Cerita Warga Stres Berat Usai Rumahnya Terjepit Proyek Rel Kereta Cepat

Internasional

Cerita Warga Stres Berat Usai Rumahnya Terjepit Proyek Rel Kereta Cepat

Danica Adhitiawarman - detikJogja
Rabu, 24 Sep 2025 12:36 WIB
Rumah Diapit Rel Kereta di Jiangsu, China.
Rumah Diapit Rel Kereta di Jiangsu, China. Foto: via Oddity Central
Jogja -

Proyek kereta cepat di China tertunda selama 2 tahun karena satu keluarga menolak menerima uang ganti rugi yang dinilai terlalu kecil. Sementara hampir semua warga lain sudah sepakat direlokasi, hanya keluarga ini yang masih bertahan. Pemilik rumah tersebut, sebut saja Bibi Zhang, tetap ngotot tidak mau pindah.

Dilansir detikProperti yang mengutip Oddity Central, proyek pembangunan rel kereta sudah dimulai sejak tahun 2020. Proyek rel ini dibuat untuk menghubungkan Jiangsu, Zhejiang, dan Shanghai. Pemerintah telah menggelontorkan dana sebanyak 38 miliar yuan atau setara RP 88,9 triliun untuk proyek yang rencananya rampung pada 2024 lalu.

Keluarga Bibi Zhang menuntut pemerintah untuk menaikkan uang ganti ruginya, bahkan hingga ratusan miliar. Awalnya mereka meminta 100.00 yuan (RP 234 juta) per meter persegi, namun pemerintah menolak karena harganya jauh lebih tinggi dari yang yang tercantum dalam peraturan resmi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin ditolak, semakin besar tuntutan ganti rugi yang diminta keluarga Bibi Zhang. Tak tanggung-tanggung mereka meminta ganti rugi sebesar 200.000 (Rp 468 juta) per meter persegi. Jika ditotal seluruhnya, pemerintah harus mengeluarkan dan Rp 233 miliar untuk seluruh properti Bibi Zhang.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, sebenarnya pemerintah sudah menawarkan uang ganti rugi senilai 5 juta yuan atau Rp 11,7 miliar dan tiga rumah yang berukuran setara dengan rumahnya saat ini. Pemerintah bahkan terus berusaha untuk mengomunikasikan hal ini dengan Bibi Zhang.

Meskipun demikian, pemerintah setempat tetap membangun rel kereta yang mengapit rumah Bibi Zhang. Kondisi ini membuat rumah mereka tampak terisolasi.

Melihat hal tersebut, media di China kemudian mengangkat berita ini hingga menjadi sorotan publik karena sikap keras kepala keluarga Zhang. Tekanan sosial yang muncul berdampak pada kesehatan mental Bibi Zhang, bahkan ia dikabarkan didiagnosis menderita neurasthenia berat.

Akhirnya, karena tekanan dari berbagai sisi, Bibi Zhang dan keluarganya memutuskan untuk menerima tawaran pemerintah sesuai ketentuan resmi yang berlaku.

Artikel ini ditulis ulang oleh Redella Reffa Herdianti peserta Program PRIMA Magang Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)




(apu/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads