DBD di Gunungkidul: 311 Kasus-Dinkes Kehabisan Stok Abate

DBD di Gunungkidul: 311 Kasus-Dinkes Kehabisan Stok Abate

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Rabu, 27 Mar 2024 17:24 WIB
ilustrasi DBD
Ilustrasi kasus DBD. Foto: ilustrasi/thinkstock
Gunungkidul -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul mencatat 311 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan dua kasus meninggal di awal tahun 2024 ini. Di sisi lain, Dinkes juga kehabisan stok abate yang dibagikan ke masyarakat.

"Demam berdarah (DBD) 311 (kasus) per 18 Maret (2024) dengan dua kasus meninggal, dengue shock syndrome (DSS)," kata Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono kepada wartawan saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul, Rabu (27/3/2024).

Perihal kematian dua warga tersebut, Ismono mengatakan sesampai di rumah sakit keadaan dua warga itu telah kritis. "Sampai di rumah sakit itu keadaan kritis atau dengue shock syndrome. Ini yang agak berat memang," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ismono mengimbau masyarakat jika ada gejala demam berdarah untuk langsung dilarikan ke puskesmas setempat sehingga bisa dirujuk ke rumah sakit. Ia mengatakan rumah sakit selalu siap untuk menerima pasien demam berdarah.

"Kadang-kadang kan gejalanya mirip dengan penyakit biasa, tahu-tahunya sudah dengue shock syndrome," terangnya.

ADVERTISEMENT

Stok Abate Kosong

Selain tingginya kasus tersebut, Dinkes juga kehabisan stok abate. Hal tersebut menjadi kendala tambahan dalam penanganan DBD.

"Yang menjadi kendala adalah abate. Tahun ini abate menjadi kendala karena tahun ini tidak ada. Habis di dinas," katanya.

"Tahun ini kan tidak ada penganggaran karena keterbatasan anggaran," terangnya.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul, Rabu (27/3/2024).Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul, Rabu (27/3/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Stok abate yang habis di tahun ini pun merupakan stok sisa tahun kemarin dari Dinkes DIY. Adapun stok abate yang sudah habis itu sebanyak 700 kg.

Penggunaan abate itu dibagikan ke rumah warga melalui puskesmas setempat.

"Itu kan dibagikan untuk masyarakat lewat puskesmas. Kan untuk tempat penampungan air diberikan abate agar tidak tumbuh nyamuk," katanya.

Ismono menerangkan abate berfungsi untuk membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti. "Tapi sebenarnya (air yang telah diberi abate) kalau dikuras lagi tidak bermanfaat," ungkapnya.

Ismono menambahkan, hal yang perlu dilakukan untuk mencegah DBD ialah dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).




(rih/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads