4 Teks Khutbah Jumat Singkat dan Penuh Pesan

4 Teks Khutbah Jumat Singkat dan Penuh Pesan

Iis Sulistiani - detikJogja
Jumat, 06 Okt 2023 09:15 WIB
Ribuan jemaah salah Jumat melaksanakan salat gaib bagi KH Syafii Maarif
4 Teks Khutbah Jumat Singkat dan Penuh Pesan. Ilustrasi salat Jumat. (Foto: Deden Rahadian/detikJabar)
Jogja -

Bagi umat Islam khususnya laki-laki, melaksanakan sholat Jumat merupakan suatu kewajiban. Salah satu syarat sah dalam sholat Jumat, yaitu adanya khutbah. Khutbah sering disebut juga ceramah atau pidato yang dilakukan oleh seorang khatib.

Khutbah dilakukan sebelum sholat Jumat dimulai. Terdapat beberapa rukun dari dua khutbah Jumat, yaitu mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT, membaca sholawat atas Rasulullah SAW, mengucapkan syahadat bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang sebenarnya selain Allah SWT, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.

Rukun selanjutnya yaitu berwasiat atau memberikan nasehat kepada para jemaah serta membaca ayat Al-Quran pada salah satu dari dua khutbah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini beberapa contoh teks khutbah Jumat singkat dan penuh makna yang dihimpun detikJogja dari laman Nahdlatul Ulama.

Contoh Teks Khutbah Jumat

Teks Khutbah 1: Sabar Menghadapi Segala Ujian

Assalamualaikum Wr. Wb.

ADVERTISEMENT

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Sabar adalah sesuatu yang sangat penting dalam ajaran Islam. Oleh karena pentingnya kedudukan sabar itulah, sabar dijadikan oleh Allah Allah SWT sebagai satu sebab dari berbagai sebab atau faktor mendapatkan pertolongan dan kebersamaan bersama Allah Taala.

يٰۧااَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ إنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 153) Nabi SAW bersabda:

اَلصَّبْرُ نِصْفُ الْإِيْمَانِ

"Sabar adalah sebagian dari iman." (HR. Abû Na'îm dan al-Khathîb)

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Oleh karena urgensi sabar itulah, Allah SWT dalam QS. al-'Ashr menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk saling berwasiat, saling memberikan nasehat agar berbuat sabar (watawâshau bish-shabr), bukan hanya agar berbuat yang benar. Bahwa wasiat agar bersabar ini menjadi salah satu di antara empat elemen yang sangat penting bagi keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Imam al-Ghazali mengatakan bahwa: "Seluruh yang dihadapi seorang manusia dalam kehidupan ini tidak lepas dari dua macam, yaitu: (1) sesuatu yang sesuai dengan keinginannya; dan (2) sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, justru dibencinya. Masing-masing memerlukan kesabaran

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Inilah realitas dunia. Ada bahagia, ada sengsara, ada gembira ada sedih, ada suka dan ada duka. Oleh karena itulah, musibah bagi orang mukmin dipandang sebagai ujian. Bagi orang mukmin keberadaan dunia yang penuh dengan lika-liku dan dinamika kehidupan ini dihadapi dengan penuh kesabaran, karena sabar itulah obat dari penyakit-penyakit yang mengguncang dunia.

Allah SWT telah jelas menyatakan bahwa: "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya...." (QS. Al-Mulk [69]: 2).

Jadi, dunia ini berisi ujian bagi manusia, untuk menguji orang yang paling baik perbuatannya (ahsan/khair), bukan cuma orang yang paling banyak perbuatannya (aktsar). Bagi orang mukmin yang bisa menjalani dan menghadapi musibah dengan sabar, maka ia diberikan petunjuk, ampunan, dan rahmat dari Allah Taala. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan lahir bagi ahli musibah (orang dan keluarga yang terkena musibah).

Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga membawa manfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Teks Khutbah 2 :Belajar Optimisme dari Nabi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt,

Islam cepat berkembang dengan landasan perasaan optimisme. Perang Badar misalnya, lebih kurang 300 kaum Muslimin berperang dengan ribuan kaum musyrikin Makkah. Tetapi Rasulullah mampu membakar semangat kaum Muslimin. Rasa optimis akan kemenangan menjadi salah satu kunci kemenangan kaum Muslimin kala itu.

Allah Swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 123:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: "Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar. Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya."

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Mari kita bayangkan bagaimana perjuangan Rasulullah dalam perang Khandak, padahal Kaum Makkah saat itu membawa pasukan yang sangat besar. Lagi-lagi perasaan optimis telah membakar semangat kaum muslimin kala itu untuk meraih kemenangan.

