Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jogja mengumumkan status siaga bencana pada 1-31 Desember 2024. Sejumlah potensi bencana pun dipaparkan sebagai langkah preventif.
Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan dan Data Informasi Komunikasi Kebencanaan BPBD Kota Jogja Aki Lukman Nor Hakim mengatakan penetapan status siaga bencana tersebut berdasarkan prediksi BMKG puncak musim hujan tahun ini akan terjadi pada Desember.
"Puncak hujan di 2024 diprediksi pada bulan Desember, sampai Februari 2025. Sementara akhir musim hujan diprediksi bulan Mei 2025," ujarnya dalam jumpa pers di Kompleks Balai Kota Jogja, Jumat (29/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Status siaga darurat memang diperlukan. Hari ini di ruang Pak Sekda kami bahas, kita disetujui, sekarang masih proses, status siaga untuk Kota Jogja 1-31 Desember 2024," sambung Lukman.
Ia menuturkan salah satu dampak bencana yang diwaspadai adalah talut longsor. Setidaknya ada 4 titik talut di Kota Jogja yang diantisipasi mengalami longsor. Di antaranya di Ngampilan, Jogoyudan, dan Gambiran.
Bahkan salah satu titik di antaranya, yakni talut di wilayah Ngampilan longsor Kamis (28/11) dan mengancam sejumlah rumah warga di atasnya. Lukman memastikan rumah warga yang terancam longsor itu sudah kosong.
Sebagai langkah tindak lanjut pihaknya memberikan fasilitas berupa pemasangan terpal. Ini untuk mencegah longsor yang lebih parah lagi. Sementara perbaikan talut akan diserahkan kepada Dinas PUPKP Kota Jogja.
"(Talut) Yang paling besar di Ngampilan, akan dioptimalkan di 2025 sambil penataan 3M (mundur, munggah, madhep kali). Kalau yang Gambiran dan Jogoyudan kami juga untuk anggarkan," papar Lukman.
Lukman memaparkan berbagai penyebab terjadinya talut longsor di Kota Jogja. Ia mencontohkan talut di Gambiran dan Jogoyudan terjadi longsor lantaran derasnya air Kali Gajahwong dan Code usai turunnya curah hujan yang sangat tinggi.
Ini berbeda dengan penyebab longsornya talut di Ngampilan yang disebabkan oleh kerusakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di bawahnya.
"Kalau di Ngampilan pemicunya salah satunya air dari kamar mandi. Bocor lama kelamaan tergerus, lama-lama akan runtuh. Kalau di Gambiran sama Jogoyudan karena air curah hujan tinggi. Tidak sama antara lokasi satu dengan yang lain," paparnya.
Adapun berdasarkan hasil asesmen BPBD Kota Jogja, ada ribuan KK yang tinggal di bantaran Kali Code, Gajahwong, dan Winongo yang berpotensi terdampak banjir. Sebagai langkah antisipasi, BPBD Kota Jogja turut memasang early warning system (EWS) di beberapa titik sungai di Kota Jogja.
Selain menyiagakan EWS yang sudah ada, pihaknya juga akan menambah EWS di aliran Kali Code, tepatnya di daerah Kleringan, Gondomanan, dan Sorosutan. Kemudian di aliran Kali Gajahwong dan di aliran Kali Winongo.
"Di sana memang perlu karena begitu level naik, kanan kiri akan kebanjiran," urai Lukman.
Lebih lanjut menurut Lukman, status siaga bencana di Kota Jogja ini tak menutup kemungkinan untuk diperpanjang jika diperlukan.
"Jangan buang sampah di drainase yang mengakibatkan banjir dan jangan berteduh di pohon baik itu kendaraan parkir atau orang berkumpul karena sangat membahayakan," pungkasnya.
(rih/aku)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM