Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober: Sejarah dan Tokoh Kongres Pemuda 1928

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Senin, 27 Okt 2025 14:21 WIB
Teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 asli. (Foto: Buku Makna Sumpah Pemuda Sri Sudarmiyatun)
Jogja -

Sumpah Pemuda 28 Oktober menjadi salah satu tonggak sejarah terbesar perjalanan bangsa. Tapi bagaimana pemuda dari berbagai daerah yang awalnya terpecah akhirnya bersatu dan mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa? Jawabannya lahir dari proses panjang yang penuh dinamika.

Kesadaran nasional tumbuh sejak Kebangkitan Nasional 1908, disusul munculnya berbagai organisasi pemuda yang kemudian menyadari bahwa mereka memiliki nasib yang sama sebagai bangsa terjajah. Puncaknya terjadi pada Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melibatkan tokoh-tokoh visioner dan menjadi momentum kelahiran Sumpah Pemuda.

Kalau kamu ingin memahami bagaimana perjalanan persatuan itu terbentuk dan siapa saja sosok penting di baliknya, yuk lanjutkan membaca sampai akhir uraian latar belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober di bawah ini!

Poin utamanya:

  • Peristiwa Sumpah Pemuda berawal dari kebangkitan pemikiran nasional sejak 1908 yang mendorong pemersatuan pemuda.
  • Kongres Pemuda I dan II menjadi forum penting lahirnya ikrar Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia.
  • Banyak tokoh berpengaruh berperan di balik momentum ini, termasuk Muhammad Yamin, WR Supratman, dan Soegondo Djojopuspito.

Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober

Sebelum akhirnya tercetus Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, perjalanan menuju persatuan pemuda Indonesia berlangsung panjang. Dimulai dari kebangkitan kesadaran nasional, pemuda dari berbagai daerah berproses untuk meninggalkan semangat kedaerahan dan bersatu sebagai satu bangsa. Berikut kronologi lengkapnya yang dirangkum dari buku Sejarah Pergerakan Nasional karya Fajriudin Muttaqin.

1. Awal Kebangkitan Nasional (1908)

Bangsa Indonesia mulai bangkit ketika Budi Utomo berdiri pada tahun 1908. Organisasi ini didirikan oleh para pelajar STOVIA, dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Tujuannya adalah meningkatkan pendidikan masyarakat Jawa yang pada masa itu masih tertinggal akibat kolonialisme.

Kendati masih berpijak pada semangat kedaerahan, Budi Utomo memunculkan kesadaran baru di kalangan pemuda terpelajar. Mereka menyadari bahwa upaya memperbaiki bangsa tidak bisa dilakukan secara individual maupun terbatas hanya pada satu daerah.

Kesadaran kolektif tersebut kemudian menjadi titik awal lahirnya gerakan nasional yang lebih terarah. Sejak momen ini, perjuangan bangsa perlahan beralih dari fisik ke perjuangan modern yang melibatkan organisasi dan pendidikan.

2. Munculnya Organisasi Pergerakan Pemuda (1915-1925)

Setelah Budi Utomo berdiri, pemuda di berbagai daerah mendirikan organisasi sendiri. Di Jawa berdiri Tri Koro Dharmo pada tahun 1915 yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java. Pemuda dari Sumatra kemudian membentuk Jong Sumatranen Bond. Disusul Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Betawi, Jong Minahasa, Sekar Roekoen, hingga Jong Bataks Bond.

Organisasi-organisasi ini menjadi wadah penguatan identitas budaya daerah masing-masing. Namun semakin sering berkumpul dan berdiskusi, mereka menemukan bahwa perbedaan daerah bukanlah penghalang. Justru seluruh pemuda merasakan nasib sama sebagai bangsa yang tertindas oleh penjajah.

Kesadaran untuk bersatu inilah yang terus tumbuh dalam diri para pemuda. Dari semangat itulah lahir keyakinan bahwa Indonesia hanya bisa merdeka apabila seluruh kekuatan pemuda dipersatukan.

