Misteri Jejak Sepatu di Jenazah Rheza Sendy Mahasiswa Amikom

Terpopuler Sepekan

Misteri Jejak Sepatu di Jenazah Rheza Sendy Mahasiswa Amikom

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 07 Sep 2025 16:22 WIB
Aksi 1.000 lilin dari mahasiswa Amikom Jogja untuk Rheza Sendy Pratama, Kamis (4/9/2025).
Aksi 1.000 lilin dari mahasiswa Amikom Jogja untuk Rheza Sendy Pratama, Kamis (4/9/2025). (Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja)
Jogja -

Puluhan orang dilarikan ke RSUP Sardjito di tengah aksi massa yang terjadi pada akhir pekan lalu. Salah satunya adalah seorang mahasiswa Amikom Jogja, Rheza Sendy Pratama.

Dia dibawa ke rumah sakit pada Minggu pagi (31/8). Setelah sempat kritis, Rheza kemudian mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit itu.

Kematian Rheza yang masih misterius itu menjadi salah satu berita yang banyak diakses oleh pembaca detikJogja selama sepekan terakhir ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi Tak Sadar

ADVERTISEMENT

Manajer Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan menyebut bahwa Rheza masuk ke rumah sakit pada pukul 06.30 WIB. Kondisinya saat itu masih hidup, namun sudah tidak sadar.

"(Iya) Tidak sadar (saat tiba di Sardjito)," kata Banu Hermawan.

Pihak rumah sakit pun terus berupaya untuk melakukan penanganan medis kepada Rheza. Mereka berupaya menyelamatkan Rheza. Namun, 30 menit kemudian, Rheza akhirnya meninggal.

"Kemudian tim medis kami melakukan namanya RJP, resusitasi jantung. Secara maraton, sekitar 30 menit, namun demikian jam 07.06 kami menyatakan beliau meninggal dunia," jelas dia.

Dia menjelaskan terkait dengan penyebab kematian Rheza, pihaknya masih menegakkan diagnosa henti jantung. Mengingat keluarga Rheza enggan untuk dilakukan visum lebih lanjut.

Terdapat Luka-Jejak Sepatu

Ayah almarhum Rheza, Yoyon Surono mengaku mendapat kabar mengenai nasib anaknya justru dari tetangganya. Terdapat postingan di medsos bahwa Rheza dirawat di Sardjito karena terkena gas air mata.

Dia segera meluncur menuju rumah sakit. Setiba di rumah sakit dia menjumpai anaknya sudah meninggal.

"Saya ke sana (Sardjito), anaknya sudah terbujur kayak gitu," kata Yoyon Surono (31/8).

Yoyon menceritakan, saat memandikan jenazah, di sekujur tubuh Rheza terdapat banyak luka memar. Selain itu, leher Rheza juga patah, serta ada bekas pijakan sepatu di tubuh Rheza. Tapi dia tidak bisa memastikan kejadian dan dari mana luka tersebut bisa didapat.

"Tadi aku sudah melihat dan ikut mandikan, yang sini (leher kiri) kayak patah, pas dikucir kepala (yang dislokasi) juga harus dikrek (dikembalikan) sama yang di sana. Cuma yang paling kelihatan kan bekas-bekas sepatu PDL itu sini (perut bagian kanan), sama bekas sayatan-sayatan (memar pukulan). Sayatan kayak bekas digebuk itu loh. Bocor (kepalanya) itu," katanya.

Keluarga Menolak Jenazah Diautopsi


Yoyon Surono menceritakan bahwa pada awalnya Rheza pamit keluar rumah untuk ngopi bersama temannya. Namun Rheza tidak pulang. Berdasarkan informasi yang dia peroleh, Rheza terluka saat aksi massa yang terjadi di Jogja.

"Iya kejadiannya pagi, di depan Polda (DIY) kayaknya," imbuhnya.

Meski keluarga sangat berduka atas kejadian itu, pihaknya tidak menginginkan anaknya diautopsi.

"Cuma kita dari keluarga sudah pasrah. apapun yang terjadi ini musibah gitu aja. Jadi kita nggak mau autopsi," katanya.

"Kedatangan kami semua untuk belasungkawa, turut berduka cita atas meninggalnya almarhum saudara Rheza Pratama. Keluarga (korban) menerima kami dan menyampaikan telah menerima dan ikhlas atas kematian, meninggalnya putra beliau," kata Irjen Anggoro dalam keterangan video yang diterima wartawan, Minggu (31/8/2025).

Adapun Kapolda DIY Irjen Anggoro Sukartono melayat dan bertemu dengan keluarga Rheza. Dalam pertemuan dengan keluarga almarhum Rheza, Anggoro menyampaikan pihaknya akan melakukan penyelidikan dan penyidikan jika keluarga korban menghendaki peristiwa ini diproses hukum. Akan tetapi, dalam pertemuan itu keluarga korban disebut telah menerima peristiwa itu.

"Kami juga sudah menyampaikan maksud kedatangan apabila keluarga akan mempertanyakan sampai kepada proses hukum dari meninggalnya kami siapkan semua proses itu mulai dari penyelidikan, penyidikan. Namun proses awal keluarga menolak untuk melakukan ekshumasi dan keluarga menerima," katanya.

Meski demikian, Anggoro tetap membuka diri kepada keluarga korban jika nantinya berubah pikiran dan ingin agar kasus ini diusut.

"Kalau nanti keluarga di kemudian hari berubah pikiran dan ingin mempertanyakan proses hukum terhadap meninggalnya saudara Rheza kami siap untuk melakukan penyidikan," tegasnya.


Rheza Korban Aksi Massa


Pihak kepolisian mengakui bahwa Rheza merupakan korban dalam aksi massa yang diwarnai kericuhan di depan Polda DIY. Kapolda DIY Irjen Anggoro Sukartono menyebut saat itu polisi melontarkan gas air mata untuk membubarkan massa.

"Jadi korban itu diambil dari TKP, dibawa ke dalam (Polda DIY) untuk diselamatkan karena kondisinya dalam keadaan lemah. Jadi diangkat, dibawa. Karena situasi gas air mata semua," jelas Anggoro saat ditemui di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Selasa (2/9/2025).

Di dalam Polda DIY, lanjut Anggoro, Rheza ditangani oleh Kedokteran kepolisian. Melihat kondisinya yang lemas, Polisi pun memutuskan untuk membawanya ke RSUP Dr Sardjito.

"Kemudian dibawa ke dalam ditangani oleh kedokteran kepolisian, nah nanti dari sana bisa diketahui, di sana dibawa menggunakan ambulans tapi bukan menggunakan ambulans kita karena situasi kita tidak bisa keluar, nah kita pinjam dari Sardjito dan diantar ke sana," paparnya.

Lebih lanjut dijelaskan Anggoro, dalam situasi saat itu, tugas kepolisian hanya memberikan pertolongan pertama terhadap para korban. Ia juga menegaskan saat tidak ada instruksi untuk menghalau massa dengan kekerasan.

"Dari enam orang yang kita bawa, semua menjadi tanggung jawab rumah sakit pada saat kita serahkan. Pertolongan pertama di kami, sudah kami lakukan," terangnya.


mahasiswa Amikom Rheza Sendy Pratama meninggal usai mengikuti aksi massa di Jogja. Keluarga menemukan luka serta jejak sepatu di tubuhnya.




(ahr/alg)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads