Terdapat banyak ritual untuk mengantarkan jasad manusia yang telah berpulang alias meninggal dunia. Salah satunya yang menarik perhatian adalah pemakaman langit atau sky burial. Berikut ini penjelasan seputar ritual hingga lokasinya.
Menurut informasi dari The Living Urn, sesuai namanya, jenazah seseorang tidak dikubur atau dikremasi dalam pemakaman langit. Alih-alih, jasad akan dipotong-potong oleh operator. Kemudian, jenazah akan dimakan habis oleh burung nasar.
Selain karena faktor agama, pemakaman langit, yang umumnya dilakukan di Tibet juga dilatarbelakangi alasan lain. Pertama, wilayah Tibet terkenal berbatu sehingga akan menyulitkan penguburan jenazah. Kedua, pemakaman secara kremasi juga tidak sesuai karena sebagian besar dataran tinggi Tibet berada di atas zona tumbuhnya pohon.
Penasaran dengan ritual lengkap alias tata cara pemakaman langit? Simak serba-serbi pemakaman langit yang telah detikJogja siapkan di bawah ini. Pembahasannya meliputi tata cara, tujuan, makna, dan lokasinya.
Proses Ritual Pemakaman Langit dan Lokasinya
Disadur dari laman Earth Funeral, pemakaman langit alias sky burial adalah tradisi dalam agama Buddha Tibet untuk berpamitan dengan orang-orang yang telah mati. Praktik pemakaman ini telah berlangsung sejak 11.000 tahun lalu dan terus berlanjut sampai sekarang.
Dikenal juga dengan istilah Jhator, ritual pemakaman langit secara ringkas, dikutip dari Earth Funeral dan Wonders of Tibet adalah:
1. Jenazah Didoakan di Rumah
Tahap pertama adalah menyiapkan jenazah yang akan diberikan pemakaman lain. Jasad seseorang yang telah meninggal dunia akan dibiarkan dalam posisi berbaring selama 3 hingga 5 hari di rumahnya.
Selagi jenazah disimpan di rumah, para biksu akan datang dan membaca doa. Selain itu, juga akan dibacakan Bardo Thodol (Kitab Orang Mati). Setelahnya, jenazah diproses dalam tahap selanjutnya.
2. Tubuh Jenazah 'Dimutilasi'
Dalam tahap kedua ini, tubuh orang yang sudah meninggal dipotong-potong menjadi bagian kecil. Hal ini dilakukan agar burung-burung nasar dapat memakan sisa-sisanya tanpa kendala. Proses pemotongan ini dilakukan oleh seorang pemotong jenazah yang disebut rogyapa.
Pertama-tama, tulang belakang mayat dipatahkan, kemudian mayatnya dibawa ke puncak gunung. Pemecah mayat atau biasa disebut Tumden akan membakar dupa juniper untuk menarik perhatian burung-burung nasar.
3. Eksekusi Pemakaman Langit
Setelah jenazah dipotong-potong dan dupa dihidupkan, burung nasar akan 'mengurus' jasad tersebut. Setelah 10 sampai 15 menit, prosesi pemakaman langit sudah selesai dilakukan. Orang Tibet percaya, semakin cepat burung memakannya, kehidupan orang tersebut akan bahagia dalam hidup mendatang.
Sisa-sisa tulang yang masih terserak akan dihancurkan dengan palu. Kemudian, dicampur dengan tsampa dan teh mentega tibet. Di sisi lain, sebagian masyarakat Tibet memilih untuk memecah sisa jenazah dan menguburnya. Yang lain akan membakar sisa jenazah tersebut.
Kembali dirujuk dari laman The Living Urn, Tibet punya tak kurang dari 1.075 situs pemakaman langit. Misalnya saja, salah satu tempat paling populer untuk sky burial adalah Biara Drigung Til yang merupakan biara paling besar.
Biara terbesar sekaligus tua (karena berusia 900 tahun) tersebut sanggup memproses hingga 10 jenazah per hari. Pasalnya, kepala atau operator pemakaman yang bertugas membutuhkan waktu 2 hingga 3 jam untuk mengurus setiap jenazah.
Selain di Tibet, prosesi pemakaman langit juga masih dipraktikkan di beberapa negara lain seperti Bhutan, Mongolia, dan beberapa bagian India. Adapun di Tibet, penduduknya menyebut pemakaman langit sebagai Ten-Chak atau Kyil-Khor.
Tujuan dan Makna Pemakaman Langit
detikers mungkin bertanya-tanya, apa tujuan dari pemakaman langit ini? Bagi orang-orang Tibet, tubuh seseorang tidak lagi berguna bila rohnya telah pergi. Namun, dengan cara pemakaman langit, orang tersebut bisa berkontribusi terhadap dunia dengan cara memberi makan hewan lain dan dalam hal ini burung nasar.
Di samping itu, sebagaimana penjelasan dari laman Pulvis Urns, pemakaman langit juga sesuai dengan kepercayaan Buddha, yakni Anicca atau ketidakkekalan. Dengan prosesi sky burial, orang Tibet menggambarkan menunjukkan keberterimaan bahwasanya manusia bersifat sementara dan bisa berubah.
Tak hanya itu, sky burial juga mengandung makna kasih sayang atau Karuna. Hal ini tercermin dalam prosesnya, yakni memberikan burung nasar makanan dengan sisa-sisa jasad manusia. Kegiatan ini juga sekaligus menggambarkan tindakan murah hati untuk membantu makhluk lain bertahan hidup.
Dikutip dari detikTravel, dalam bahasa Tibet, burung nasar disebut Dakini. Nama tersebut berarti penari langit. Pasalnya, orang-orang Tibet percaya, burung nasar adalah reinkarnasi dari malaikat. Jadi mereka akan mengambil arwah jenazah dan mengantarnya ke surga, tempat menanti reinkarnasi kehidupan selanjutnya.
Nah, itulah uraian tentang prosesi pemakaman langit yang sekilas tampak menyeramkan, tetapi mengandung makna mendalam. Semoga menambah pengetahuan detikers, ya!
Simak Video "Video: Kenapa Umar Bin Khattab Istimewakan Bulan Muharram?"
(sto/dil)