3. Pengaruh Perhimpunan Indonesia di Belanda (1920-an)

Di Eropa, para pelajar dari berbagai pulau juga membentuk organisasi bernama Perhimpunan Indonesia. Tokoh-tokoh di dalamnya seperti Mohammad Yamin dan Ali Sastroamidjojo mempunyai pemikiran yang lebih maju mengenai persatuan nasional.

Mereka mengusung empat prinsip perjuangan. Pertama tentang kesatuan nasional yang menekankan Indonesia sebagai satu bangsa. Kedua mengenai solidaritas lintas daerah yang menghapus sekat kesukuan. Ketiga menolak bekerja sama dengan penjajah dalam bentuk apa pun. Keempat menegaskan pentingnya kekuatan sendiri atau swadaya.

Melalui gagasan-gagasan ini, pemuda di Tanah Air makin yakin bahwa perjuangan memerlukan arah bersama sebagai bangsa yang satu.

4. Kongres Pemuda I (1926)

Kesadaran nasional yang berkembang mendorong pertemuan akbar pemuda pada 30 April-2 Mei 1926. Pertemuan ini dikenal sebagai Kongres Pemuda I. Kongres berlangsung di Jakarta dan dihadiri wakil organisasi pemuda dari berbagai daerah.

Hasil penting kongres adalah kesepakatan untuk berjuang bersama demi Indonesia merdeka. Para pemuda juga sepakat agar organisasi pemuda memiliki wadah persatuan di masa depan. Walau hasilnya belum revolusioner, Kongres Pemuda I menjadi batu loncatan ke arah perjuangan yang lebih terarah.

Perbedaan-perbedaan pandangan mulai ditanggalkan demi cita-cita yang lebih besar. Ini menjadi fondasi kuat bagi terselenggaranya kongres kedua.

5. Persiapan Menuju Persatuan yang Lebih Besar (1927-1928)

Kesepakatan untuk membentuk wadah pemersatu pemuda sebenarnya sudah muncul lebih awal, yaitu pada rapat besar tanggal 15 November 1925. Pada waktu itu, organisasi-organisasi pemuda sepakat membentuk panitia khusus untuk mempersiapkan gerakan persatuan yang lebih luas. Kesepakatan tersebut kemudian diwujudkan dalam Kongres Pemuda I tahun 1926 sebagai langkah awal penyatuan visi.

Setelah Kongres Pemuda I, proses memperkuat persatuan terus berlanjut. Para pemuda rutin mengadakan diskusi dan pertemuan antarlembaga di berbagai kota. Mereka membahas bagaimana menyatukan pemikiran, tujuan, dan orientasi perjuangan yang selama ini masih berbeda-beda. Tantangan terbesar adalah menyamakan pandangan bahwa perjuangan tidak lagi bisa berpijak pada kepentingan kedaerahan, melainkan kepentingan nasional.

Pada kurun waktu 1927-1928, gagasan mengenai persatuan semakin matang. Tokoh-tokoh pemuda seperti Sugondo Djojopuspito dan Mohammad Yamin bekerja keras merangkul seluruh organisasi agar siap menghadapi situasi politik yang semakin menuntut lahirnya kekuatan bersama. Semangat untuk bersatu sebagai bangsa semakin menguat, hingga akhirnya momentum itu mengarah pada penyelenggaraan Kongres Pemuda II.

6. Kongres Pemuda II (27-28 Oktober 1928)

Kongres Pemuda II kemudian dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Kongres ini terbagi menjadi tiga kali sidang dan dilaksanakan di gedung yang berbeda. Seluruh organisasi pemuda hadir sebagai peserta, termasuk beberapa pemuda Tionghoa sebagai pengamat.

Pada sidang pertama, para tokoh pemuda membahas pentingnya meninggalkan semangat kedaerahan dan membangun persatuan nasional. Sidang kedua mendalami peran pendidikan dalam membentuk pemuda yang berkarakter kebangsaan. Sedangkan pada sidang ketiga, pembahasan utama diarahkan pada persatuan dalam tindakan nyata.

Sebelum kongres ditutup, diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya WR Supratman untuk pertama kalinya di hadapan publik. Lagu tersebut hanya dimainkan dengan biola, namun berhasil memompa rasa nasionalisme seluruh peserta kongres.

7. Lahirnya Sumpah Pemuda

Pada akhir kongres, para pemuda mengambil keputusan penting yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Teksnya disusun oleh Mohammad Yamin dan dibacakan oleh Sugondo Djojopuspito selaku ketua kongres.

Isi ikrar tersebut berisi tiga janji yang menyatakan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Rumusan ini menjadi deklarasi resmi persatuan Indonesia. Setelah dibacakan, semua peserta menyetujui ikrar tersebut sebagai pedoman bersama perjuangan pemuda.

Keputusan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Untuk pertama kalinya pemuda dari berbagai daerah bersumpah sebagai satu bangsa yang bernama Indonesia.

Tokoh Kongres Pemuda 1928

Setelah memahami bagaimana latar belakang Sumpah Pemuda, tentu kita penasaran dan ingin tahu lebih dalam siapa saja orang-orang di baliknya, bukan? Nah, kali ini, detikJogja merangkum artikel Sumpah Pemuda sebagai Persatuan Bangsa untuk Membangun Negara yang Berdikari oleh Gunawan Santoso dkk serta Sumpah Pemuda: Dalam Rangka Pembentukan Karakter Pemuda di Masa Kini dan Masa Depan oleh Gunawan Santoso dkk untuk mengenal tokoh dalam Kongres Pemuda 1928. Yuk, simak selengkapnya.

1. Muhammad Yamin

Tokoh asal Talawi, Sumatra Barat ini lahir pada 28 Agustus 1903 dan aktif dalam Jong Sumatranen Bond serta Indonesia Muda. Ia menjadi sekretaris Kongres Pemuda II dan ikut merumuskan Sumpah Pemuda. Perannya menonjol dalam mendorong persatuan serta menanamkan semangat kebangsaan. Pemikirannya yang luas dan sifatnya yang pantang menyerah menjadikannya sosok yang sangat berpengaruh bagi gerakan pemuda.

2. Wage Rudolf Supratman

Musisi yang lahir di Jakarta pada 9 Maret 1903 ini dikenal sebagai pencipta lagu Indonesia Raya. Selain sebagai wartawan dan guru, ia memperkenalkan lagu tersebut di Kongres Pemuda II sebagai simbol persatuan. Melalui musik, ia membantu menyalakan semangat perjuangan dan menyatukan pemuda Indonesia di bawah cita-cita kemerdekaan.

3. Soegondo Djojopoespito

Pemuda asal Tuban yang lahir pada 22 Februari 1905 ini menjadi ketua Persatuan Pemuda Indonesia dan berperan penting dalam Kongres Pemuda II. Ia menggerakkan pemuda untuk mengesampingkan perbedaan dan bersatu dalam perjuangan nasional. Kepemimpinannya mampu menumbuhkan motivasi untuk merumuskan ikrar Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia.

4. Amir Syarifuddin

Sebagai wakil ketua Jong Batak Bond, ia dikenal memiliki sikap anti-penjajahan yang tegas. Pemuda berdedikasi ini mendukung ide-ide kebangsaan dalam perumusan Sumpah Pemuda. Keberaniannya melawan penjajah dan semangat persatuannya menjadikannya panutan bagi pemuda saat itu.

5. Djoko Marsaid (Tirtodiningrat)

Ketua Jong Java ini menjabat sebagai wakil ketua Kongres Pemuda II. Ia membantu memperkuat gagasan nasionalisme dan menyatukan pemuda Jawa dengan pemuda dari daerah lain. Melalui pidato dan dukungannya, ia mengedepankan persatuan demi tujuan Indonesia merdeka.