Dalam setiap keputusan atau setiap peperangan besar yang diikuti, tetap saja rasa optimisme bersarang dalam hati para sahabat mulia dengan tekad hidup mulia atau mati syahid. Kita lihat lagi bagaimana dahsyatnya optimisme yang dimiliki para generasi pasca-sahabat. Warisan ini telah dipraktikkan dengan elegan oleh Bani Umayah dan Abbasiyah, walaupun di kemudian hari, optimisme kaum muslimin mulai surut akibat lebih mementingkan ego dan materi yang telah mampu mengalahkan sifat optimisme. Dunia pun kemudian memuji bagaimana optimismenya Shalahuddin Al Ayyubi dan sultan Muhammad Al Fatih membela dan menguatkan Islam. Bahwa Islam sejatinya adalah agama yang mengajarkan nilai optimisme dalam menyongsong setiap sendi kehidupan.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt,

Kita pun bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah menarik dan inspiratif dalam Al-Qur'an tentang kedahsyatan optimisme. Diantaranya adalah kisah Nabi Yunus yang ditelan hiu, kisah Nabi Zakaria yang berdoa kepada Allah diusianya yang senja agar dikaruniai seorang anak, Kisah Nabi Ibrahim yang selalu optimis menghadapi rintangan, dan juga bagaimana optimisnya Nabi Nuh dalam berdakwah walaupun hanya segelintir orang yang beriman.

Sebagai penutup, mari kita tetap berjuang untuk melakukan kebaikan-kebaikan sebagai bentuk ibadah paling mulia, jangan pernah berputus asa.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Teks Khutbah 3: Iri dan Dengki, Pembunuh Rasa Syukur

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt,

Untuk perjalanan menuju ketakwaan yang lebih baik, kita perlu senantiasa memperbaiki diri. Takwa adalah pondasi utama yang menjaga kita dari godaan dunia yang sementara dan membimbing kita pada kebahagiaan abadi di akhirat. Kita harus senantiasa mengingat bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar, sehingga setiap tindakan dan niat kita menjadi bahan pertimbangan di hadapan-Nya. Mari perkuat komitmen ketakwaan dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Di antara larangan dari Allah yang harus kita jauhi adalah sifat iri dan dengki yang merupakan sifat perusak batin dan jiwa kita. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' ayat 32:

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ

Artinya: "Janganlah kamu iri hati terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain."

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt,

Sifat iri dan dengki merupakan penyakit hati yang dapat merusak hubungan sosial, memicu konflik, serta menghambat perkembangan diri dan lingkungan. Iri hati timbul akibat merasa tidak puas dengan pemberian Allah kepada orang lain, sedangkan dengki adalah rasa benci terhadap kebahagiaan atau nikmat yang diberikan Allah kepada orang lain. Kedua sifat ini sangatlah berbahaya, karena selain merugikan diri sendiri, juga merusak harmoni dalam masyarakat.

Dalam rangka menghindari sifat iri dan dengki, kita perlu memahami bahwa setiap individu telah mendapatkan takdir dan pemberian dari Allah yang berbeda-beda sesuai kadarnya masing-masing. Dengan memahami ini, kita dapat merasa lebih tenang dan puas dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita. Jika iri dan dengki tetap bercokol dalam diri kita, maka lambat laun sikap syukur akan pupus karena iri dengki merupakan pembunuh rasa syukur.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt,

Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat iri dan dengki yang dapat menjerumuskan kita kepada golongan orang-orang yang tidak bersyukur dan semoga kita terhindar dari orang-orang yang iri dan dengki kepada kita. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Teks Khutbah 4: Anjuran Menyantuni Anak Yatim

Assalamualaikum Wr. Wb.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Salah satu cara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt adalah dengan cara membahagiakan anak yatim, yaitu anak kecil belum baligh yang ditinggal wafat oleh ayahnya. Islam menganjurkan semua umat Islam untuk memberikan kasih sayang kepada mereka. Memuliakan dan menyantuni mereka, serta memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Hal ini merupakan warisan yang diajarkan oleh Rasulullah saw selama hidupnya. Ia merupakan sosok seorang nabi yang sangat cinta dan sayang pada anak yatim. Maka tidak heran jika kita sebagai umatnya dianjurkan oleh nabi untuk merawat dan mencintai mereka dengan sepenuh hati.

Anjuran menyantuni dan membahagiakan anak yatim sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, Allah swt berfirman:

وَيَسْأَلونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ

Artinya, "Mereka menanyakan kepadaMu (Nabi Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, 'Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!' Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan." (QS Al-Baqarah [2]: 220).

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Keberadaan anak yatim dalam suatu rumah menjadi keberkahan tersendiri bagi penghuninya. Keberadaannya menjadi salah satu tanda bahwa rumah tersebut merupakan rumah terbaik dibanding dengan rumah-rumah lain yang di dalamnya tidak ada anak yatim.

Terdapat tiga alasan kenapa kita diharuskan menjaga dan merawat anak yatim, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh 'Alauddin al-Baghdadi dalam kitab Tafsir Lubabut Ta'wil fi Ma'ani at-Tanzil, yaitu; (1) karena anak yatim masih sangat kecil dan tidak bisa mengatur pola kehidupannya; (2) karena kesendiriannya (ditinggal seorang ayah); dan (3) karena tidak adanya orang yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Demikian khutbah Jumat perihal anjuran menyantuni anak yatim. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Artikel ini ditulis oleh Iis Sulistiani Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.




(par/sip)

Hide Ads