Dua pria di India, Satish Khatik dan Sajid Mohammed, bak ketiban durian runtuk. Kedua sahabat ini menemukan sebongkah batu berkilauan di tanah yang baru mereka sewa.
Saat dibawa ke juru taksir batu permata bersertifikat di kotanya, tak dinyana batu berlian itu memiliki bobot 15,34 karat. Batu itu merupakan salah satu varietas berlian alami terbaik yang ada.
"Perkiraan harga pasar batu itu sekitar lima hingga enam juta rupee (sekitar Rp 917 juta) dan akan segera dilelang," kata Anupam Singh, juru taksir berlian bersetifikat kepada BBC Hindi, dikutip dari detikNews, Minggu (21/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah setempat pun mempersiapkan lelang rutin per tiga bulan. Lelang ini digelar untuk menarik pembeli dari seluruh India dan luar negeri untuk melirik berlian tersebut.
"Perkiraan harga bergantung pada kurs dolar dan patokan yang ditetapkan oleh laporan Rapaport," kata Singh.
Diketahui Rapport merupakan otoritas independen terkemuka dalam analisis pasar berlian dan perhiasan.
Khatik dan Mohammed pun gembira dengan temuan batu berlian itu. "Sekarang kami bisa menikahkan saudara perempuan kami," ujar mereka.
Sebagai informasi, dalam budaya adat di India, keluarga perempuan bertanggung jawab membayar mahar kepada keluarga laki-laki sebelum pernikahan itu bisa disepakati dan berlangsung. Tata cara adat ini disebut memicu fenomena pengguguran bayi perempuan di India, terutama di kalangan ekonomi masyarakat bawah.
Khatik (24) sehari-hari bekerja sebagai penjual daging. Sedangkan, Mohammed (23) merupakan penjual buah-buahan. Keduanya berasal dari keluarga miskin dan merupakan anak bungsu.
Selama beberapa generasi, keluarga Khatik dan Mohammed mencoba peruntungan mencari berlian. Hal ini merupakan upaya yang biasa dilakukan warga Kota Panna tempat mereka tinggal. Kota ini dikenal sebagai salah satu distrik di India yang menghadapi persoalan kemiskinan, kelangkaan air, dan pengangguran yang masif.
Meski begitu, Panna diyakini menyimpan mayoritas cadangan berlian India. Kota ini pun menjadi tujuan pemburu berlian.
Walau sebagian besar tambang dikelola pemerintah federal, pemerintah negara bagian menyewakan lahan-lahan kecil kepada penduduk setempat setiap tahunnya.
Terbatasnya peluang kerja membuat warga Panna mencoba peruntungan dengan mencari harta karun. Hal ini turut dilakukan ayah dan kakek Mohammed yang puluhan tahun menggali lahan-lahan yang sama namun nihil. Mereka tak menemukan apapun selain "debu dan serpihan kuarsa".
Ayah Mohammed, Nafees, yakin "para dewa akhirnya telah memberi penghargaan atas kerja keras dan kesabaran mereka".
Khatik dan Mohammed awalnya sepakat menyewa sebidang tanah untuk mencari berlian. Keduanya putus asa karena penghasilannya sehari-hari tak bisa menutup kenaikan biaya hidup, apalagi mahar pernikahan.
Keduanya melakukan pencarian berlian setelah rampung berjualan daging dan buah. Aktivitas itu dilakukan pada malam hari atau kapan pun selama mereka punya waktu luang.
Mereka mencari berlian dengan tangan: menggali lubang, mengangkut tanah dan batu, mencucinya melalui saringan dan dengan hati-hati menyaring ribuan batu kecil setelah kering.
Ravi Patel, pegawai dinas pertambangan di Panna, menilai Khatik dan Mohammed sangat beruntung.
"Mereka menyewa sebidang tanah pada tanggal 19 November lalu. Keberuntungan mereka adalah mereka menemukan berlian berkualitas permata dalam beberapa minggu," kata Patel.
Meskipun berlian yang mereka temukan belum terjual, Khatik dan Mohammed terus memelihara harapan.
"Kami belum berpikir untuk membeli tanah, mengembangkan bisnis atau pindah ke kota yang lebih besar. Belum," ujar Khatik.
"Untuk saat ini kami fokus pada pernikahan saudara perempuan kami," tuturnya.
Simak Video "Video Rangkuman Tur Messi di India: Dikerubungi Pejabat hingga Sempat Rusuh"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)












































Komentar Terbanyak
Jawab Sindiran Luhut, UGM Pamerkan Penelitian Bawang Putih
Jogja Diprediksi Ramai Wisatawan Saat Nataru, GKR Bendara Minta Akamsi Sabar
Namanya Terseret di Sidang Ayahnya, Ini Kata Anak Eks Bupati Sleman Sri Purnomo