Kebakaran melanda hutan Jati seluas 4 hektare di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tim Damkar sempat kewalahan karena proses pemadaman terkendala angin kencang dan banyaknya dedaunan kering.
Peristiwa yang melanda hutan jati ini berlokasi di tanah kas milik Pemerintah Kalurahan Jatirejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo. Api dilaporkan muncul pada sekitar pukul 13.30 WIB.
"Laporan masuk sekitar pukul 13.30 WIB. Kemudian kami menerjunkan dua unit armada, disusul dari TRC dan Pos Nanggulan ikut meluncur. Ada 13 personel damkar dan 5 personel TRC ikut dalam proses penanganan," ungkap Purwaka, selaku Koordinator Personel Damkar Kulon Progo, saat ditemui wartawan di lokasi, Jumat (21/6).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Purwaka mengatakan proses pemadaman sempat terkendala angin kencang yang sejak beberapa hari terakhir muncul di Kulon Progo. Hal itu membuat tim damkar yang dibantu relawan dan warga sempat kewalahan.
"Kendalanya angin kencang, kemudian semak-semak dedaunan pohon jati banyak yang kering sehingga api gampang merembet," ujarnya.
Meski begitu, tim damkar akhirnya berhasil menunaikan tugasnya. Proses pemadaman memakan waktu hingga 2 jam.
"Alhamdulillah semua bisa segera terkondisi. Kurang lebih dua jam penanganan, api akhirnya padam," ujarnya.
Jagabaya Kalurahan Jatirejo, Bambang Santoso, mengatakan total lahan yang terbakar mencapai 4 hektare. Lahan ini merupakan tanah kas desa Jatirejo.
"Kurang lebih ini ada 4 hektare yang terbakar. Mayoritas api mengenai dedaunan jati yang telah kering," ujarnya.
Bambang menyatakan bersyukur karena proses pemadaman bisa berlangsung cepat. Menurutnya jika api tak kunjung padam, maka kebakaran bisa merembet hingga bangunan SMA N 1 Lendah dan lahan pertanian cabai milik warga sekitar.
"Ini bisa mengancam bangunan sekolah sama tanaman lombok (cabai) seluas 400 meter persegi milik warga kita," ucapnya.
Akibat Pembakaran Sampah
Bambang mengatakan berdasarkan hasil keterangan sejumlah saksi, diketahui bahwa penyebab kebakaran karena adanya aktivitas pembakaran sampah yang tidak ditunggui.
"Indikasinya ada orang bakar sampah, tapi karena situasi di sini kering, dan tidak ditunggu, jadinya menyebar. Makanya tadi ada tiga titik api berbeda, di mana paling banyak di sebelah timur dan utara sekitar bangunan sekolah," ujarnya.
Bambang pun menyayangkan peristiwa ini. Terlebih kasus serupa kerap terjadi setiap tahunnya.
"Bukan yang pertama, ini sudah pernah bahkan tiap tahun. Penyebabnya ya gara-gara itu (bakar sampah)," terangnya.
(cln/ahr)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan