Harga Sembako Jogja Hari Ini 21 Desember 2024: Gula dan Minyak Goreng Turun

Harga Sembako Jogja Hari Ini 21 Desember 2024: Gula dan Minyak Goreng Turun

Nur Umar Akashi - detikJogja
Sabtu, 21 Des 2024 12:22 WIB
Ilustrasi minyak goreng
Minyak goreng. (Foto: Getty Images/sergeyryzhov)
Jogja -

Harga sembako dapat berubah setiap harinya akibat pengaruh berbagai faktor. Bagi detikers yang membutuhkan informasi tentangnya, simak daftar harga sembako Jogja 21 Desember 2024 di bawah ini.

Informasi terkait harga sembako begitu penting untuk masyarakat. Pasalnya, berbekal pengetahuan ini, warga Jogja dapat menentukan prioritas bahan makanan yang akan dibeli dan jumlahnya. Tak hanya konsumen, pedagang dan produsen juga dapat menentukan langkah yang diambil berdasarkan naik-turunnya harga suatu sembako.

Berdasar data yang disediakan Badan Pangan Nasional, hari ini, banyak bahan pokok yang turun harga, termasuk gula dan minyak goreng. Mari, simak informasi lengkap sembako Jogja 21 Desember 2024 berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daftar Harga Sembako Jogja 21 Desember 2024 Versi Bapanas

Selain PIHPS, sumber kredibel lainnya yang bisa dipakai untuk mengetahui perkembangan harga sembako sehari-hari adalah panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas). Dikutip dari situs resminya pada Sabtu, 21 Desember 2024 pukul 11.37 WIB, daftar harga sembako Kota Jogja hari ini di pedagang eceran adalah:

  • Beras premium: Rp 14.000/kg
  • Beras medium: Rp 12.750/kg
  • Beras SPHP: Rp 12.500/kg
  • Kedelai biji kering impor: Rp 8.700/kg
  • Bawang merah: Turun dari Rp 37.950 menjadi Rp 35.330/kg
  • Bawang putih bonggol: Turun dari Rp 39.340 menjadi Rp 36.500/kg
  • Cabai merah keriting: Turun dari Rp 38.880 menjadi Rp 38.420/kg
  • Cabai rawit merah: Turun dari Rp 37.950 menjadi Rp 37.470/kg
  • Daging sapi murni: Rp 130.000/kg
  • Daging ayam ras: Rp 35.000/kg
  • Telur ayam ras: Turun dari Rp 31.000 menjadi Rp 30.500/kg
  • Gula konsumsi: Turun dari Rp 17.250 menjadi Rp 17.000/kg
  • Minyak goreng kemasan sederhana: Rp 15.850/liter
  • Minyak goreng curah: Turun dari Rp 18.490 menjadi Rp 17.970/liter
  • Tepung terigu curah: Rp 9.000/kg
  • Tepung terigu kemasan: Rp 11.490/kg
  • Garam halus beryodium: Rp 12.000/kg
  • Ikan kembung: Turun dari Rp 35.500 menjadi Rp 34.990/kg
  • Ikan bandeng: Turun dari Rp 43.000 menjadi Rp 42.500/kg
  • Ikan tongkol: Turun dari Rp 33.500 menjadi Rp 32.500/kg

Faktor-faktor Penyebab Naiknya Harga Sembako

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan harga bahan pokok naik. Dirangkum dari Journal of Sharia and Law berjudul 'Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Sembako oleh Para Pedagang Menurut Perspektif Ekonomi Syariah' karya Nur Azizah Nasution dkk, ini poin-poinnya:

ADVERTISEMENT

1. Faktor Produksi

Tanpa adanya produksi, para pedagang sembako di pasar akan kekurangan jumlah barang. Penyebabnya bervariasi, mulai dari hasil panen yang tidak maksimal, keterbatasan biaya petani, hingga cuaca buruk. Alhasil, barang langka membuat harga melambung.

2. Faktor Distribusi

Semakin lama proses distribusi, makin naik pula harga sembako. Lebih-lebih, jika terjadi keterlambatan dalam prosesnya. Akibatnya, pedagang mesti menaikkan harga sembako demi dapat meraup laba.

3. Faktor Sumber Pasokan

Mirip dengan faktor pertama, sumber pasokan dapat mempengaruhi naik-turunnya harga sembako. Semakin banyak barang yang tersedia, harganya akan semakin murah, begitu pula sebaliknya.

4. Faktor Permintaan dan Penawaran

Ketika permintaan terhadap suatu barang naik, para pedagang akan menaikkan harga. Hal ini juga berlaku sebaliknya.

5. Faktor Jumlah Pedagang Pesaing

Semakin banyak pesaing, harga sembako cenderung lebih mendekati tarif pasaran. Sebagai contoh, di pasar A hanya ada dua pedagang sembako. Kondisi ini membuat keduanya bersaing dengan lebih ekstrem ketimbang pasar B yang memiliki 10 pedagang sembako. Sebab, keduanya mesti bersaing ketat untuk memperebutkan pasar.

Demikian informasi harga sembako di Jogja, Sabtu, 21 Desember 2024. Perlu dicatat bahwa harga yang ditemui di pasaran bisa saja berbeda. Hal ini disebabkan adanya disparitas untuk masing-masing bahan pokok. Semoga bermanfaat.




(sto/apl)

Hide Ads