Tolak Pembangunan TPSS Srimulyo, Warga Minta 2 Ekskavator Setop Operasi

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Selasa, 09 Jul 2024 16:41 WIB
Warga Banyakan 3, Sitimulyo, Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY, melakukan aksi damai menolak pembangunan tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) Srimulyo, Selasa (9/7/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Sejumlah warga Banyakan 3, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, melakukan aksi damai menolak keberadaan tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) Srimulyo. Warga khawatir TPSS di lereng perbukitan itu bakal mengalirkan lindi ke persawahan di bawahnya.

Pantauan detikJogja, Selasa (9/7), puluhan orang tampak memasuki area TPSS Srimulyo. Beberapa di antaranya membentangkan spanduk bertulisan 'Sekali tolak tetap tolak, dong opo ora' dan 'Wajiran ingkar janji kami layani'.

Warga juga meminta dua ekskavator di lokasi TPSS untuk berhenti beroperasi. Dua ekskavator itu lalu meninggalkan lokasi pembangunan TPSS.

Warga Banyakan 3, Sitimulyo, Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY, melakukan aksi damai menolak pembangunan tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) Srimulyo, Selasa (9/7/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Lokasi TPSS Srimulyo berada di lereng perbukitan yang merupakan batas Kalurahan Srimulyo dan Sitimulyo. Sedangkan di sisi barat terutama di bawah lereng terdapat lahan pertanian padi.

Dukuh Banyakan 3, Lilik Purwoko mengatakan pihaknya menolak TPSS Srimulyo dibangun di lokasi itu karena berbatasan dengan Sitimulyo khususnya Banyakan 3. Dia juga telah melakukan mediasi dengan Lurah Srimulyo, Wajiran.

"Kesimpulan dari mediasi tidak akan digunakan di situ dan akan pindah di tempat lain. Tapi kenyataannya kemarin warga mengetahui ada alat berat yang dikirim ke situ, dan memang sudah dikonfirmasi akan digunakan untuk pembangunan TPSS," kata Lilik kepada wartawan di Banyakan 3, Selasa (9/7/2024).

Warga Banyakan 3 juga ingin meminta kejelasan terhadap Lurah Srimulyo. Jika TPSS itu beroperasi, menurut Lilik, warga khawatir geomembran yang menjadi dasar TPSS bakal bocor dan lindi akan mengalir ke sawah.

"Karena itu warga hari ini intinya ngaruhke (meminta kejelasan) janji yang sudah disepakati kemarin bersama warga, dan yang jelas menolak pembangunan itu (TPSS)," ucap dia.

"Apalagi secara geografis kemiringannya itu ke wilayah Banyakan 2 dan 3. Nah, itu ditakutkan ketika ada geomembran atau pelapis ada yang jebol dan berdampak ke warga, karena itu bawahnya sawah semua. Itu belum baunya dari sampah yang kena angin dan yang lainnya," sambung Lilik.

Lilik menambahkan, alangkah baiknya jika lokasi TPSS tidak di lereng perbukitan. Dia bilang TPSS bisa berbentuk cekungan seperti di Gadingsari, Sanden, Bantul.

"Intinya warga menolak tempat, menolak tempatnya ya. Kalau sampah monggo asalkan tidak di wilayah situ, tidak di wilayah perbatasan antara Srimulyo dan Sitimulyo. Kalau bisa jangan di gunung lah, sehingga nanti dampaknya bisa diminimalisir," kata dia.

Jika pembangunan TPSS Srimulyo tetap berlanjut, Lilik mengaku menunggu hasil musyawarah warga. "Belum tahu, nanti kita lihat reaksi warga," pungkasnya.

Penjelasan Lurah Srimulyo dan DLH Bantul

Diberitakan sebelumnya, proyek TPSS di Puncak Bucu, Srimulyo, Bantul, akhirnya bakal tetap dibangun. TPSS itu diklaim ramah lingkungan dan hanya beroperasi hingga Desember 2024.

"Saat ini baru tahap pembuatan jalan masuk ke TPS sementara," kata Lurah Srimulyo, Wajiran saat dihubungi wartawan, Senin (8/7).

TPPS itu masuk wilayah Kaligatuk, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan. Jalan yang dibangun tersebut memiliki panjang sekitar 100 meter. Sedangkan untuk luasan TPSS akhirnya hanya 3 ribu meter persegi dan berdiri di atas lahan Sultan Ground (SG).

"Kalau jalannya sudah jadi lalu lanjut pembuatan tanggul agar lindi tidak menyebar ke mana-mana," ujar Wajiran, kemarin.

Wajiran mengatakan TPSS itu menggunakan teknologi ramah lingkungan. TPPS berada di cekungan dan untuk dasaran cekungan dipasangi geomembran.

"Jadi kalau sampah masuk langsung dimasukkan ke cekungan itu dan diuruk. Sehingga tidak menimbulkan bau," ucapnya.

Wajiran juga menyebut bahwa TPSS Srimulyo bakal rampung bulan ini.

"Untuk TPS sementara Srimulyo perkiraannya akhir bulan ini sudah bisa digunakan, dan TPS sementara ini hanya akan beroperasional sampai 31 Desember 2024," imbuhnya.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul, Bambang Purwadi Nugroho menyebut proses pembangunan TPSS di Srimulyo itu sudah berjalan. Di mana pembangunan TPSS tersebut melibatkan Pemerintah Kalurahan Srimulyo.

"Pembangunan TPS sementara menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan ditargetkan bulan ini bisa beroperasi. Karena di TPS sementara Gadingsari tinggal satu lubang dan tinggal menghitung hari saja untuk penuhnya," kata Bambang, kemarin.

Sebelumnya, rencana pembangunan tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) Puncak Bucu oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mendapatkan penolakan dari warga sekitar. Pasalnya TPSS berdekatan dengan permukiman dan warga trauma terkait sampah. DLH pun menemui warga untuk memberikan penjelasan terkait TPSS itu pada Selasa (2/7).



Simak Video "Video: Heboh 10 Nisan Makam di Bantul Dirusak OTK"

(dil/rih)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork