Ratusan kepala keluarga (KK) di tiga padukuhan di Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, mulai terdampak kekeringan. Mereka terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
"Dari sekitar akhir April kemarin sudah mulai susah air bersih. Mei sudah mulai beli air tangki," jelas Sekretaris Kalurahan Girisuko, Wahyu Setyoningsih, kepada detikJogja melalui telepon, Selasa (21/5/2024).
Tiga Padukuhan tersebut yakni Gebang, Temuireng I dan Temuireng II. Wahyu menyebutkan ada sekitar 200 kepala keluarga per padukuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di masing-masing padukuhan ada sekitar 200-an KK," sebutnya.
Kekeringan tersebut, kata Wahyu, berlangsung setiap tahunnya. Masyarakat membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
"Setiap tahun di tiga padukuhan seperti itu. Memasuki kemarau kesulitan air bersih," terangnya.
"Kalau air bersih itu utama air tangki untuk kebutuhan mencuci dan mandi," lanjutnya.
Dia menyebut harga air bersih per tangki air berkapasitas 5 ribu liter berkisar antara Rp 140-170 ribu per tangki.
Wahyu menyebutkan padukuhan tersebut merupakan wilayah tadah hujan. Saat musim hujan, masyarakat mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari maupun pertanian.
Sebab, Wahyu mengatakan pipa air dari PDAM masih belum sampai ke daerah tersebut.
"Kalau di musim penghujan itu pakai air hujan. Setiap rumah punya penampungan air hujan kecuali rumah tangga baru," katanya.
"Tempat kami untuk pertanian itu tadah hujan. lanjutnya. Di 2017 itu ada pembangunan air di Temuireng I dari PDAM, tapi sampai sekarang belum termanfaatkan dengan maksimal," lanjutnya.
Untuk itu, Wahyu mengatakan pihaknya meminta bantuan air bersih dari BPBD Gunungkidul. Hal tersebut juga dilakukan setiap tahunnya menjelang musim kemarau.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Purwono, menerangkan pihaknya belum mendapatkan surat permintaan resmi dari Kalurahan Girisuko. Meski begitu, pihaknya sudah siap untuk memberikan bantuan air bersih ke tiga padukuhan tersebut.
"Kemarin kami sudah ke sana (Kalurahan Girisuko). Kalau sudah ada permohonan akan segera kami proses," kata Purwono kepada detikJogja melalui telepon, Selasa (21/5).
Purwono membenarkan tiga padukuhan tersebut selalu terdampak kekeringan. Sebab, pipa PDAM di wilayah tersebut belum bisa teraliri air.
"Tiga padukuhan terdampak terus. Sudah ada ada sambungan PDAM tapi air belum sampai ke sana," pungkasnya.
(ahr/apl)
Komentar Terbanyak
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Pernyataan Ridwan Kamil Usai Tes DNA Anak Lisa Mariana