Pakar Geologi UGM Ungkap Temuan Baru di Lubang Misterius Kalibawang

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Sabtu, 05 Agu 2023 14:45 WIB
Ahli geologi UGM meneliti lubang misterius di Kalibawang Kulon Progo, Sabtu (5/8/2023) Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja
Kulon Progo -

Fenomena sinkhole atau lubang misterius tiba-tiba muncul di Dusun Popohan, Kalurahan Banjararum, Kulon Progo. Ahli Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Wilopo menyebut fenomena itu tidak wajar.

"Ya jika dilihat dari sisi litologi, ini bukan sesuatu yang umum dijumpai. Jadi ini termasuk temuan baru," ungkap Wahyu saat ditemui dalam proses penelitian sinkhole di Kulon Progo, Sabtu (5/8/2023).

Wahyu menjelaskan pada umumnya sinkhole akan muncul di lahan batuan yang mudah larut seperti jenis batuan gamping yang jamak ditemui di Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan yang terjadi di Kulon Progo, sinkhole justru muncul di lahan batuan breksi. Batuan jenis ini dikenal tidak mudah hancur sehingga kecil kemungkinan memicu terjadinya sinkhole.

"Kita lihat terjadinya lubang di bawah itu kan biasanya dikontrol oleh adanya litologi yang mudah larut. Kalau itu terjadinya di Wonosari atau Gunungkidul merupakan hal yang wajar karena memang (batuan) gamping. Tapi yang menarik di sini kan litologinya adalah breksi yang susah larut," jelasnya.

Hal yang tidak biasa ini, lanjut Wahyu, memunculkan sejumlah dugaan terkait apa sebenarnya yang memicu terjadinya sinkhole di Popohan. Antara lain soal adanya litologi lain yang mudah larut di bawah batuan breksi lahan tersebut dan fenomena tanah labil yang memang terjadi sudah lama di wilayah ini.

"Kalau mengacu pada geologi regional memang di bawahnya breksi ini ada batu gampingnya. Tapi kita nggak tahu apakah amblesnya ini ada di bawahnya breksi, di mana ada batu gamping yang larut, atau memang ada struktur yang membuat material-material yang ada di dalam retakan menimbulkan banyak kekar-kekar yang mempercepat proses larutan," ujarnya.

Atas hal itu, Tim Geologi dari Fakultas Teknik UGM yang dipimpin Wahyu kini telah terjun untuk meneliti fenomena tersebut. Proses penelitian ini menggunakan metode survei geofisika yakni survei yang dilakukan dengan memanfaatkan medan alamiah sebagai bagian propertis bumi.

Adapun alat yang digunakan adalah georadar atau radar penembus tanah yang berfungsi untuk mendeteksi sinyal yang direfleksikan dari struktur bawah permukaan.

"Dari situ nanti bisa kita identifikasi kondisi bawah permukaan seperti apa. Sehingga kita nanti akan coba membuat profil-profil di bawah permukaan berdasarkan atas hasil dari data geofisika ini," ucap Wahyu.

Wahyu mengatakan timnya juga akan meneliti seluruh kawasan Popohan dan sekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya fenomena serupa yang berpotensi memicu bencana.

"Kita tidak hanya meneliti di sini tetapi secara ruangan, jadi daerah sekitarnya. Sehingga nanti kalau terjadi ada tanda-tanda atau sebagainya itu bisa kita antisipasi. Kira-kira kalau ada kejadian itu terjadi di mana, dan apa yang harus dilakukan," ujarnya.




(ams/aku)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork