Taman Nasional Baluran membentang megah di ujung timur Pulau Jawa, menawarkan lanskap alam yang kontras dan jarang ditemui di wilayah lain. Hamparan savana luas, hutan payau dan mangrove, hingga pantai berkarang yang eksotis berpadu dalam satu kawasan konservasi.
Tak heran Baluran kerap dijuluki "Africa van Java", karena panorama savananya mengingatkan pada bentang alam khas benua Afrika. Namun, Baluran bukan sekadar tujuan wisata alam. Kawasan ini menyimpan kompleksitas ekologi dan sejarah panjang yang menjadikannya salah satu kawasan konservasi terpenting di Jawa Timur.
Keberadaan beragam ekosistem dalam satu kawasan membuat Taman Nasional Baluran memiliki peran strategis dalam menjaga keseimbangan alam sekaligus menjadi ruang edukasi bagi masyarakat.
Secara administratif, Taman Nasional Baluran berada di Kabupaten Situbondo, meski letaknya lebih dekat dengan Banyuwangi. Karena itu, akses menuju Baluran sering dikaitkan dengan dua wilayah tersebut.
Luas kawasan taman nasional ini diperkirakan mencapai sekitar 25.000 hektare, yang terbagi ke dalam beberapa zona, mulai dari zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, hingga zona rehabilitasi. Pembagian zona ini dilakukan untuk menyeimbangkan fungsi konservasi dengan aktivitas wisata dan edukasi.
Aktivitas Wisata di Baluran
Taman Nasional Baluran menawarkan beragam aktivitas menarik. Wisatawan dapat melakukan pengamatan satwa liar seperti banteng, rusa, dan merak di kawasan savana, menikmati bird watching dengan beragam jenis burung endemik, hingga menyusuri Savana Bekol untuk memotret lanskap alam di sini.
Aktivitas ini sangat diminati pencinta alam dan fotografi karena panorama Baluran berubah indah mengikuti waktu dan musim. Selain wisata darat, Baluran juga menyuguhkan aktivitas bahari yang tak kalah menarik.
Wisatawan dapat melakukan snorkeling di Pantai Bama yang memiliki perairan jernih dan terumbu karang yang masih terjaga. Bagi peneliti dan wisatawan edukatif, kawasan ini juga menjadi lokasi ideal untuk mempelajari ekosistem hutan, savana, dan pesisir dalam satu kawasan konservasi.
Sejumlah fasilitas dasar telah tersedia, seperti visitor center, menara pandang, area camping ground, serta pos jaga. Meski demikian, pengunjung tetap diimbau berhati-hati karena kondisi jalan di beberapa rute masih alami dan menantang, terutama saat musim hujan.
Sejarah Taman Nasional Baluran
Dikutip dari detikTravel, sejarah Taman Nasional Baluran bermula pada 1920, ketika kawasan seluas 1.553 hektare dialokasikan sebagai hutan produksi jati atau jatibosch. Status kawasan ini kemudian meningkat pada tahun 1930, saat Pemerintah Hindia Belanda menetapkannya sebagai hutan lindung.
Perubahan status kembali terjadi pada tahun 1937, ketika Baluran ditetapkan sebagai suaka margasatwa dengan luas mencapai 25.000 hektare. Meski sempat mengalami eksploitasi berlebihan pada masa awal pascakemerdekaan, kawasan ini perlahan direhabilitasi.
Upaya konservasi tersebut akhirnya membuahkan hasil ketika Menteri Pertanian meresmikan Baluran sebagai Taman Nasional pada tahun 1980, bersamaan dengan empat kawasan konservasi lainnya di Indonesia.
Savana Bekol, Ikon "Africa van Java"
Salah satu daya tarik utama Taman Nasional Baluran adalah Savana Bekol. Hamparan padang rumput seluas sekitar 300 hektare ini menjadi ikon Baluran, sekaligus simbol julukan "Africa van Java".
Dari menara pandang di kawasan Bekol, pengunjung dapat menikmati panorama savana secara menyeluruh, dengan latar garis pantai dan Gunung Baluran yang menjulang di tempat wisata ini.
Keunikan Savana Bekol terletak pada perubahan lanskapnya. Saat musim kemarau, savana tampak kering dan keemasan, menyerupai lanskap Afrika. Namun, ketika musim hujan tiba, kawasan ini berubah menjadi hamparan hijau yang subur. Perbedaan ini memberikan pengalaman visual yang berbeda bagi setiap pengunjung.
Vegetasi di Savana Bekol juga tergolong unik. Beberapa spesies tahan kering, seperti widoro bukol (Zyziphus rotundifolia) dan mimbo (Azadirachta indica), tetap hijau meski kemarau panjang. Vegetasi ini menjadi sumber pakan penting bagi herbivora liar di Baluran.
Tercatat pula keberadaan Acacia nilotica, spesies yang kerap disebut invasif. Meski demikian, pada musim tertentu tanaman ini berperan sebagai sumber pakan alternatif bagi satwa herbivora. Oleh karena itu, pengelolaan vegetasi dan pengaturan jalur pengunjung menjadi kunci agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.
Pantai Bama, Pesona Pesisir di Dalam Taman Nasional
Dilansir dari laman resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Situbondo, Pantai Bama berada di dalam kawasan Taman Nasional Baluran. Akses menuju pantai ini dimulai dari gerbang utama Baluran di Jalan Banyuwangi-Situbondo Km 35, Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih.
Dari gerbang, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 8 kilometer, melewati hutan Baluran yang hijau saat musim hujan atau tampak gersang, namun eksotis di musim kemarau.
Pantai Bama menyuguhkan pasir putih, air laut yang jernih, serta kehadiran kawanan kera ekor panjang yang kerap menyambut pengunjung. Kawasan ini juga menjadi habitat alami burung langka endemik Jawa Timur.
Di sisi barat pantai, terdapat kawasan hutan mangrove yang dilengkapi jembatan pandang. Area ini cocok untuk berjalan santai, memancing, atau sekadar menikmati suasana alam yang tenang dan asri.
Fasilitas Pantai Bama tergolong memadai, mulai dari kamar bilas, warung makan, hingga penginapan sederhana di tepi pantai. Pantai ini juga dikenal sebagai salah satu spot favorit di Situbondo untuk menikmati matahari terbit serta keindahan bawah lautnya.
Kekayaan Flora dan Fauna Baluran
Taman Nasional Baluran menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini menjadi habitat bagi ratusan spesies tumbuhan, puluhan hingga ratusan jenis burung, serta berbagai mamalia khas Pulau Jawa.
Data inventarisasi dalam dokumen perencanaan kawasan mencatat ratusan spesies flora dan avifauna, menegaskan peran Taman Nasional Baluran sebagai kawasan konservasi sangat penting.
Beberapa fauna ikonik yang hidup di Taman Nasional Baluran antara lain Banteng Jawa (Bos javanicus), Rusa Timor (Cervus timorensis), kerbau liar, serta primata seperti kera abu-abu (Macaca fascicularis) dan lutung. Satwa-satwa ini kerap dijumpai di kawasan savana dan hutan, terutama pada pagi dan sore hari.
Sementara itu, kawasan pesisir dan hutan mangrove Baluran menjadi habitat berbagai jenis burung air dan burung migran. Di antaranya cangak laut, bangau tongtong, hingga raja udang yang menjadikan kawasan ini menarik bagi pengamat burung dan pencinta alam.
Taman Nasional Baluran merupakan contoh lanskap Jawa yang semakin langka. Perpaduan savana luas, hutan kering, mangrove, dan ekosistem pesisir menjadikan kawasan ini memiliki nilai ekologis sekaligus budaya yang tinggi. Menyusuri jejak sejarah konservasi memberikan pengalaman wisata alam yang berkesan.
Baluran bukan hanya destinasi wisata, melainkan juga ruang belajar tentang harmoni antara manusia dan alam. Julukan "Africa van Java" bukan sekadar label, melainkan gambaran nyata tentang kekayaan alam yang perlu dijaga bersama.
Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
Simak Video "Menjelajah Safari Malam di Savana Bekol Situbondo yang Penuh Kejutan "
(ihc/irb)