Ternyata Ini Alasan di Balik Ngamuknya Harga Emas

Nasional

Ternyata Ini Alasan di Balik Ngamuknya Harga Emas

Ignacio Geordi Oswaldo - detikJogja
Selasa, 03 Jun 2025 13:37 WIB
Ilustrasi harga emas hari ini untuk emas batangan, emas koin, dan grafik harganya
Ilustrasi emas. Foto: Vecteezy/iftikharalam
Jogj -

Harga emas keluaran Logam Mulia Antam melesat sangat tinggi. Hari ini, kenaikan harga emas mencapai Rp 35 ribu per gram dan membuat harga emas di level Rp 1.940.000 per gram pada Selasa (3/6/2025). Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, memaparkan kenaikan harga emas itu dipicu berbagai faktor.

Dilansir detikFinance, kenaikan harga emas hari ini adalah salah satu yang tertinggi lantaran jarangnya kenaikan harga logam mulia itu berada di atas Rp 30 ribu per gram.

Adapun kenaikan harga emas tertinggi sebelumnya tercatat di atas Rp 30 ribu per gram pada Selasa (22/4/2025), saat itu harga Logam Mulia Antam naik Rp 36 ribu per gram dan ada di level Rp 2.016.000 per gram. Pada Kamis (17/4/2025) harga emas juga naik tinggi hingga Rp 32 ribu per gram ke level Rp 1.975.000 per gram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Andy, sejumlah faktor yang memicu kenaikan harga emas yang sangat tinggi itu adalah geopolitik, ketegangan dagang global, sinyal dovish alias menunda kenaikan suku bunga dari Federal Reserve, dan pelemahan dolar AS.

Soal faktor geopolitik, Andy memaparkan, tingginya harga emas terjadi setelah ketegangan antara Rusia dan Ukraina meningkat. Ukraina dilaporkan melakukan serangan udara terhadap pangkalan militer Rusia, menghancurkan beberapa pesawat tempur dan pembom jarak jauh.

ADVERTISEMENT

"Serangan ini meningkatkan ketidakpastian geopolitik global, mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas," kata Andy dalam keterangan resminya, Selasa (3/6/2025).

Dalam faktor ketegangan dagang global, Andy menjelaskan, Presiden AS Donald Trump resmi menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% dan berlaku mulai besok, Rabu (4/6/2025). Hal tersebut membuat ketegangan baru dalam hubungan dagang antara AS dan China.

"Retorika tajam terhadap Beijing dan ketidakpastian pertemuan Trump-Xi Jinping, yang belum dijadwalkan pasti, turut menekan pasar ekuitas AS dan memperkuat minat pada logam mulia," jelasnya.

Lebih lanjut, Andy mengungkapkan, faktor sinyal dovish dari bank sentral AS yang dinilai mempengaruhi lonjakan harga emas. Dia memaparkan, Gubernur The Fed Christopher Waller sebelumnya mengumumkan soal pemangkasan suku bunga yang kemungkinan dilakukan tahun ini, kendati inflasi menjadi perhatian pokok.

Komentar Gubernur The Feed itu dinilai langsung menekan Dolar AS dengan Indeks Dolar (DXY) yang anjlok 0,72% ke 98,71. Hal tersebut turut menguatkan momentum kenaikan harga emas.

Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang naik hampir enam basis poin menjadi 4,458%. Sementara yield rill turut naik ke 2,118%. Kedua hal itu mengindikasikan terdapat tekanan dari sisi fiskal dan ekspektasi inflasi.

Meski demikian, pasar emas sepertinya masih bisa mempertahankan momentumnya sebab dominasi sentimen risiko global.

Selanjutnya, Andy berpendapat, prospek jangka pendek emas global, yang juga berdampak terhadap harga emas di Indonesia, cenderung terus mengalami kenaikan atau bullish.

Andy memprediksi, harga emas global berpotensi menguji level resistance di US$ 3.392 dalam waktu dekat jika tren membeli emas terus berlanjut. Namun, harga emas dapat turun kembali ke level support terdekat di kisaran US$ 3.347 jika terjadi tekanan jual mendadak atau reversal teknikal.

"Terutama jika sentimen risiko terus mendominasi pasar global. Investor/trader disarankan untuk tetap memperhatikan dinamika pertemuan antara Presiden Trump dan Xi Jinping, serta data Non-Farm Payrolls yang akan rilis pada akhir pekan ini, yang bisa menjadi penentu arah berikutnya," paparnya.




(afn/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads