6 Contoh Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 2024 Disertai Tema dan Ayat Alkitab

6 Contoh Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 2024 Disertai Tema dan Ayat Alkitab

Yohanes Wibisono - detikJogja
Rabu, 08 Mei 2024 14:57 WIB
Empty tomb of Jesus at sunrise with crosses in background
Ilustrasi Kenaikan Yesus Kristus. Foto: Getty Images/iStockphoto/RomoloTavani
Jogja -

Pada hari Kamis, 9 Mei 2024 merupakan hari yang ditetapkan oleh gereja Katolik sebagai Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus Kristus. Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus Kristus sendiri merupakan hari di mana Yesus Kristus naik ke surga.

Kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga ini pun juga bukan tanpa tujuan. Dikutip dari laman BPK Penabur, kenaikan Yesus ke surga ini memiliki tiga makna penting yaitu untuk menyediakan tempat bagi manusia di surga, memberi kuasa, dan memberi pengharapan serta keselamatan bagi manusia.

Untuk mewartakan makna penting kenaikan Yesus ke surga yang menyelamatkan manusia ini salah satu caranya yaitu dengan khotbah. Berikut ini 6 khotbah kenaikan Yesus Kristus disertai dengan tema dan ayat Alkitabnya yang sudah dirangkum oleh detikJogja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 2024 Disertai Tema dan Ayat Alkitab

Khotbah Kenaikan Yesus Kristus #1

(sumber: laman Gereja Kristen Protestan Angkola)

Tema: Menjadi Saksi Kristus Sampai ke Ujung Bumi

ADVERTISEMENT

Ayat Alkitab: Kisah 1:6-11

Hari ini kita memperingati hari besar umat Kristen yang keempat, yakni: Hari Kenaikan Yesus ke Surga". Dalam perayaan ini, tema yang akan kita renungkan adalah "Menjadi Saksi Kristus sampai ke Ujung Bumi". "Menjadi saksi Yesus" ternyata menjadi bagian dalam kehidupan sebagai anak-anak Tuhan. Kita semua sudah mengerti apa artinya "saksi", yakni orang yang menceritakan apa yang dialaminya, yang terjadi dalam dirinya di lingkungan tempat ia berada. Saksi tidak mendengar dari orang lain. "Kata orang itu" atau "menurut orang ini" tidak ada di dalam kamusnya.

Seorang saksi menyaksikan pengalaman langsung yang dilihatnya secara pribadi. Menarik apabila pengenalan akan Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat tidak berhenti sampai pada pengalaman pribadi saja, tetapi pengalaman itu terus disampaikan kepada orang lain. Pengalaman yang terus dibagikan agar mereka juga mengalami pengalaman dengan Tuhan dan Juru Selamat secara pribadi.

Pengalaman yang nyata, yang bukan hanya secara verbal dan bukan wacana atau bahan diskusi semata! Banyak orang menyaksikan Kristus dalam bentuk verbal saja dan terpisah dari realitas hidup sehari-hari. Dunia "tidak membutuhkan kesaksian verbal!" yang hanya diucapkan tanpa ada realitas kehidupan manusia baru.

Tidak heran bila kesaksian Kristen kadang-kadang malah dicemooh karena sangat kontradiktif antara apa yang dikatakan dan apa yang dijalaninya dalam kehidupan sehari-hari. Ada orang yang pandai berbicara tentang Tuhan Yesus, tetapi praktik hidup di tengah dunia kerjanya menjadi batu sandungan dalam masyarakat.

Bukan kesaksian yang demikian yang diperlukan oleh dunia ini, melainkan kesaksian kehidupan yang nyata sebagai anak-anak Tuhan di tengah dunia. Kesaksian hidup yang memiliki perbedaan yang jelas dengan dunia. Situasi dunia sangat mudah menghalalkan segala cara, yang penting mendapatkan keuntungan sekalipun hal itu merugikan orang lain.

Tidak demikian dengan anak-anak Tuhan! Bagi orang dunia, hal itu biasa dilakukan, bahkan mereka tidak pernah merasa hal itu sebagai sesuatu yang salah. Namun, jelas berbeda dengan umat Kristen!

Untuk menjadi saksi Kristus, kita membutuhkan kuasa, hikmat dan keberanian yang berasal dari Roh Kudus. Kisah 1:8, merupakan janji Tuhan Yesus yang terakhir yang disampaikan menjelang kenaikan-Nya ke surga. Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah bukan hanya memerintahkan untuk menjadi saksi, tetapi Ia berjanji memperlengkapi kita dengan kuasa Roh Kudus (Luk. 24:48-49). Roh Kudus yang berdiam di dalam diri setiap orang percaya akan memampukan orang percaya untuk menjadi saksi Kristus.

Saksi yang benar harus mengenal dan mengalami sendiri kebenaran yang hendak dia saksikan (1Yoh. 1:1). Sebagai orang percaya, kita yang telah mengenal Tuhan Yesus dan telah menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat harus memberi diri untuk dipimpin oleh Roh Kudus. Kita terpanggil untuk menyaksikan karya Kristus yang telah kita alami kepada orang lain. Kita terpanggil untuk menyaksikan bahwa di dalam Kristus terdapat pengharapan, pengampunan dosa, kehidupan yang diperbarui dan kehidupan yang kekal. Semuanya itu harus kita ceritakan kepada orang lain dari semua suku bangsa.

Allah dapat dan berkenan memakai setiap orang percaya untuk menjadi saksi-Nya. Bersediakah kita menjadi saksi-Nya? Roh Kudus akan menolong kita dan memberi kuasa agar kita mampu untuk menjadi saksi.

Pernahkah kita diminta menjadi saksi? Bisa jadi saksi di ruang pengadilan, saksi perjanjian jual-beli, saksi pernikahan atau saksi-saksi yang lain? Ketika menjadi saksi, apa yang kita lakukan? Bila dalam hidup bersama ada banyak orang diminta menjadi saksi. Timbul pertanyaan kita, mengapa seorang saksi diperlukan?

Setidaknya ada dua alasan seorang saksi diperlukan, yakni:

Pertama, karena saksi dinilai memiliki pengetahuan tertentu dan dinilai penting dalam sebuah proses mencari kebenaran. Saksi semacam ini disebut dengan saksi ahli.

Kedua, karena saksi adalah seseorang yang melihat, mengetahui suatu kejadian. Apa yang dilihat, diketahuinya itu menjadi bukti penting. Berdasar pengalaman yang dilihat dan diketahui itu, seorang saksi tidak bisa mengatakan "kata seseorang" atau "yang saya rasakan" saat menyatakan kesaksiannya. Bila saksi mengatakan "kata seseorang" maka kesaksiannya bukan berdasar apa yang dilihat dan diketahui oleh saksi itu.

Ini penting, sebab setiap kita adalah saksi-saksi Tuhan Yesus. Tidak ada yang namanya orang Kristen biasa-biasa saja. Setiap kita adalah saksi Tuhan Yesus; di Yerusalem artinya menjadi saksi di keluarga, di Yudea artinya di antara saudara-saudara seiman, di Samaria artinya diantara orang-orang bukan seiman, dan sampai ke ujung bumi kita semua adalah saksi-saksi Tuhan Yesus.

Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa kita harus menjadi saksi Kristus? Ada beberapa alasan mengapa kita dipanggil menjadi saksi Kristus, yakni:

Pertama, untuk melanjutkan pekerjaan Yesus Kristus. Kita melanjutkan apa yang Yesus sudah mulai. Kekristenan ada untuk menjadi saksi. Tuhan mau memakai kita semua untuk menjadi saksi-Nya; manusia berdosa dan penuh kelemahan, yang dijamah oleh Yesus Kristus. Padahal Tuhan dalam kuasa-Nya bisa memakai apa saja kalau Dia mau.

Kedua, karena tugas menjadi saksi adalah hal yang sangat berharga yang kita bisa berikan pada seseorang ataupun kepada orang lain. Kita bisa memberikan harta benda, tapi itu semua tidak akan bisa dibawa ke kekekalan. Biar kiranya semakin kita mengenal Dia, kita semakin mengerti dan yakin akan pengorbanan Yesus Kristus di salib; dan kita punya beban dan kasih untuk mengabarkan kabar gembira ini.

Ketiga, karena menjadi saksi kita akan menyatakan karakter Tuhan. Kasih, kebaikan, anugerah, kemuliaan Tuhan dinyatakan melalui kesaksian kita. Kita bersaksi bukan hanya karena keharusan, tapi karena compassion, karakter Tuhan yang dinyatakan melalui kita.

Tuhan Yesus tidak hanya menyuruh murid-murid-Nya untuk menjadi saksi bagi-Nya, namun Ia memperlengkapi mereka supaya mereka bisa memberitakan Injil dan menjadi saksi-Nya yang handal. Pertanyaan kita selanjutnya adalah dalam hal apa saja Yesus memperlengkapi murid-murid-Nya?

Pertanyaan murid-murid dalam ayat 6 menunjukkan adanya banyak pengertian yang salah dalam diri mereka, yang lalu dibetulkan oleh Yesus. Secara implisit mereka menanyakan waktu pemulihan kerajaan Israel. Ini dijawab oleh Yesus dalam ayat 7: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya". Lalu mereka ingin mendapatkan kerajaan tanpa perang.

Ini terlihat dari pertanyaan mereka dalam ayat 6: "Tuhan maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?". Dari pertanyaan ini terlihat bahwa mereka mengira bahwa Yesus sendirilah yang akan memulihkan kerajaan bagi Israel, dan dengan demikian murid-murid tidak perlu berjuang/berperang untuk itu. Yesus menjawab pertanyaan ini dalam ayat 8 di mana Ia berkata bahwa mereka harus menjadi saksi/harus memberitakan Injil. Ini berarti mereka harus berperang (secara rohani)!

Dan tempat pertama yang harus mereka injili adalah Yerusalem, yang adalah tempat di mana Yesus baru saja disalibkan! Ini jelas menunjukkan kepada murid-murid bahwa dalam pemberitaan Injil/perang itu akan ada banyak kesukaran/penderitaan! Mereka membayangkan suatu kerajaan duniawi (Ini memang merupakan konsep Yahudi).

Yesus menjawab ini dengan ayat 8 di mana Ia mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi/memberitakan Injil. Kalau kerajaan itu dibangun dengan cara memberitakan Injil, maka jelas bahwa kerajaan itu bukan kerajaan duniawi tetapi kerajaan rohani.

Sebelum murid-murid pergi untuk memberitakan Injil, mereka diperlengkapi oleh Yesus dalam hal pengertian. Karena itu, kalau kita mau menjadi orang yang memberitakan Injil/Firman Tuhan, kita pun juga harus mau rajin dan tekun dalam belajar, supaya kita mempunyai pengertian yang memadai untuk pelayanan kita! Jangan menjadi orang yang mau melayani tetapi tidak mau belajar Firman Tuhan. Ketidakmengertian kita akan Firman Tuhan akan menyebabkan pelayanan kita menjadi salah. Amsal 19:2 berkata: "tanpa pengetahuan, kerajinan pun tidak baik".

Kedua, dalam hal kuasa pada saat memberitakan Injil (ayat 8). Ayat 8 ini mengajar mereka untuk tidak bersandar kepada diri sendiri pada waktu memberitakan Injil, karena ayat ini menjanjikan Roh Kudus yang akan memberikan kuasa kepada mereka pada waktu memberitakan Injil. Tetapi satu hal yang sangat berbeda antara murid-murid Yesus pada saat itu dengan kita adalah bahwa mereka ada sebelum hari Pentakosta dan kita hidup sesudah Pentakosta.

Karena itu mereka harus menunggu sampai Roh Kudus diberikan kepada mereka pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-dst). Tetapi kita yang hidup sesudah hari Pentakosta, langsung menerima Roh Kudus pada saat kita percaya. Ini terlihat dari Efesus 1:13b yang berbunyi: "Di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu".

Tapi, sekalipun kita yang percaya Yesus sudah menerima Roh Kudus sehingga tidak perlu menunggu Roh Kudus lagi, kita tetap harus bersandar kepada-Nya dalam memberitakan Injil. Kita harus menyadari bahwa pertobatan/keberhasilan dalam Pemberitaan Injil sepenuhnya tergantung kepada-Nya, bukan tergantung pada kepandaian/kemampuan kita.

Khotbah Hari Kenaikan Yesus Kristus #2

(sumber: laman Elohim Protestant Church)

Tema: Berkat Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga

Ayat: Lukas 24:51

Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan sekadar dia kembali ke tempat asal-Nya, namun memiliki arti penting. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang makna di balik kenaikan-Nya itu karena sering kali orang Kristen kurang memperhatikan dan mempelajari arti kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Kita bersyukur atas penebusan dosa yang dilakukan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam Iman Kekristenan baik kelahiran, kematian, kebangkitan, maupun kenaikan-Nya ke surga sama-sama memiliki makna yang penting dan perlu kita pelajari yaitu "Tuhan Yesus naik ke surga bukan sekadar pulang ke rumah-Nya di surga."

(Lukas 24:5) "Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga."

(Kisah Para Rasul 1:9) "Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka."

Ada beberapa hal yang perlu dipelajari dari kenaikan Tuhan Yesus ke surga ini. Lukas mencatat ayat di atas mencatat, bahwa kenaikan Yesus itu disaksikan oleh murid-murid-Nya. Mengapa demikian? Karena Tuhan Yesus tahu, bahwa kenaikan-Nya memiliki makna penting. Tuhan juga tahu bahwa setan berusaha menghilangkan fakta ini dan memakai orang-orang untuk mengaburkan, memalsukan serta menutup fakta tentang kenaikan Tuhan Yesus ini. Karena itu, Tuhan Yesus membawa para saksi, bahwa Dia benar-benar naik ke surga.

Tujuan Yesus adalah kembali ke surga. Hal ini menunjukkan bahwa Dia adalah benar-benar Anak Allah yang berasal dari surga. Nubuat para nabi tentang Yesus telah digenapi "Dia lahir, mati, bangkit dan naik ke surga"

Sebagai orang beriman, kita memiliki keyakinan dan menunggu kegenapan-Nya akan turun menjemput kita untuk tinggal bersama-Nya di surga.

Seringkali kita bertanya "Tuhan sudah mati menebus dosaku, sudah bangkit dalam kemenangan, mengapa Dia tidak terus tinggal di dalam dunia ini. Jadi kalau kita sedang sakit atau membutuhkan sesuatu, kita hanya perlu meminta kesembuhan, meminta berkat?" Ternyata Tuhan Yesus sudah meninggalkan berkat bagi kita, para murid-Nya sebelum naik ke surga.

1. Tuhan Memberikan Berkat Kekuatan

Yohanes 16:33 "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Berkat damai sejahtera yang telah dijanjikan sebelum Ia naik ke surga akan dapat kita nikmati dengan kondisi "di dalam Aku". Damai sejahtera ini bukan membuat kita terlepas dari kesulitan, tetapi memampukan kita menghadapi kesulitan itu.

Berarti kalau kita tidak mau dijajah masalah, kita harus hidup di dalam Yesus, bukan hidup dalam keduniawian. Jadi pilihannya ada di tangan kita yaitu antara menikmati berkat damai sejahtera sehingga kita mampu menghadapi kesulitan ataukah kita mengandalkan keduniawian yakni kekayaan, kekuasaan, dan segala kemampuan yang kita miliki.

2. Dia Bersyafaat Bagi Kita

Ibrani 9:24 "Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita."

Dalam Ibrani 9:22-24 tercantum secara ringkas namun lengkap tentang misi Tuhan Yesus turun ke dalam dunia dan kemudian kembali ke surga. Ayat 22 menjelaskan mengenai misi penyelamatan Yesus Kristus, Domba Paskah yang tersembelih bagi kita. Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi justru untuk menggenapinya.

Dia mati menebus dosa kita dan kemudian bangkit dalam kemenangan. Lalu setelah itu, Ia menghadap Bapa "untuk kepentingan kita". Jadi Tuhan menjadi pembela kita dihadapan Allah Tuhan Yesus dan menjadi pengantara antara Bapa dengan orang-orang yang percaya kepada-Nya

3. Dia Menyiapkan Tempat dalam Kekesalan kepada Kita

Yohanes 14:3 "Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada"

Kenaikan Tuhan Yesus ke surga menggenapi apa yang Tuhan janjikan bagi kehidupan kita semuanya, janji yang sangat istimewa yaitu Jaminan Keselamatan dan Jaminan Kehidupan bersama-sama dengan Dia. Betapa kita sangat bersyukur atas anugerah dan karya Allah yang sangat besar dalam kehidupan kita melalui kebangkitan-Nya Yesus juga membuktikan Kemuliaan-Nya sebagai Allah yang Hidup dan yang Berkuasa.

Percayalah seperti janji yang Tuhan berikan bahwa melalui Roh Kudus Dia menyertai kehidupan kita sampai akhir zaman. Tugas kita adalah menjadi saksi-saksiNya yang membawa berita keselamatan bagi dunia ini. Tetaplah bersaksi, melalui kehidupan kita dan nyatakanlah bahwa Tuhan sudah menebus dosa umat manusia dan telah menyediakan jaminan keselamatan bagi semua orang yang mau untuk percaya kepada-Nya.

Kiranya dalam moment kita memperingati hari kenaikan Tuhan ini, membawa kita semakin memuliakan Tuhan dan menjadi saksiNya bagi dunia ini.

Tuhan Yesus memberkati.

Khotbah Hari Kenaikan Yesus Kristus #3

(sumber: laman Komisi Kateketik KWI)

Tema: Sebarkanlah Cinta Kasih ke Seluruh Dunia

Ayat: Matius 28:19

Injil pada hari raya Kenaikan Tuhan kita Yesus berisi tentang perintah untuk memberitakan Injil. Perikop ini menjadi salah satu perikop dasar menjalankan misi atau perutusan setiap murid Kristus. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu". Misi perutusan para murid Yesus ialah: pertama, Pergilah. Kedua ialah menjadikan semua bangsa murid-Ku dan ketiga adalah: mengajar mereka melakukan segala yang diperintahkan.