6. Soenario

Aktivis yang memiliki pengalaman internasional ini pernah menjadi Sekretaris II Perhimpunan Indonesia di Belanda. Dalam Kongres Pemuda II, ia bertindak sebagai pembicara dan penasihat. Ia menyatukan banyak ide pemuda dan menegaskan pentingnya kerja sama untuk memperjuangkan kemerdekaan.

7. Sarmidi Mangunsarkoro

Tokoh pendidikan yang kemudian menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menekankan pentingnya pendidikan nasional bagi pemuda. Ia aktif dalam Kongres Pemuda I dan II dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Menurutnya, pemuda harus mengenal budaya bangsa secara luas agar bersatu dalam perjuangan.

8. Sie Kong Liong

Pemilik rumah yang menjadi tempat digelarnya Kongres Pemuda II ini memberikan dukungan besar bagi berlangsungnya peristiwa bersejarah tersebut. Dengan menyediakan lokasi berkumpul, ia membantu memperlancar perjuangan pemuda dari berbagai latar belakang. Hingga kini, rumah itu dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.

9. Kartosuwiryo

Seorang tokoh yang kemudian dikenal dalam gerakan DI TII ini turut menyumbangkan pemikiran nasionalisme dalam pergerakan pemuda. Ia memiliki pandangan bahwa perjuangan kemerdekaan perlu memegang nilai agama. Meski berbeda pandangan, ia tetap menjadi bagian dari perjalanan sejarah pemuda Indonesia.

10. Johannes Leimena

Ketua Jong Ambon ini ikut dalam panitia Kongres Pemuda II dan terlibat dalam perumusan Sumpah Pemuda. Ia memberi kontribusi dalam memperkuat rasa kebersamaan di antara pemuda dari berbagai daerah. Di kemudian hari ia menjadi salah satu tokoh penting dalam pemerintahan Indonesia.

11. Johan Mohammad Tjai

Anggota Jong Islamieten Bond ini menjabat sebagai Pembantu I dalam kepanitiaan Kongres Pemuda 1928. Ia merupakan pemuda peranakan Tionghoa yang aktif memperjuangkan persatuan dan berupaya menghubungkan berbagai kelompok pemuda tanpa melihat latar belakang suku.

12. Rumondor Cornelis Lefrand Senduk

Pemuda dari Minahasa ini menjabat sebagai Pembantu III di Kongres Pemuda II. Ia seorang mahasiswa STOVIA yang menjalin hubungan baik dengan pemuda dari berbagai daerah. Perannya mencerminkan pentingnya kerja sama lintas budaya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

13. Mohammad Rochjani Su'ud

Sosok pemuda Betawi yang lahir pada 1906 ini menjadi Pembantu V di Kongres Pemuda II. Ia juga memimpin Pemoeda Betawi pada tahun 1928. Aktivitasnya memperlihatkan bagaimana pemuda Betawi ikut berkontribusi dalam menyuarakan persatuan.

14. Katja Soengkana

Perwakilan Jong Indonesie ini menjabat sebagai Pembantu II dalam kongres. Ia berupaya memastikan bahwa aspirasi seluruh pemuda terwakili dalam pengambilan keputusan. Sikapnya menunjukkan pentingnya keterlibatan semua kelompok dalam perjuangan bangsa.

15. Dolly Salim

Pelantun pertama lagu Indonesia Raya ini hadir dalam Kongres Pemuda II mewakili semangat pemudi Indonesia. Ia berperan memperkenalkan bahwa perempuan juga memiliki posisi dalam perjuangan nasional. Kontribusinya menjadi simbol bahwa pemuda dan pemudi bersama-sama berjuang bagi bangsa Indonesia.

Setiap nama dalam sejarah Sumpah Pemuda menyimpan semangat untuk bersatu dan berjuang. Saatnya kita meneladani mereka dalam kehidupan hari ini, menjaga persaudaraan serta memperkuat Indonesia dengan karya terbaik kita.



Simak Video "Video: Sam Sung Mantan Pegawai Apple yang Viral, Kini Ganti Nama"

(sto/afn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork