Toko Tembakau dan Tjerotoe Wiwoho sudah eksis sejak 1919 atau lebih dari seabad di Jogja. Toko tembakau ini bahkan bisa meraup cuan Rp 2 juta per harinya.
Toko tembakau ini menyediakan berbagai macam tembakau dari nusantara. Mulai dari original hingga yang menghasilkan rasa yang mirip pada rokok-rokok umum yang biasa dijual di supermarket.
Pandemi COVID-19 ternyata justru menjadi berkah bagi pengelola toko ini. Penjualan tembakau disebut naik saat pandemi COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita belum pernah seramai itu padahal COVID itu kan saatnya semua usaha lagi susah, tapi tembakau sendiri itu bener-bener bertahan dan malah menurut kita lagi puncak-puncak jayanya tembakau," ujar putri dari generasi ketiga, Monica Felicia Nacindy (22) saat berbincang dengan detikJogja, Kamis (12/10/2023).
Harga tembakau yang ditawarkan beragam, mulai dari Rp 20-60 ribu per onsnya. Cindy sapaannya, mengungkap omzet yang bisa diraup dalam sehari sekitar Rp 2 juta.
"Kalau untuk ons tidak bisa memastikan ya, kalau untuk omzet tiap harinya bisa Rp 2 (juta) lah ya. Itu kalau sepi banget bisa sampai segitu," ujar Cindy.
Eksis sejak 1919, toko tembakau ini kini dikelola generasi keempat. Tak hanya melayani eceran, toko ini juga melayani pembelian untuk kulakan.
"Jadi pesennya nenek itu kalau jualan nggak usah kayak kulakan, eceran aja. Jadi sampai sekarang hanya eceran aja," ujar generasi ketiga, Sri Wahyuni (59) di lokasi.
Sri Wahyuni menerangkan kiat sukses bisnisnya ini tak lepas dari kerja sama dengan supplier mereka. Dia menyebut kerja sama itu juga sudah terjalin sejak lama.
"Kalau cari tembakaunya kebetulan kita kan udah ada suppliernya ya dari dulu sampai sekarang suppliernya tetep itu, jadi kalau kesulitan mungkin ketika petaninya gagal panen emang beberapa tembakau kesulitan, tapi secara garis besar nggak sih," terang Cindy menambahkan.
![]() |
Sementara itu, dari beragam jenis tembakau yang ditawarkan, jenis tembakau alami atau mbako siluk yang paling favorit.
"Dulu zaman nenek tu masih mbako alami ya, mbako siluk, masih tembakau yang ga diracik sama sekali. Yang seratnya masih alami nggak dipotong kecil-kecil," ujar Sri Wahyuni.
Seiring berjalannya waktu, Toko Tembakau dan Tjerotoe Wiwoho ini juga menyediakan rokok dengan rasa mirip rokok buatan pabrik. Hal ini untuk memberikan pilihan bagi para pelanggannya.
"Ya berjalannya waktu kan ikuti tren pasar kan kayak rokok-rokok toh, ada kayak Samsoe, Djarum gitu, tapi ya ndak persis sama rokok aslinya," ujar Sri Wahyuni.
"Jadi bisa buat orang-orang menengah ke bawah, kan mungkin rokok kemasan mahal, jadi kita buat kayak dupe-nya," tambah putrinya Cindy.
Artikel ini ditulis oleh Elisabeth Meisya dan Steffy Gracia peserta magang bersertifikat di detikcom.
(ams/apl)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
Ponsel Diplomat Kemlu yang Tewas Misterius Ternyata Hilang