Pertama, Pergilah. Ini adalah perintah atau tugas perutusan yang harus dijalankan. Pergilah berarti seseorang harus bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain menjumpai orang lain. Ia harus keluar dari zona nyaman diri sendiri dan menjumpai orang lain di luar lingkungan, wilayah, dan daerah. Seorang murid harus selalu sedia untuk pergi membawa kabar gembira, mewartakan Tuhan yang bangkit. Pergi dengan suatu tujuan dan tugas yang diberikan dan dipercayakan oleh Tuhan sendiri. Itulah misi perutusan.

Kedua, adalah menjadikan semua bangsa murid-Ku. Apa yang dilakukan ketika kita diutus yaitu menjadikan semua bangsa murid Tuhan. Itu berarti membawa kabar gembira warta keselamatan agar orang percaya dan bertobat. Menjadi murid Tuhan berarti menjadikan mereka orang-orang yang percaya kepada Tuhan.

Orang yang percaya yang hidupnya menurut apa yang diperintahkan Tuhan. Murid Tuhan yang hidup dalam kasih cinta, persaudaraan, dan pengampunan yang saling mengasihi dan menghargai satu sama lain yang hidup rukun dan damai. Selain itu, menjadi murid Tuhan juga dengan membaptis.

Tugas membaptis zaman sekarang tentu tidak mudah. Tetapi bila kesaksian hidup yang baik sebagai seorang beriman dan kemudian menarik orang untuk memberi diri dibaptis itu adalah suatu tugas yang harus terus diupayakan. Bahkan dengan melihat perbuatanmu yang baik, orang memuliakan Bapamu yang di surga.

Ketiga, ialah Mengajar. "...dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu". Perintah Yesus adalah kasih sehingga harus sebagai umat Katolik patut untuk mengajarkan Kasih Allah yang sungguh luar biasa kepada manusia sehingga Ia menyerahkan Putra tunggal-Nya untuk menebus dan menyelamatkan kita.

Ia mengasihi kita dan kita pun harus hidup dalam kasih. Berlaku dan bertindak saling mengasihi. Tugas mengajar bukan hanya menjadi kewajiban gereja. Tetapi setiap kita anggota gereja menerima tugas yang sama dari Yesus untuk mengajarkan segala perintah-Nya. Perintah kasih kepada Tuhan dan kepada sesama.

Tugas perutusan ini semakin tidak mudah karena terdapat banyak tantangan yang menghadang. Tetapi kita tidak perlu takut, cemas dan ragu karena Yesus yang mengutus kita untuk menjalankan misi-Nya akan selalu menyertai kita. Maka dari itu, kita perlu memiliki iman dan semangat militan untuk mengasihi dan mencintai Yesus yang terwujud dalam menjalankan perutusan kita. Tentu saja kita perlu memiliki semangat Kristus sebagai orang yang hidup dalam kebenaran dan kasih secara konsisten dan bukan musiman.

Berani dan tidak perlu ragu tetapi konsisten mengekspresikan iman mulai dengan cara-cara yang paling sederhana juga memberikan waktu secukupnya untuk terus berkomunikasi secara pribadi dengan Yesus yang mengutus kita. Kita berani keluar dari diri sendiri, dari zona nyaman diri sendiri, cari aman dan mau bebas.

Tetapi kita dituntut untuk menjadi misionaris-misionaris zaman ini ke tengah dunia. Bahkan bagaikan domba ke tengah serigala. Penuh tantangan, kesulitan, penolakan, penderitaan, tetapi kita harus yakin dan percaya. Jaminan kita satu-satunya adalah Kristus sendiri. Ia menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman.

Merayakan hari raya Kenaikan Tuhan ini menyadarkan kita untuk lebih berani mewartakan dan memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah di dalam hidup kita di mana saja dan kapan saja. Yesus mengutus kita untuk melanjutkan karya-karyaNya membangun Kerajaan Allah, supaya semua orang, terlebih mereka yang miskin dan tertindas dapat mengalami kesejahteraan lahir batin.

Yesus membutuhkan tangan-tangan kita, kaki kita, suara kita, pikiran kita, hati dan hidup kita untuk melanjutkan karya-Nya supaya dapat membangun Kerajaan Allah di dunia ini agar kita semakin sejahtera, semakin adil, semakin damai, semakin manusiawi. Kita adalah duta-duta kasih-Nya.

Khotbah Hari Kenaikan Yesus Kristus #4

(sumber: laman Kabar dari Bukit oleh Pendeta Emeritus, Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min)

Tema: Percaya pada Tuhan Yesus, Sang Juru Selamat

Ayat: Luk. 24:48-53

Firman Tuhan hari ini dari Luk. 24:48-53 berkisah tentang kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Tubuh-Nya yang terangkat adalah tubuh immortal, tubuh kemuliaan; bisa kelihatan dan bisa tidak kelihatan sebagaimana saat Yesus berbicara dengan dua murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk. 24:13-33). Tuhan Yesus mengatakan tubuh kita pun saat dibangkitkan nanti sama dengan tubuh kemuliaan itu (1Kor. 15:42-50). Sebuah sukacita dalam pengharapan.

