Bagaimana Letak Matahari, Bulan, dan Bumi Saat Terjadi Gerhana Matahari Parsial?

Bagaimana Letak Matahari, Bulan, dan Bumi Saat Terjadi Gerhana Matahari Parsial?

Nur Umar Akashi - detikJogja
Rabu, 17 Sep 2025 17:50 WIB
Fenomena Gerhana Matahari Cincin dan Parsial tak hanya terlihat di Indonesia. Sejumlah negara seperti Thailand hingga Pakistan juga dapat melihat fenomena itu.
Ilustrasi gerhana matahari parsial. Foto: AP Photo
Jogja -

Letak Matahari, Bulan, dan Bumi saat gerhana sangat menentukan pencahayaan di planet kita. Menariknya, posisi ketiga benda langit ini akan berlainan tergantung jenis gerhananya.

Dilansir laman National Aeronautics and Space Administration (NASA), sebelumnya, detikers harus tahu bahwa ada empat tipe gerhana Matahari. Keempatnya adalah gerhana Matahari total, cincin (annular), sebagian/parsial (partial), dan hibrida (hybrid).

Secara garis besar, gerhana terjadi ketika cahaya yang dipancarkan Matahari diblok oleh Bulan alih-alih dipantulkan. Oleh sebab itu, Bumi menjadi berkurang kecerahannya atau dalam kasus gerhana Matahari total, Bumi akan gelap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti telah disinggung sepintas lalu di atas, gerhana Matahari parsial menyebabkan Bumi dapat pencahayaan yang berbeda dibandingkan gerhana Matahari total atau cincin. Yang membuat perbedaan adalah posisi ketiga benda langit ini di antariksa.

Memang, bagaimana letaknya sehingga gerhana Matahari parsial terjadi? Baca penjelasan lengkapnya melalui uraian di bawah ini, yuk!

ADVERTISEMENT

Poin utamanya:

  • Saat gerhana Matahari parsial, posisi Matahari, Bulan, dan Bumi tidak benar-benar sejajar.
  • Gerhana Matahari parsial terdekat akan terjadi pada 21-22 September 2025.
  • Gerhana Matahari parsial hanya bisa diamati dengan kacamata khusus untuk mencegah cedera mata.

Letak Matahari, Bulan, dan Bumi Saat Gerhana Matahari Parsial

Menurut keterangan dari Universe Today, jarak rata-rata Bumi ke Bulan adalah 384.403 kilometer. Titik terdekat Bulan dari Bumi disebut perigee, sedangkan terjauhnya adalah apogee. Di sisi lain, Matahari dan Bumi punya jarak rata-rata 149.597.887 kilometer.

Ketiga benda langit tersebut saling punya kaitan sehingga dapat membentuk gerhana Matahari. Tatkala gerhana terjadi, Bulan sedang berada di antara Matahari dan Bumi. Alhasil, cahaya Matahari yang seharusnya bisa masuk ke Bumi jadi terhalangi.

Dilihat dari Time and Date, saat gerhana Matahari parsial, Bulan memang menutupi cahaya Matahari, tetapi tidak secara menyeluruh. Hal ini disebabkan posisinya yang tidak benar-benar sejajar sempurna.

Nah, karena hanya sebagian Matahari saja yang tertutup, Bumi tidak lantas jadi gelap gulita saat gerhana Matahari parsial. Terlebih, saat gerhana Matahari sebagian, bayangan Bulan yang paling gelap (umbra) tidak mencapai Bumi. Namun, bayangan sebagiannya (penumbra), sampai ke Bumi.

Berdasar penjelasan dari laman resmi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), wilayah Bumi yang terpapar penumbra Bulan bisa menyaksikan gerhana Matahari sebagian. Dari sana, Matahari tampak seperti terkena gigitan.

Sebaliknya, wilayah lain di luar penumbra Bulan tidak dapat melihat gerhana Matahari sama sekali. Meski begitu, ada kalanya gerhana Matahari total dan parsial berlangsung bersamaan. Dalam kondisi itu, wilayah Bumi di umbra Bulan gelap gulita. Sementara itu, daerah Bumi yang ada di penumbra Bulan mengalami gerhana parsial.

Gerhana Matahari Parsial 21 September 2025

Pada akhir pekan ketiga sekaligus awal pekan keempat September 2025, tepatnya tanggal 21-22 September, akan terjadi gerhana Matahari parsial. Dikutip dari Space, fenomena ini bisa disaksikan dari beberapa pulau di wilayah Pasifik serta sebagian Australia dan Antartika.

Gerhana akan dimulai pukul 1.29 PM Eastern Daylight Time (EDT). Saat itu, Bulan tampak sedikit menutupi bagian kanan atas Matahari. Beberapa jam setelahnya, Bulan bergeser ke arah kiri sehingga hampir separuh bagian atas Matahari terblokir.

Apabila berkesempatan menyaksikan langsung, detikers akan melihat bentuk Matahari yang mirip Bulan sabit. Hanya saja, ukurannya lebih besar dan warnanya cenderung kuning atau oranye.

Fase selanjutnya, tepat pukul 15.41 EDT, gerhana Matahari parsial mencapai puncaknya. Pada momen ini, sebagian besar Matahari telah tertutup Bulan. Dilihat dari wilayah yang punya visibilitas di Bumi, Matahari tampak mirip Bulan sabit kecil.

Setelah itu, selama berangsur-angsur, Bulan akan bergulir dari kiri ke kanan, menandai berakhirnya gerhana Matahari parsial. Untuk menyaksikan keseluruhan fasenya, detikers dapat mengikuti siaran langsung alias live streaming di Internet.

Guna memudahkan detikers, begini jadwalnya yang telah dikonversi ke Waktu Indonesia Barat (WIB):

  • Mulai: 00.29 WIB tanggal 22 September 2025
  • Puncak: 02.41 WIB tanggal 22 September 2025
  • Akhir: 04.53 WIB tanggal 22 September 2025

Tips Aman Lihat Gerhana Matahari Sebagian

Diringkas dari NASA, di bawah ini beberapa tips melihat gerhana Matahari parsial dengan aman:

  • Jangan melihat gerhana Matahari parsial dengan mata telanjang.
  • Lihat gerhana Matahari sebagian dengan kacamata khusus. Gunakan yang telah memenuhi standar internasional ISO 12312-2.
  • Pastikan kacamata gerhana tidak rusak sama sekali.
  • Hindari menyaksikan gerhana lewat lensa kamera, teleskop, teropong, atau perangkat optik lain saat memakai kacamata gerhana.
  • Bila tidak bisa melihat secara langsung karena ketiadaan alat, kamu bisa menyaksikan lewat proyektor lubang jarum. Proyektor ini bisa dibuat sendiri dengan kotak kardus, kertas putih, selotip, gunting, dan aluminium foil.

Demikian pembahasan ringkas mengenai letak Matahari, Bulan, dan Bumi saat gerhana Matahari parsial. Semoga menambah wawasanmu, ya, detikers!




(par/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads