Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) menyinggung modal untuk menjadi Ketum Golkar mencapai ratusan miliar. Pengamat politik UGM Arya Budi mengatakan hal itu bukan barang baru di politik.
Arya mengatakan Golkar ini bertransformasi dari partai orde baru menjadi partai politik di Pemilu 1999. Arya bilang dulu ada semacam kebiasaan pemilihan ketum bukan dari unsur militer. Nah, saat era reformasi kemudian muncul kebiasaan ketum yang berasal dari pengusaha.
"Jadi sebelum JK partai ini (ketum) memang bukan pengusaha, tapi ketika JK jadi Ketum itu yang kemudian yang berkontestasi dan menang juga pengusaha, ada Aburizal Bakrie," kata Arya saat dihubungi detikJogja, Senin (31/7/2023).
Menurutnya, kebiasaan pengusaha menjadi Ketum Golkar juga berjalan hingga saat ini Airlangga Hartarto.
"Kebiasaan Golkar dari kelompok pengusaha ini lah yang bisa jadi melatarbelakangi JK punya statement ratusan miliar itu," ucapnya.
Dia menjelaskan ratusan miliar yang dibutuhkan untuk menjadi Ketum Golkar bisa jadi untuk memberikan kompensasi kepada struktur partai. Baik di pusat maupun mesin partai di daerah.
"Jadi ini bukan hanya satu individu yang bekerja jadi ada pengusaha-pengusaha yang mendukung. Sehingga logistik yang mereka keluarkan tidak dari kantong sendiri tapi politisi pengusaha yang berada di belakang," bebernya.
Tapi dia menggarisbawahi, hal ini tidak hanya terjadi di Golkar. Partai lain di Indonesia juga menggunakan pola yang sama, artinya banyak modal yang dikeluarkan untuk jadi ketum parpol.
"Jadi ketum dan membutuhkan logistik itu terjadi di banyak partai. Bahkan ketum yang durasi (jabatan) 5 sampai 10 tahun, ada PKB dan seterusnya itu bertahan salah satunya kemampuan mereka mengkonsolidasikan kemampuan logistik. Jika mereka bukan orang kaya, juga bukan pebisnis paling tidak ada insentif distribusi logistik di mana mereka menggunakan itu untuk bertahan," urainya.
Lebih jauh, Arya menyebut hal ini tidak mengagetkan. Mengingat di parpol lain juga memerlukan hal serupa.
"Tidak mengagetkan juga statement JK itu, tidak mengagetkan ya bagi kita," tegasnya.
Selengkapnya di halaman berikut.
(ams/sip)