Ada dua sikap pada murid yang muncul saat itu, yakni ketidakjelasan hal yang terjadi, dan pengharapan yang kuat akan janji Tuhan. Yesus mengatakan bahwa Penolong akan datang, tetapi tidak ada gambaran kapan, bagaimana, dan di mana akan datangnya. Tetapi akhirnya para murid percaya dan mengikuti perintah-Nya. Mereka memilih tinggal di kota itu, bertekun dalam doa di ruang atas tempat mereka menumpang, menanti janji "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi" (ayat 49; band. Yoel 2:28; Kis. 1:13-14).

Yesus terangkat dan kini Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dengan penuh kuasa atas bumi dan surga untuk menjadi hakim bagi semua orang. Karya penyelamatan-Nya selanjutnya diserahkan pada kita. Maka bagi kita yang utama adalah seberapa besar usaha kita dalam realitas keseharian kita menjadi saksi yang baik bagi Kristus.

Sebagai manusia biasa, kita tentu ada pergumulan dan kerinduan. Dalam geliat kehidupan ini, tentu kita tidak layak diam berpangku atau berlipat tangan, atau fokus semata pada diri sendiri, melainkan berupaya terus menerus untuk lebih baik dan lebih berkarya bagi Dia. Untuk bisa mengetahui apakah kita sudah maksimal dalam upaya penantian dan pencarian itu, maka hidup Yesus dan para rasul merupakan keteladanan yang layak untuk diikuti.

Yesus telah menjawab dengan tidak tergoyahkan atas keraguan kita. Ia telah memberi pengampunan dosa. Waktu kita sangat terbatas, namun bila memiliki keinginan dan motivasi, Roh Kudus akan memampukan kita untuk menjadi saksi dan memaksimalkan akar dan motivasi kita.

Tuhan Yesus tidak lagi bersama-sama dengan para murid dan juga dengan kita dalam pengertian fisik, tetapi keberadaan-Nya dalam keadaan yang baru, itu lebih memungkinkan kita semua untuk dapat bersama-sama dengan Dia. Yesus hadir dan berada di sini dan di sana dan dengan sabar dan setia menantikan seruan dan permohonan kita.

Dalam penantian seperti para murid-Nya, kita terus memuji dan menyembah-Nya sambil tetap bersukacita akan anugerah yang sudah diberikan-Nya. Kuasa pertolongan Roh Kudus akan diberikan untuk memampukan kita sebagai saksi dan berkat bagi orang lain.

Selamat merayakan kenaikan Tuhan kita dan selamat beribadah.

Tuhan memberkati.

Amin.

Khotbah Hari Kenaikan Yesus Kristus #5

(sumber: laman Keuskupan Sufran Bogor)

Tema: Menjadi Saksi Yesus

Ayat: Kis 1:7-8

Empat puluh hari setelah Kebangkitan Yesus, la naik ke surga dengan jiwa dan raga Nya. Kenaikan Nya ke surga juga disaksikan oleh para murid-Nya. Sebelum la naik ke surga, Ia memberikan pesan kepada para murid-Nya bahwa mereka akan menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi ketika Roh Kudus turun dalam diri mereka (bdk: Kis 1:7-8).

Seperti yang kita percayai bersama dalam syahadat para rasul, la naik ke surga dan duduk di sisi kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa, perintah yang diberikan menjadi transisi penuh bahwa Tuhan ingin memulihkan dunia dan bukan hanya memulihkan Israel saja seperti yang ditanyakan oleh para murid.

Para murid pun juga menunggu Roh Kudus dengan penuh harap dan sukacita setelah menyaksikan kenaikan Yesus ke surga. Sukacita itu diejawantahkan dengan pewartaan mereka sebagai saksi Kristus di Yerusalem. Karena kita hidup dari kesaksian iman para rasul yang sudah dibuktikan kebenarannya, marilah kita meneladani para rasul dengan ikut menjadi saksi Kristus kepada sekitar, baik kepada manusia maupun alam.

Mengasihi sesama manusia dan alam sekitar menjadi tindakan nyata dalam menghidupi amanat kasih dari Yesus Kristus. Ketika kita sadar dan menjalankan amanat Nya dengan baik, bersama dengan St. Fransiskus Assisi, kita dapat mengatakan "Laudato si, mi Signore [Terpujilah Engkau, Tuhanku), kepada Ibu Bumi sebagai bentuk penghormatan kita kepada Allah.

