Tanggal lahir Nabi Muhammad SAW memang masih diperselisihkan sampai saat ini. Namun, para ulama sepakat Rasulullah lahir hari Senin, bulan Rabiul Awal, dan tahun Gajah. Lantas, kenapa disebut tahun Gajah?
Disadur dari buku Muhammad: Sang Nabi dan Negarawan oleh W Montgomery Watt, tahun Gajah merujuk pada waktu ketika seorang gubernur muda bernama Abrahah dari Yaman menyerang Makkah, terkhusus Ka'bah. Bersama pasukan besarnya, turut serta pula sederet gajah perang.
Para sejarawan cenderung memilih 570 Masehi sebagai tahun Gajah. Sementara itu, menurut informasi dari Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, tahun Gajah bertepatan dengan 571 Masehi. Wallahu a'lam bish-shawab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagaimana sudah banyak umat Islam ketahui, peristiwa serangan gajah ke Mekkah tersebut diabadikan Allah SWT dalam Al-Quran, tepatnya surat al-Fiil. Meski begitu, kisah latar belakang alasan serangan itu dimulai dan lika-likunya mungkin belum banyak diketahui.
Ingin tahu lebih lanjut? Simak selengkapnya di bawah ini.
Alasan Abrahah Menyerang Kakbah di Makkah
M Ranah Chairullah dari IAIN Curup melalui skripsinya, Analisis Proses Kisah Kehancuran Pasukan Abrahah dalam Tafsir al-Khazin, menerangkan bahwa Abrahah punya nama lengkap Abrahah al-Asyram. Ia merupakan seorang gubernur di Yaman yang tunduk kepada raja Habasyah.
Sosoknya diketahui punya ambisi mengalihkan kiblat peribadatan bangsa Arab dari Kakbah ke gereja megah yang telah ia bangun. Gereja yang dipersembahkan untuk raja Habasyah itu bernama al-Qulais atau al-Qalis.
Ketika maksud Abrahah tersebar luas, bangsa Arab murka. Seorang penduduk Mekkah bernama Malik bin Kinanah bahkan sampai menyambangi gereja tersebut untuk buang air besar. Tinjanya kemudian ia oleskan ke dinding gereja.
Mengetahui insiden itu, api amarah menggelegak di tubuh Abrahah. Gubernur Yaman yang masih hijau itu lalu menyiapkan pasukannya untuk menyerang Mekkah. Pasukan itu diperkuat sejumlah gajah untuk menambah daya gedor.
Diringkas dari NU Online, ada alasan lain Abrahah ingin menyerang Makkah, yakni mengubah agama bangsa Arab. Abrahah yang merupakan bawahan raja Habasyah, Najasyi, adalah seorang penganut agama Kristen. Ia ingin agar masyarakat Arab pagan beralih memeluk Kristen.
Bukan hanya alasan agama, Abrahah juga berangkat karena faktor ekonomi. Saat itu, Mekkah adalah pusat perdagangan. Para pedagang datang dari segala penjuru mencoba peruntungannya di sana.
Hal ini masuk akal, mengingat, masyarakat Arab secara berkala datang ketika musim haji. Dengan kehancuran Kakbah, Abrahah berharap, pusat perdagangan dialihkan ke Yaman. Menurut Quraish Shihab, faktor kedengkian Abrahah terhadap penduduk Mekkah yang dapat keuntungan materi dan kemuliaan juga dimungkinkan.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Perlawanan Orang Arab terhadap Bala Tentara Abrahah
Jumlah gajah yang ikut serta ekspedisi ambisius Abrahah adalah 8 atau 12. Bagi penduduk Hijaz, gajah adalah makhluk yang asing karena tidak pernah ditemui. Perawakannya yang besar menggentarkan hati manusia.
Sebelum keluar Yaman, Abrahah sudah dihadang dahulu oleh Dzu Nafr. Namun, perlawanannya dengan mudah ditumpas. Selain Dzu Nafr, Nufail bin Habib beserta Kabilah Syahran, Nahis, dan Khats'am juga mencoba melakukan hal yang sama. Sekali lagi, Abrahah meraih kemenangan.
Di Kota Thaif, Abrahah diserang oleh Bani Tsaqif pimpinan Mas'ud bin Muttalib al-Tsaqif. Perlawanan orang-orang Arab itu bisa diatasi. Bani Tsaqif meminta damai dan sebagai ganti, menghadiahi seorang pemandu jalan.
Pasukan Abrahah meneruskan perjalanan hingga sampai di Mughammis atau al-Mughammas. Di tempat yang kira-kira berjarak 3,6 kilometer dari Mekkah ke arah Thaif ini, Abrahah berhenti. Ia mengutus Aswad bin Maqsud ke Mekkah.
