TPA Piyungan Dibuka Terbatas 28 Juli, Sultan: 200 Ton Sampah Per Hari

Para pemulung yang tengah mengais di gunung sampah TPA Piyungan, Bantul, Selasa (25/7/2023). — TPA Piyungan, Bantul, DIY, Selasa (25/7/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Jogja - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut akan membuka Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, pekan ini. Namun dengan pembatasan sampah yang masuk 200 ton per hari.

Sedangkan untuk sisa sampahnya, Sultan mengungkapkan akan dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara, yang semula direncanakan akan berada di Karanggeneng, Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman, namun akhirnya batal.

"Ya nanti tanggal 28 (Juli) kan nanti udah dibuka, Piyungan juga dibuka tapi hanya bisa nampung 200 (ton per hari) tahap pertama," ujar Sultan saat ditemui wartawan di kantornya, kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Rabu (26/7/2023).

Terbaru, Pemkab Sleman membatalkan rencana penempatan TPS di Karanggeneng, Umbulharjo, Cangkringan. Keputusan itu diambil karena adanya penolakan dari warga.

"Kita hormati keputusan warga. Kita tidak boleh memaksakan kehendak. Kita akan cari lokasi lain. Pasti dapat karena ini untuk kepentingan bersama, pasti ada jalan keluar. Sudah rembukan insyaallah dapat," kata Sekda Kabupaten Sleman Harda Kiswaya saat dihubungi wartawan, Rabu (26/7).

Harda mengklaim pihaknya sudah mendapatkan lokasi TPS pengganti yang akan digunakan selama TPA Piyungan tutup. Namun, lokasi TPS sementara alternatif TPA Piyungan itu belum diungkap Harda.

"Ya jangan dulu (dibeberkan lokasinya). Nanti kalau sudah deal. Nanti akan diminta tanda tangan dulu semua baru kemudian diumumkan," ucapnya.

Harda bilang, dalam waktu dekat lokasi TPS itu akan segera diumumkan. Untuk sementara, sampah-sampah di Sleman ditumpuk di depo dulu.

"Sampah sementara ini ditumpuk di depo. Makanya jangan sampai numpuk di sana secepat mungkin kita harus cari lokasi," bebernya.

Terpisah Asisten Sekda DIY bidang Perekonomian dan Pembangunan, Tri Saktiyana menjelaskan Pemda DIY masih mencari opsi tempat lain sebagai pengganti.

"Nanti rembukan dengan Pemkab Sleman dan yang lain-lain. Istilahnya ditunda dulu sembari nanti komunikasi dulu dengan warga," terang Tri saat dihubungi wartawan, Rabu (26/7).