Khotbah Hari Kenaikan Yesus Kristus #6

(sumber: laman Gereja Kristen Jawi Wetan)

Tema: Saksi Kristus yang Mengusahakan Kedamaian dan Keadilan Sosial di Tengah Dunia

Ayat: Kisah Para Rasul 1:1-11, Efesus 1:15-23, Lukas 24:44-53

Pendahuluan

Di dalam proses peradilan, keberadaan saksi merupakan suatu hal yang sangat penting. Para saksi ini bisa meringankan maupun memberatkan terdakwa. Namun, sebelum memberikan kesaksian seorang saksi terlebih dahulu disumpah untuk memastikan bahwa terdakwa akan memberikan keterangan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa diketahui dalam persidangan. Keterangan saksi ini kemudian bisa menjadi alat bukti. Apabila terbukti berbohong dalam kesaksiannya, saksi dapat dikenakan sanksi pidana.

Dari sini, kita dapat memahami bahwa tugas dan tanggung jawab seorang saksi sangatlah berat. Mereka harus bersaksi dengan penuh kebenaran yang berlandaskan akal budi dan hati nurani. Namun tak jarang, kesaksian yang disampaikan dapat menimbulkan konflik bahkan penolakan dari pihak penggugat maupun terdakwa.

Hal ini menyebabkan banyak orang yang enggan menjadi saksi karena beban tanggung jawab yang berat. Meskipun demikian, seorang saksi harus tetap teguh dalam memberikan kesaksian berdasar akal budi dan hati nurani. Harapannya, kesaksian mereka dapat membantu hakim dalam mempertimbangkan keadilan dalam setiap keputusan yang diambil.

Isi

Di antara banyak pengikut-Nya, Yesus memilih dan mempercayakan tugas khusus kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya. Menjadi saksi dan meneruskan karya Yesus bukanlah tugas yang mudah. Hal ini dibuktikan dengan berbagai rintangan dan penolakan yang Yesus hadapi selama hidup-Nya termasuk pula banyak penentangan kepada Yesus.

Hal ini dikarenakan setiap pengajaran dan karya-Nya, Yesus menentang kesewenang-wenangan, membela kaum tertindas, terpinggirkan, dan termarjinalkan, baik dalam kehidupan sosial maupun keagamaan. Yesus membawa kedamaian dan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan, tertindas, dan mengalami kesewenang-wenangan dari penguasa dan pemimpin agama.

Pengajaran Yesus ini tentu tidak mudah dipahami dan diterima oleh banyak orang. Kenyamanan dan dogma yang sudah berjalan bertahun-tahun pun terusik dan muncul penolakan serta perlawanan terhadap Yesus. Namun tetap, para murid diutus oleh Yesus untuk menjadi saksi-Nya di dunia untuk melanjutkan karya Yesus, membawa kedamaian, dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan dan tertindas, baik dari penguasa maupun pemimpin agama.

Namun, tugas ini bukanlah hal yang mudah bagi para murid. Sebelum memberikan perutusan ini, Yesus terlebih dahulu membuka pikiran mereka (Lukas 24:45) agar mereka memahami Kitab Suci, pengajaran-Nya, dan karya-Nya di dunia. Yesus ingin mereka mengerti bahwa tugas mereka bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa.

Para murid pun akhirnya mengalami transformasi paradigma, dari yang sebelumnya fokus pada diri sendiri, kini beralih ke fokus pada orang lain. Tugas dan tanggung jawab mereka tidaklah mudah, oleh karena itu, sebelum naik ke surga, Yesus memberikan pesan agar mereka menanti di Yerusalem untuk menerima kuasa Roh Kudus.

Hal ini dikarenakan Yesus mempersiapkan para murid untuk mempersiapkan diri menjadi saksi Kristus. Kisah Para Rasul juga menceritakan bagaimana Roh Kudus memampukan para murid menjadi saksi Kristus di Yerusalem (Kisah 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (Kisah 8-12), dan sampai ke ujung bumi (Kisah 13-26). Ini menunjukkan bahwa menjadi saksi Kristus adalah proses bertahap, dimulai dari orang-orang terdekat (Yerusalem), kemudian sesama orang Yahudi (Yudea), bangsa lain (Samaria), dan akhirnya seluruh dunia.

Sebelum para murid menjadi saksi Kristus dan melanjutkan karya Yesus membawa kedamaian dan keadilan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan kepentingan diri mereka sendiri karena perubahan paradigma ini tidak boleh instan, tetapi harus berlangsung hingga tugas mereka selesai. Oleh karena itu, para murid harus menunggu di Yerusalem untuk diperlengkapi kuasa Roh Kudus.

Perubahan paradigma kehidupan ini juga ditekankan oleh Paulus kepada jemaat di Efesus. Mereka yang dipanggil menjadi milik Kristus telah diperlengkapi roh hikmat yang mengubah paradigma kehidupan mereka untuk menjadi saksi Kristus dan berkat bagi sesamanya.

Setelah memberikan tugas perutusan kepada para murid, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Berkat Tuhan ini menandakan penyerahan tanggung jawab kepada para murid dan janji untuk selalu mendampingi mereka dalam menjalankan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud dengan penuh hormat kepada Yesus dan menerima tugas perutusan tersebut.

Berbeda dengan kesedihan mereka saat Yesus wafat, kali ini para murid tidak bersedih atas kepergian Yesus. Namun dengan berkat dan kuasa yang telah mereka terima, mereka kembali ke Yerusalem dengan penuh sukacita dan kegembiraan dan para murid siap melanjutkan karya Yesus di dunia, yaitu membawa kedamaian dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan, tersisih, termarjinalkan, dan mengalami kesewenang-wenangan dalam kehidupan sosial maupun keagamaan.

Meskipun mereka menyadari bahwa perjuangan ini akan penuh dengan penolakan dan tantangan, para murid tetap bersukacita karena yakin bahwa kuasa Yesus akan selalu melingkupi mereka. Keotentikan kesaksian para murid tidak dapat diragukan karena mereka telah melihat dan mendengarkan sendiri karya pelayanan Yesus, termasuk kebangkitan-Nya dari kematian.

Penutup

Ketiga bacaan tersebut menggarisbawahi tentang kesiapan para murid Yesus dan para orang percaya untuk melanjutkan karya Yesus setelah kenaikan-Nya ke surga. Para murid yang sudah memiliki modal saat hidup bersama-sama dengan Yesus dapat melihat langsung sebagai saksi akan apa yang telah Yesus lakukan di dunia terntang karya yang membawa kedamaian dan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan, tersisih, termarginalkan dan mengalami kesewenang-wenangan dari penguasa pemerintah maupun pemimpin agama.

Berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka akan memampukan mereka untuk melanjutkan karya Yesus di dunia, mulai dari Yerusalem (diri mereka dan keluarga mereka), Yudea (orang-orang yang seiman), Samaria (orang-orang yang tidak seiman), sampai ke ujung dunia (semua orang yang ditemui para murid).

Walau akan ada konsekuensi berupa pertentangan dan penolakan yang mereka alami. Demikian juga dengan orang-orang percaya di Efesus, roh hikmat yang mereka terima memampukan mereka untuk hidup di dalam Kristus dan menjadi saksi Kristus, melayani sesama dengan penuh sukacita walaupun kepada sesama yang berbeda. Kuasa Roh Kudus akan senantiasa memampukan mereka setia menjadi saksi Kristus yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan sampai paripurna kehidupan mereka.

Demikian juga kita sebagai orang percaya dipanggil menjadi seperti para murid. Menjadi saksi Kristus di dunia, menjadi saksi Kristus di mana pun kita berada, baik di lingkungan keluarga kita, gereja, masyarakat, dan pekerjaan. Bagaimana kita senantiasa menjadi pembawa damai dan mengusahakan keadilan di semua tempat.

Tidak mudah, karena kita akan berhadapan dan berjumpa dengan kenyamanan dogma dan kesejahteraan hidup yang tidak mudah digoyahkan. Kemiskinan, ketidakadilan kehidupan, dan peradilan, sumber daya alam yang melimpah tetapi rakyat kesusahan mendapatkan hasil sumber daya alam tersebut, prasangka kepada orang-orang yang berbeda dengan kita atau yang beragama lain ataupun agamanya sama tetapi dogmanya berbeda, dan masih banyak lagi ketidakadilan yang akan kita temui.

Semuanya itu ada di tengah kehidupan kita, semuanya nyata di depan mata kita. Lalu bagaimana kita sebagai orang percaya? Apakah kita benar-benar mau menjadi saksi Kristus di dunia untuk mengusahakan kedamaian dan keadilan bagi semua orang, walaupun resiko besar menanti kita, ataukah kita mengambil sikap nyaman dan berdiam diri untuk diri kita sendiri?

Para murid telah dibuka hatinya sehingga ada perubahan paradigma dan mereka diberikan kuasa untuk berkarya. Maka kuasa yang sama itu juga akan diberikan kepada kita. Kita menjadi saksi Kristus di dunia yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan. Jangan hanya berdiam diri, jangan takut dan berkecil hati karena kuasa dari Roh Kudus memperlengkapi dan memampukan kita menjadi saksi-Nya.

Amin.

Demikian 6 khotbah tentang Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus 2024. Selamat merayakan hari yang suci ini dan semoga membantu!

Artikel ini ditulis oleh Yohanes Wibisono peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(cln/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads