Ngeri Kakek Bunuh Lansia di Tasikmalaya, Punya 'Death Note' 7 Target Korban

Regional

Ngeri Kakek Bunuh Lansia di Tasikmalaya, Punya 'Death Note' 7 Target Korban

Faizal Amiruddin - detikJogja
Selasa, 05 Agu 2025 12:28 WIB
Terduga pelaku pembunuhan veteran di Tasikmalaya saat digelandang polisi.
Terduga pelaku pembunuhan veteran Karna (96) di Tasikmalaya saat digelandang polisi. (Foto: Istimewa)
Jogja -

Kakek berinisial A warga Kampung Cilongkang, Desa Dirgahayu, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dibekuk polisi usai membunuh Karna (96). Kakek A ternyata punya catatan kematian (death note) tujuh calon korbannya.

Peristiwa pembunuhan itu terjadi pada Kamis (31/7/2025) lalu. A tega membacok Karna secara membabi buta hingga korban ditemukan tewas dengan luka bacok di kepalanya.

Dari hasil penyelidikan polisi, A ternyata sempat membuat catatan kematian tujuh calon korbannya. Dalam death note itu, Karna yang mantan veteran itu menjadi target nomor 7.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada beberapa nama yang ditulis dan disebut sama pelaku itu, calon yang akan dibunuh sama dia, karena di otak (pikiran) dia, mereka itu pencuri. Sampai ditulis ada 7 orang yang harus dia bunuh, termasuk korban di daftar terakhir yang dia ditulis, di otak dia kalau pencuri harus dibunuh," kata Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota AKP Herman Saputra, Senin (4/8/2025) dikutip dari detikJabar.

ADVERTISEMENT

Saat ini kakek A pun dikirim ke RSJ Provinsi Jawa Barat di Cisarua untuk diperiksa kejiwaannya. Selama ditahan, A pun ditempatkan di sel khusus atau terpisah di Mapolres Tasikmalaya.

"Kami akan mengirim yang bersangkutan ke RSJ Cisarua Bandung, direncanakan selama 14 hari dia akan menjalani pemeriksaan kesehatan," jelas Herman.

"Sekarang masih di Polres, setelah dokumen persyaratannya lengkap langsung dikirim ke RSJ," sambungnya.

A Dikenal Pemarah

Semetnara itu, menantu korban, Endang mengatakan A dikenal sebagai sosok pemarah. Hal itu semakin menjadi saat Endang atau keluarganya mengurus kebun yang dibeli dari A.

"Jadi kebun punya dia, dulu dibeli oleh bapak (korban). Nah setelah sakit, dia selalu marah kalau melihat kami sedang mengurus kebun itu," kata Endang.

A juga diduga terlalu melindungi harta benda miliknya. A disebut sering menuduh orang-orang sebagai pencuri.

"Anaknya masang toren (penampungan air) di depan rumah, sama dia dibongkar dan dipaksa dimasukkan ke dalam rumah, karena takut ada yang mencuri. Orang sering lewat depan rumahnya ditempeleng, sama dituduh mau mencuri," kata Endang.

Endang mengungkap usai kasus pembunuhan mertuanya, keluarganya berharap A tidak kembali tinggal di kampungnya. Dia mengaku paham jika orang sakit jiwa bisa lolos dari jerat hukum, tapi dia berharap A tak lagi tinggal bersama mereka di kampung.

"Pokoknya kami semua menolak dia kembali ke lingkungan kami. Cukup mertua saya saja yang jadi korban. Kami sudah sangat lelah dengan perilakunya," kata Endang.




(ams/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads