Permasalahan sampah di Jogja masih belum usai dan diprediksi segera memasuki musim hujan pada November mendatang. Ancaman penyakit leptospirosis pun mengintai.
"Jumlah kasus (leptospirosis) di Jogja ini ada tujuh (kasus selama 2023)," jelas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja, Emma Rachmi Aryani saat jumpa pers di Balai Kota Jogja, Selasa (24/10/2023).
Penyakit leptospirosis ini terkait dengan hewan tikus sebagai pembawa bakteri. Olah karenanya, masyarakat diminta selalu menjaga kebersihan lingkungan. Sebab, penyakit ini pun bisa mengakibatkan kematian jika tak tertangani segera.
"Biasanya memang ini lebih ke kebersihan lingkungan, sebetulnya juga masalah sampah ya, karena dari tikus ya. Harapannya ya kebersihan baik lingkungan rumah kebersihan diri itu yang diutamakan," jelasnya.
Apa Itu Leptospirosis?
Dikutip dari laman resmi Dinas Kesehatan DIY, leptospirosis merupakan penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen. Penyakit ini ditularkan secara langsung dan tidak langsung dari hewan ke manusia.
Leptospirosis umumnya ditularkan melalui kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira yang masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir seperti lubang hidung dan kelopak mata, pada saat kontak dengan suatu benda, genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.
Leptospirosis atau dikenal sebagai demam urine tikus diduga memiliki penyebaran penyakit yang paling luas di dunia. Beberapa kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini disebabkan oleh pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, hingga gaya hidup.
Adapun pekerjaan yang memiliki risiko tinggi penularan seperti petani atau pekerja perkebunan, petugas pet shop, peternak, petugas pembersih, saluran air, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging, dan militer.
Gejala Leptospirosis
Gejala penyakit leptospirosis sangat bervariasi. Mulai dari tanpa gejala sampai berdampak fatal hingga menyebabkan kematian. Gejala leptospirosis yang tidak boleh diabaikan adalah demam mendadak, lemah, mata merah, sakit kepala, nyeri otot betis, hingga kekuningan pada kulit.
Gejala tersebut sekilas mirip dengan gejala penyakit yang lain. Untuk itu, diharapkan pasien untuk menyampaikan kepada dokter yang memeriksa terkait kegiatan apa saja yang dilakukan sebelum muncul gejala untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut berisiko untuk kontak dengan urine tikus atau tidak.
(ams/ams)