Gumuk Pasir Parangtritis Direstorasi, Bakal Jadi Kawasan Premium

Gumuk Pasir Parangtritis Direstorasi, Bakal Jadi Kawasan Premium

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 24 Jul 2024 15:49 WIB
Kawasan gumuk pasir Parangtritis di Kretek, Bantul, Rabu (24/7/2024).
Kawasan gumuk pasir Parangtritis di Kretek, Bantul, Rabu (24/7/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Gumuk pasir Parangtritis, Bantul, terancam punah karena dari luas 417 hektare pada 1976 kini hanya tersisa 17 hektare. Upaya restorasi pun dilakukan, termasuk rencana mengubah gumuk pasir Parangtritis menjadi kawasan premium. Begini penjelasan lengkap Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul.

Kepala Bidang Destinasi Dispar Bantul, Yuli Hernadi, awalnya menjelaskan gumuk pasir Parangtritis terdapat zona inti, zona penyangga, dan zona noninti. Zona yang mengalami restorasi nantinya adalah zona inti dengan luasan sekitar 17-20 hektare.

"Gumuk pasir yang masuk zona inti itu mulai Pantai Pelangi sampai Pantai Tall Wolu, itu akan kita restorasi lewat Bappeda. Lewat beberapa kali pertemuan nanti akan ibaratnya akan kita beri batas pada zona ini," kata Yuli saat ditemui wartawan di Srigading, Sanden, Bantul, Rabu (24/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantai Tall Wolu yang masuk kawasan inti gumuk pasir Parangtritis di Kretek, Bantul, Rabu (24/7/2024).Pantai Tall Wolu yang masuk kawasan inti gumuk pasir Parangtritis di Kretek, Bantul, Rabu (24/7/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Apabila telah menjalani restorasi, nantinya di zona inti gumuk pasir tidak boleh ada aktivitas apa pun. Hal itu agar gumuk tersebut tidak rusak kembali akibat banyaknya aktivitas.

"Dan di zona inti itu nantinya tidak ada aktivitas apa pun, sehingga nantinya gumuk pasir itu akan kita kembalikan seperti semula, nanti vegetasi yang ada di sana tidak ada," ucapnya.

ADVERTISEMENT

"Karena nyuwun sewu gumuk pasir itu kan tidak ada tanaman, kalau saat ini kan banyak tanaman, sehingga kita restorasi dan butuh waktu tidak hanya satu tahun, dua tahun," imbuh Yuli.

Tumbuhan di kawasan gumuk pasir Parangtritis, Kretek, Bantul, Rabu (24/7/2024).Tumbuhan di kawasan gumuk pasir Parangtritis, Kretek, Bantul, Rabu (24/7/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Restorasi zona inti gumuk tersebut juga bakal menghilangkan jalan aspal dan tempat parkir wisata jip hingga pedagang. Oleh sebab itu, Dispar telah mempersiapkan jalur baru untuk jip dan tempat baru bagi para pedagang.

"Nanti pariwisata (Dispar) bertugas untuk membuatkan jalur jip yang sudah ada. Jadi nanti akan kita pindahkan lalu menata pedagang-pedagangnya seperti apa, lalu nanti juga akan kita restorasi semuanya," ujarnya.

Nantinya, kata Yuli, wisatawan harus berjalan kaki untuk masuk ke gumuk pasir Parangtritis.

"Di gumuk inti tidak ada aktivitas apa pun termasuk jalan itu nanti kita tutup. Karena sekarang ini kan mati gumuknya karena banyak aktivitas di sana, gumuk pasir barchannya tidak kelihatan. Gumuk pasir barchan itu seperti bulan sabit yang tertata di gumuk pasir," katanya.

Bakal Dipoles Jadi Wisata Premium

Selesai restorasi, kata Yuli, Dispar juga bakal mengembangkan tempat wisata premium di kawasan gumuk pasir Parangtritis.

"Setelah restorasi, nanti kita buatkan wisata yang premium. Jadi ketika mau melihat gumuk pasir ya harus jalan kaki dan itu dibatasi pengunjungnya untuk melindungi gumuk pasir itu," jelasnya.

Tumbuhan di kawasan gumuk pasir Parangtritis, Kretek, Bantul, Rabu (24/7/2024).Tumbuhan di kawasan gumuk pasir Parangtritis, Kretek, Bantul, Rabu (24/7/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Terkait progres saat ini, Yuli mengaku pemasangan tanda zona inti gumuk pasir telah dilakukan. Sedangkan untuk penebangan vegetasi kemungkinan berlangsung tahun depan.

"Saat ini sudah kita mulai (restorasi) saat ini sudah ada penanda di situ adalah gumuk pasir inti. Tahun 2025 mulai penebangan, bukan merusak lingkungan, tapi kalau tidak ditebang nanti merusak pergerakan gumuk pasir," ujarnya.

"Karena kalau itu tidak dihilangkan gumuk pasir itu akan mati, seperti di utara gumuk pasir saat ini banyak tanaman," jelas dia.




(rih/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads