- Kronologi G30S PKI di Jogja 1. Peristiwa Penculikan dan Pembunuhan Brigjen Katamso 2. Peristiwa Penculikan dan Pembunuhan Kolonel Sugiyono
- Penemuan Jasad Pahlawan Revolusi di Jogja
- Mengenang Jasa Pahlawan Revolusi Melalui Museum Monumen Pahlawan Pancasila Jogja
- Alasan Wilayah Kentungan Jadi Tempat Pendirian Museum Monumen Pahlawan Pancasila Jogja
Salah satu peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia adalah Gerakan 30 September atau lebih dikenal sebagai G30S PKI. Sebuah gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di masa itu.
Peristiwa G30S PKI ditandai sebagai salah satu sejarah hitam dan tragedi nasional yang pernah terjadi di Indonesia. Dalam peristiwa itu terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap para Pahlawan Revolusi. Dari sejumlah Pahlawan Revolusi, dua di antaranya adalah Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso dan Kolonel Infanteri Anumerta Sugiyono yang gugur di Jogja.
Untuk mengenang peristiwa G30S PKI di Jogja dan atas jasa kedua Pahlawan Revolusi tersebut, dibangunlah sebuah monumen bernama Monumen Pahlawan Pancasila atau Museum Monumen Pahlawan Pancasila yang berlokasi di Kentungan, Sleman, DIY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kronologi G30S PKI di Jogja
Dikutip detikJogja dari budaya.jogjaprov.go.id, Jumat (29/9/2023), ketika peristiwa pemberontakan PKI pada 30 September 1965 di Jakarta meletus, saat itu Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) dikuasai PKI. Kemudian mereka menyiarkan berita jika telah dibentuk Dewan Revolusi, kabar tersebut sampai di Jogja.
Muncul selebaran gelap yang mendukung aksi pemberontakan PKI di Jakarta, bahkan PKI ingin menguasai Jogja kala itu. Sejak saat itu mulai muncul aksi pemberontakan yang menargetkan Katamso yang kala itu menjabat sebagai Komandan Korem 072/Pamungkas Jogja.
1. Peristiwa Penculikan dan Pembunuhan Brigjen Katamso
Katamso yang saat itu berpangkat kolonel, sudah mengetahui perihal pembentukan Dewan Revolusi di Jakarta. Selepas tiba di Jogja dari Magelang, Katamso dipaksa menandatangani surat yang berisi dukungan terhadap Dewan Revolusi.
Katamso kaget ketika mendapati ada anak buahnya yang terpengaruh PKI, ia pun menolak dan memanggil sejumlah perwira untuk melakukan rapat terkait situasi terkini waktu itu. Namun, sejumlah perwira yang datang justru membawa senjata dan melakukan penangkapan terhadap Katamso.
Katamso dibawa ke kompleks Batalyon L di Desa Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman. Katamso dibawa menggunakan mobil, ketika ia melangkah keluar mobil, ia diserang menggunakan kunci mortir nomor 8. Katamso pun tersungkur dan gugur pada malam hari tanggal 2 Oktober 1965. Jenazah Katamso diangkat dan dimasukkan ke dalam lubang yang ada di sekitar tempat kejadian.
2. Peristiwa Penculikan dan Pembunuhan Kolonel Sugiyono
Dikutip detikJogja dari laman budaya.jogjaprov.go.id, dalam relief-relief yang menceritakan peristiwa terbunuhnya Sugiyono.
Pada saat kejadian Sugiyono masih berpangkat Letnan Kolonel Infanteri dan menjabat sebagai Kepala Staf Korem 72. Ia diculik oleh anggota Batalyon L di ruang kerjanya Makoren 72.
Sugiyono dibunuh dengan menggunakan kunci martil nomor 8, pada saat itu jenazah Sugiyono dimasukkan ke lubang yang sama dengan Katamso, ketika Sugiyono dimasukkan ke lubang masih terdengar suara dengkur. Lantas untuk menghilangkan nyawa Sugiyono, dilempari batu hingga Sugiyono gugur.
Penemuan Jasad Pahlawan Revolusi di Jogja
Setelah kedua pahlawan revolusi tersebut dibunuh secara tidak manusiawi, Korem 072/Pamungkas melapor kepada Pangdam VII/Diponegoro terkait peristiwa itu, lalu ditunjuklah Kolonel Widodo untuk menjadi caretaker Korem 072/Pamungkas segera mencari keberadaan Katamso.
Pada 21 Oktober 1965 pencarian difokuskan di kompleks asrama tentara di Kentungan, tim pencari curiga dengan tanaman yang baru ditanam, lantas digali tanah tersebut dan ditemukan jenazah Katamso dan Sugiyono. Jenazah Katamso ditemukan dalam keadaan miring dan tergenang air, sedangkan jenazah Sugiyono ditemukan masih menggunakan tanda pangkat letnan kolonel.
Kedua jenazah dimakamkan pada 22 Oktober 1965 di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Jogja. Atas jasa-jasa keduanya, Pemerintah Indonesia menganugerahi Pahlawan Revolusi. Katamso dan Sugiyono dinaikkan pangkatnya secara anumerta menjadi Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono.
Mengenang Jasa Pahlawan Revolusi Melalui Museum Monumen Pahlawan Pancasila Jogja
Untuk mengenang peristiwa sejarah yang tidak boleh terulang kembali, di Jogja dibangun sebuah Museum Monumen Pahlawan Pancasila yang dulunya bernama Monumen Pahlawan Pancasila.
Monumen tersebut diresmikan tahun 1991 di Kentungan, tepat di atas tanah tempat terjadinya pembunuhan atas Katamso dan Sugiyono.
Monumen dibangun di atas tanah seluas 7.927 meter persegi di kompleks Batalyon 403 yang dulunya bernama Batalyon L di tepi sebelah selatan, di sebelah timur 200 meter dari Jalan Kaliurang, di sebelah utara 100 meter dari Jalan Ring Road Utara dan 1,5 km dari Monumen Jogja Kembali.
Alasan Wilayah Kentungan Jadi Tempat Pendirian Museum Monumen Pahlawan Pancasila Jogja
Daerah Kentungan dipilih sebagai tempat pendirian monumen bukan tanpa alasan, setidaknya ada 3 alasan, di antaranya:
- Menjadi lokasi pembunuhan kejam atas kedua Pahlawan Revolusi yang terjadi di Kentungan
- Batalyon L erat kaitannya dengan terjadinya peristiwa penculikan dan pembunuhan Pahlawan Revolusi yang lokasi markasnya di Kentungan
- Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di DIY setiap tahunnya dilaksanakan di Lapangan Kentungan
Demikian penjelasan mengenai kronologi peristiwa G30S/PKI yang terjadi di Jogja. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(rih/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi