Frasa rest in peace atau RIP sering muncul dalam ucapan belasungkawa, di batu nisan, hingga unggahan media sosial. Banyak orang menggunakannya untuk menyampaikan empati, tetapi tidak semua tahu apa arti aslinya dan bagaimana maknanya berubah sampai sekarang.
Ungkapan ini ternyata memiliki sejarah panjang, berasal dari bahasa Latin, penggunaannya dalam doa pemakaman Gereja Inggris, hingga pergeseran makna di budaya digital modern. Ada juga perdebatan teologis yang membuat frasa ini dipahami berbeda oleh berbagai kelompok agama. Semua lapisan sejarah itu membuat makna RIP hari ini tidak sesederhana kelihatannya.
Nah, untuk memahami arti RIP yang sebenarnya serta contoh penggunaannya, yuk jelajahi rangkumannya di bawah, detikers. Penjelasan lengkapnya membuat makna frasa ini jauh lebih menarik dari sekadar ucapan belasungkawa sehari-hari.
Poin utamanya:
- RIP berasal dari doa Latin 'requiescat in pace' yang awalnya ditujukan kepada Tuhan sebagai permohonan kedamaian bagi jiwa yang wafat.
- Makna RIP mengalami pergeseran, dari doa liturgis menjadi ekspresi belasungkawa universal dan frasa budaya populer.
- Penggunaan modern sangat beragam, mulai dari ucapan duka, tulisan di nisan, hingga idiom internet yang tidak lagi sepenuhnya religius.
Rest in Peace Artinya Apa?
Ungkapan rest in peace (RIP) adalah frasa yang sering digunakan sebagai doa atau ucapan belasungkawa ketika seseorang meninggal. Dikutip dari artikel From Rest in Peace to #RIP karya Korina Giaxoglou, ungkapan ini awalnya merupakan bagian dari bahasa ritual pemakaman dalam tradisi Kristen Barat.
Akar kata tersebut berasal dari bahasa Latin 'Requiescat in pace', sebuah permohonan agar jiwa orang yang meninggal diberi kedamaian oleh Tuhan. Frasa itu muncul dalam Book of Common Prayer, sebuah buku liturgi Gereja Inggris, khususnya di bagian Committal, yaitu doa yang dibacakan saat peti jenazah diturunkan ke liang lahat atau dibawa menuju krematorium.
Dalam versi doa yang dikutip Giaxoglou dari Book of Common Prayer, terdapat permohonan lengkap:
"Rest eternal grant unto him/her, O Lord;
And let light perpetual shine upon him/her.
May his/her soul, and the souls of all the faithful departed, through the mercy of God, rest in peace. Amen."
Doa ini ditujukan kepada Tuhan, bukan kepada almarhum secara langsung. Oleh karena itu, dalam konteks ritual aslinya, 'rest in peace' berarti memohonkan kedamaian abadi bagi jiwa orang yang meninggal, sejalan dengan ajaran mengenai alam baka dan keyakinan pada penyucian jiwa atau purgatory dalam tradisi Katolik Abad Pertengahan.
Namun, ketika frasa ini dipakai di luar konteks ritual, misalnya ditulis pada batu nisan seperti 'Rest in peace Mom', maknanya berubah. Masyarakat modern mengubahnya menjadi sapaan langsung dari pelayat kepada sang mendiang, bukan lagi permohonan liturgis kepada Tuhan.
Dalam sudut pandang Kristen modern, sebagaimana dijelaskan laman Crosswalk, RIP tetap bisa dimaknai sebagai harapan agar seseorang menemukan kedamaian di hadapan Tuhan. Asal-usul frasa ini bahkan dapat ditelusuri ke Kitab Yesaya 57:2, "He enters into peace..." ("Ia masuk ke dalam damai...") dan dipahami sebagai harapan bahwa kematian menjadi jalan menuju kebahagiaan abadi bagi mereka yang hidup dalam iman.
Dengan demikian, menurut semua sumber tersebut, rest in peace tidak memiliki satu makna tunggal. Kalimat ini bisa menjadi doa, ungkapan kasih, bentuk empati, atau ekspresi sekuler yang netral. Maknanya berubah sesuai keyakinan, budaya, dan konteks pemakaiannya.
Sejarah Ungkatan Rest in Peace
Lantas, bagaimanakah sejarah penggunaan frasa rest in peace dari awal hingga hari ini? Mari simak penjelasannya!
1. Akar Latin dan Penggunaan Awal di Tradisi Gereja
Menurut pemaparan laman Crosswalk, frasa 'rest in peace' berasal dari ungkapan Latin requiescat in pace, yang sudah muncul pada batu nisan Kristen sejak abad ke-8. Pada abad ke-18, ungkapan ini semakin luas digunakan sebagai penanda doa dan harapan agar jiwa orang yang wafat dapat beristirahat dalam kedamaian ilahi.
Penjelasan yang dikutip Giaxoglou menunjukkan konteks liturgisnya yang lebih jelas. Dalam Book of Common Prayer milik Gereja Inggris, rest in peace adalah bagian dari doa Committal, yaitu doa pemakaman yang dibacakan saat peti jenazah diturunkan atau dibawa ke krematorium. Doa lengkapnya berbunyi:
"Rest eternal grant unto him/her, O Lord;
And let light perpetual shine upon him/her.
May his/her soul, and the souls of all the faithful departed, through the mercy of God, rest in peace. Amen."
Pada fase ini, frasa tersebut merupakan doa kepada Tuhan, bukan sapaan kepada almarhum.
2. Hubungan dengan Keyakinan Abad Pertengahan
Dalam analisis Giaxoglou, 'rest in peace' juga berakar pada keyakinan mengenai purgatory, yaitu proses penyucian jiwa yang dipercaya umat Katolik Abad Pertengahan. Oleh karena itu, umat berdoa untuk mempercepat perpindahan jiwa menuju 'negara penuh damai dan terang'. Doa RIP menjadi wujud permohonan itu.
Kepercayaan pada purgatory inilah yang kemudian memunculkan perbedaan teologis antara Katolik dan Protestan. Giaxoglou mencatat bahwa sebagian Protestan tidak menerima konsep doa bagi orang mati, sehingga mereka memandang RIP sebagai ungkapan yang tidak sesuai tradisi mereka.
3. Kontroversi di Kalangan Protestan Modern
Kasus yang dikutip Giaxoglou tentang Wallace Thompson, sekretaris Evangelical Protestant Society, memperlihatkan bagaimana penggunaan RIP memicu perdebatan pada 2017. Ia menilai RIP tidak sejalan dengan teologi Protestan karena mereka percaya bahwa jiwa langsung menuju surga atau terpisah dari Tuhan tanpa proses penyucian.
Reaksi di media sosial menunjukkan perbedaan tajam. Sebagian mendukung Thompson dengan menyebut RIP tidak alkitabiah. Sebagian lain menganggapnya sekadar ungkapan kasih dan ada pula yang menafsirkannya ulang menjadi 'rejoice in peace' atau bersukacita dalam kedamaian.
4. Pergeseran Makna di Ruang Digital dan Budaya Populer
Giaxoglou mencatat bahwa dalam budaya digital, masyarakat menginterpretasikan RIP secara lebih bebas. Ada yang menekankan akar Latinnya, ada yang menganggapnya doa, dan ada yang mengartikannya sebagai ekspresi sekuler semacam ucapan belasungkawa atau sapaan personal seperti 'RIP Mom'.
Laman Crosswalk juga menyebut bahwa RIP kini memiliki sisi kultural yang sangat luas, termasuk muncul pada dekorasi Halloween atau sebagai ekspresi internet seperti 'RIP me' untuk menggambarkan rasa lelah, syok, atau malu. Maknanya menjadi lebih cair dan tidak selalu religius.
5. RIP dalam Katolik Kontemporer
Laman National Catholic Register memberikan penjelasan mendalam tentang bagaimana Gereja Katolik melihat makna RIP pada masa kini. Harapan akan kedamaian bukan berarti kondisi tidur panjang, tetapi kedamaian karena berada dalam hadirat Tuhan.
Referensi mereka pada Catechism of the Catholic Church 1021-1022 menegaskan bahwa setiap jiwa mengalami penghakiman pribadi segera setelah mati. Jiwa orang beriman dapat langsung masuk ke surga, dengan atau tanpa pemurnian, atau terpisah dari Tuhan.
Tulisan tersebut juga mengutip ajaran Paus Benediktus XII, yang menjelaskan bahwa jiwa orang kudus sudah berada dalam kebahagiaan surgawi bahkan sebelum kebangkitan tubuh pada akhir zaman. Inilah yang disebut sebagai beatific vision, yakni kondisi melihat Allah secara langsung. Dalam kerangka ini, RIP berarti hidup dalam sukacita abadi, bukan berhenti melakukan apa-apa.
6. Perubahan Fungsi dari Doa Liturgis ke Ekspresi Universal
Meski frasa ini memiliki akar religius yang dalam, baik Giaxoglou maupun Crosswalk sepakat bahwa masyarakat modern telah 'melepasnya' dari konteks aslinya. Transformasinya meliputi doa liturgis, menjadi doa pribadi di batu nisan, berlanjut menjadi ucapan belasungkawa netral, frasa digital sehari-hari, hingga jadi simbol pop culture.
Contoh Ucapan RIP
Ungkapan rest in peace (RIP) banyak digunakan dalam situasi kehilangan untuk menyampaikan belasungkawa secara sopan dan penuh empati. Berikut beberapa contoh penggunaannya dalam kalimat yang dikutip dari The Idioms, lengkap dengan terjemahannya.
- He was a kind, caring and well-loved family man. May he rest in peace.
Ia adalah sosok keluarga yang baik, penuh perhatian, dan sangat dicintai. Semoga ia beristirahat dalam damai. - It was dreadfully sudden in the end, and I hope she rests in peace.
Kejadiannya sangat tiba-tiba di akhir, dan aku berharap ia beristirahat dalam damai. - The epitaph says 'Here lies Frank James Skinner, Loving son, brother, husband and father, may he rest in peace.'
Tulisan pada nisannya berbunyi, 'Di sini bersemayam Frank James Skinner, putra, saudara, suami, dan ayah yang penuh kasih, semoga ia beristirahat dalam damai.' - Following the murder trial and the media circus in the aftermath, the victim's family begged that she be allowed to rest in peace.
Setelah persidangan pembunuhan dan hiruk-pikuk media yang menyusulnya, keluarga korban memohon agar ia dibiarkan beristirahat dalam damai. - The war was over, and the fallen should now be allowed to rest in peace.
Perang telah usai, dan mereka yang gugur seharusnya kini dibiarkan beristirahat dalam damai.
Makna RIP ternyata luas dan terus berkembang, detikers. Dengan memahami asal-usul dan penggunaannya, kita bisa lebih tepat menempatkan ungkapan ini saat menyampaikan belasungkawa atau menulis pesan yang penuh empati. Semoga bermanfaat!
Simak Video "Video: Kala Presiden Taiwan Pamer Sushi saat Hubungan Jepang-China Memanas"
(sto/apl)