Sebelum masuk kota, Abrahah mengirim Hanathah al-Himyari untuk menjelaskan maksudnya kepada pemimpin Mekkah. Abdul Muthalib yang saat itu menjadi pimpinan Makkah berangkat menemui Abrahah di markasnya.
Alih-alih meminta keselamatan, Abdul Muthalib justru meminta ratusan untanya yang dirampas Aswad bin Maqsud untuk dikembalikan. Kagum akan keberaniannya, Abrahah mempertanyakan 'ketidakpedulian' Abdul Muthalib atas Kakbah.
"Aku pemilik unta, Kakbah mempunyai pemilik yang akan melindunginya," jawab Abdul Muthalib.
Demikianlah, dengan penuh kecongkakan dan keyakinan, Abrahah siap menyerang Makkah keesokan harinya. Gubernur Yaman tersebut tidak mengetahui azab besar yang menantinya. Kisahnya bakal abadi dalam sejarah sepanjang masa.
Kehancuran Abrahah dan Pasukan Gajah
Disarikan dari buku Kisah Orang-Orang Sabar oleh Nasiruddin, dari Abrahah, Abdul Muthalib bergegas kembali ke Makkah. Kakek Rasulullah SAW itu memerintahkan penduduk untuk melakukan evakuasi ke bukit-bukit agar aman.
Sebagai pemimpin, Abdul Muthalib adalah yang terakhir pergi. Ia melakukan thawaf dahulu di Kakbah dan berdoa. Setelah itu, Abdul Muthalib bergegas menyusul kaumnya di bukit-bukit sekeliling Makkah.
Menjelang serangan, Abrahah sudah mendapati tanda-tanda negatif. Unta-unta pasukannya tak mau berdiri biarpun dicambuk. Begitu pula gajah-gajah. Ketika diarahkan ke Ka'bah, mereka bergeming tak mau bergerak, termasuk gajah milik Abrahah yang bernama Mahmud.
Berbagai daya dan usaha dikerahkan, termasuk dengan pukulan. Saat diarahkan ke arah lain, gajah-gajah tersebut bangkit dan tampak ingin berlari. Namun, saat dihadapkan Makkah, mereka menderum dan enggan bergerak.
Dalam situasi mogok itulah, Allah SWT mengirim burung-burung ababil yang membawa batu kecil panas terbakar. Setiap burung membawa 3 batu, 1 di paruh dan 2 di kaki. Ketika mengenai tubuh, efek mengerikan langsung terjadi.
Serangan burung-burung ini diabadikan Allah SWT dalam surat al-Fiil:
Ψ§ΩΩΩΩ Ω ΨͺΩΨ±Ω ΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨΉΩΩΩ Ψ±ΩΨ¨ΩΩΩΩ Ψ¨ΩΨ§ΩΨ΅ΩΨΩ°Ψ¨Ω Ψ§ΩΩΩΩΩΩΩΩΫ. Ψ§ΩΩΩΩ Ω ΩΩΨ¬ΩΨΉΩΩΩ ΩΩΩΩΨ―ΩΩΩΩ Ω ΩΩΩΩ ΨͺΩΨΆΩΩΩΩΩΩΩΫ. ΩΩΩΨ§ΩΨ±ΩΨ³ΩΩΩ ΨΉΩΩΩΩΩΩΩΩ Ω Ψ·ΩΩΩΨ±ΩΨ§ Ψ§ΩΨ¨ΩΨ§Ψ¨ΩΩΩΩΩΫ. ΨͺΩΨ±ΩΩ ΩΩΩΩΩΩ Ω Ψ¨ΩΨΩΨ¬ΩΨ§Ψ±ΩΨ©Ω Ω ΩΩΩΩ Ψ³ΩΨ¬ΩΩΩΩΩΩΫ. ΩΩΨ¬ΩΨΉΩΩΩΩΩΩ Ω ΩΩΨΉΩΨ΅ΩΩΩ Ω ΩΩΨ£ΩΩΩΩΩΩΩ ΰ£.
Artinya: "Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? [1] Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? [2] Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong [3] yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar [4] sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). [5]
Abrahah tidak mati dalam peristiwa itu. Ia berhasil kembali ke Yaman dalam kondisi luka berat, tetapi lantas menghembuskan napas terakhir karena kondisinya sudah tak tertolong. Wallahu a'lam bish-shawab.
Untuk mengenang peristiwa ini, tahun serangan Abrahah dinamai Amul Fil (Tahun Gajah). Tak lama setelah hancurnya Abrahah beserta pasukannya, Nabi Muhammad SAW lahir. Menurut riwayat paling populer di Indonesia, pada hari Senin, 12 Rabiul Awal.
Itulah alasan di balik nama Tahun Gajah, tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW. Semoga bermanfaat!
(sto/aku)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang