Kirim Beras Kemasan

Suratmi, penjual beras lainnya juga mengaku sepi pembeli beberapa waktu ini. Meski begitu, dia mengaku, tak ada penurunan penjualan yang signifikan.

"Sepi ya kayak biasanya aja. Ini masih biasa aja, tapi memang agak sepi," kata Suratmi.

Lebih lanjut, Suratmi mengaku, tokonya sudah tak menyediakan beberapa merek beras premium. Dia bilang, dari produsen memang sudah tak mengirimkan kembali stok beras.

"Ada beberapa beras (menyebut merek) itu udah nggak dikirim ke sini lagi. Udah lama itu sekitar sebulanan sepertinya," tuturnya.

"Ini yang masih laku dicari pembeli ya tergantung. Ada yang cari beras pero itu buat penjual nasi goreng. Ada juga yang beras biasa (menyebut merek) itu harganya 15 ribuan," katanya.

Dilansir detikNews, terkuak masyarakat merugi Rp 99 triliun dalam setahun akibat beras oplosan. Kerugian itu disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.

Ada ratusan merek yang terindikasi mengoplos beras dan sudah beroperasi lebih dari satu tahun. Amran mengungkapkan hal itu saat rapat kerja (raker) bersama Komisi IV DPR RI di gedung Nusantara, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (16/7).

"Kalau ini Rp 99 triliun itu adalah (kerugian) masyarakat. Sebenarnya ini (nilai kerugian) satu tahun, tetapi kalau ini terjadi 10 tahun atau 5 tahun, karena ini bukan hari ini terjadi, ini sudah berlangsung lama, Pak. Tetapi nanti angkanya sudah pasti, bukan Rp 100 triliun, pasti di atas kalau ini dilacak ke belakang," kata Amran.

Amran mengungkapkan modus pengoplosan beras dengan cara menukar beras premium dengan beras biasa, kemudian diganti bungkusnya. Dia menyebut harganya lalu dibuat naik tapi kualitasnya tidak.

"Ini beras biasa, dijual dengan premium, beras curah ini tinggal ganti bungkus dan ada foto-fotonya sama kami, Pak. Kami serahkan ke penegak hukum. Kemudian ini bungkus premium, ini tinggal mau beli yang mana. Jadi harganya yang naik, bukan kualitasnya yang naik," kata Amran.

"Ibaratnya emas 24 karat, sebenarnya ini 18 karat tetapi dijual 24 karat. Jadi ini kami temukan, bukan kami periksa Pak, kami tim independen ada 13 lab yang periksa seluruh Indonesia, termasuk Sucofindo," tambahnya.

2 Toko Kedapatan Jual Beras Premium Oplosan

Beras kemasan yang diduga telah dioplos itu ternyata masih ditemukan dijual di Gunungkidul. Disdag Gunungkidul menemukan setidaknya dua toko yang masih menjual beras kemasan itu.

Kepala Disdag Gunungkidul, Kelik Yuniantoro, mengatakan temuan itu didapat saat pihaknya melakukan uji petik yang menyasar beberapa toko modern.

"Tadi kami melakukan uji petik di dua toko modern di Wonosari. Hasilnya kami masih menemukan barang itu (beras premium oplosan)," katanya saat dihubungi wartawan, Kamis (17/7/2025).

"Setelah ditanya, pihak toko modern mengaku kalau beras itu datang sebelum marak berita temuan beras premium oplosan," ujarnya.

Meski begitu, Disdag tak melakukan penarikan terhadap beras tersebut. Dia hanya memberikan imbauan agar toko tidak memperjualbelikan beras itu.

"Tadi hanya kita beri imbauan dan pemantauan secara berkala. Karena kita belum dapat informasi ataupun petunjuk harus di seperti apakan hasil temuannya, apalagi dari pusat kan masih dalam proses," ucapnya.




(afn/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads