Balai Pemuda Surabaya, Bangunan Cagar Budaya Pusat Pagelaran Kesenian

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Minggu, 14 Des 2025 12:00 WIB
Balai pemuda Surabaya. Foto: Deny Prasetyo/detikJatim
Surabaya -

Di salah satu pojok paling sibuk di jantung Kota Surabaya, sebuah bangunan bergaya kolonial dengan dinding berwarna putih keramik dan atap merah masih memegang peran ganda, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan ruang hidup bagi seni serta aktivitas pemuda.

Itulah Balai Pemuda, gedung yang lahir di era Hindia-Belanda, lalu berubah fungsi seiring waktu menjadi markas pergerakan, tempat pagelaran budaya, dan wadah berkumpulnya generasi muda Surabaya.

Awal Mula Berdirinya

Dilansir dari laman resmi Disbudporapar Kota Surabaya, gedung yang berdiri di Jl Gubernur Suryo, di simpang yang dulu dikenal sebagai pusat perkumpulan kaum Eropa, itu dibangun sejak 1907, dan awalnya menjadi milik perkumpulan Belanda bernama De Simpangsche Sociëteit.

Fungsi awalnya sebagai ruang rekreasi, pesta, dansa, dan bowling bagi komunitas masyarakat kolonial. Bentuk arsitektur aslinya merekam gaya era itu, dengan kesan megah namun rapi, kolom-kolom panjang di serambi, dan tata ruang yang terbuka ke halaman.

Balai pemuda Surabaya Foto: Deny Prasetyo/ detikjatim

Transformasi Arsitektur

Permintaan ruang yang terus meningkat mendorong pengembangan bangunan ini. Pada tahun 1929, dibangun tambahan gedung bergaya arsitektur yang lebih modern oleh biro arsitek Job & Sprey dari Surabaya. Sayap baru ini menghadirkan kontras yang mencolok dengan bangunan lama.

Perpaduan dua gaya arsitektur tersebut membuat kompleks Balai Pemuda kini tampak lebih lapang, namun tetap mempertahankan karakter sejarah yang kuat. Kombinasi inilah yang menjadikan area ini memiliki daya tarik visual sekaligus nilai historis yang jelas.

Peristiwa Bersejarah

Lokasi ini tidak hanya sekadar gedung indah, pada tahun 1945, saat semangat kemerdekaan berkobar, arek-arek Suroboyo yang tergabung dalam Pemuda Republik Indonesia (PRI) menggunakan gedung ini sebagai markas.

Perseteruan dengan tentara Belanda sempat membuat kepemilikan berubah-ubah sebelum akhirnya pada era pasca-kemerdekaan gedung menjadi bagian dari wewenang Penguasa Militer Provinsi Jawa Timur.

Gedung ini kemudian diserahkan kepada pemerintah daerah pada 12 Desember 1957 dengan tujuan dipergunakan sebagai Balai Pertemuan Umum (Balai Pemuda). Peristiwa-peristiwa ini menempatkan gedung bukan hanya sebagai bangunan fisik, melainkan sebagai simbol perjuangan dan ruang kolektif warga Surabaya.

Balai pemuda Surabaya Foto: Deny Prasetyo/ detikjatim

Status Cagar Budaya

Dikutip dari laman resmi Kemendikdasmen, balai Pemuda tercatat sebagai objek cagar budaya dengan SK penetapan (PM.23/PW.007/MKP/2007), dan peringkat cagar budaya nasional, menegaskan nilai sejarah dan pentingnya perlindungan.

Data registrasi juga menyertakan koordinat dan informasi administratif yang memudahkan pelestarian serta pengelolaan. Status ini menjadi dasar hukum penting bagi upaya pemugaran dan pemanfaatan yang bertanggung jawab.

Peran Fungsional

Sejak 1970-an hingga kini Balai Pemuda konsisten berperan sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya. Gedung ini sempat menjadi sekretariat Federasi Pemuda Indonesia dan K, pada masa Orde Baru pernah dipakai organisasi-organisasi pemuda politik seperti KAMI dan KAPPI.

Balai Pemuda juga menjadi rumah bagi Dewan Kesenian Surabaya, Pusat Pagelaran Kesenian Surabaya (PPKS), Bengkel Muda Surabaya (BMS), serta bersinggungan erat dengan institusi pendidikan seni setempat. Praktik ini membuat gedung tetap hidup dari pameran lukisan, audisi seni, pentas musik, hingga seminar dan resepsi.

Upaya Pemugaran

Beberapa kali upaya pemugaran dilakukan, termasuk perbaikan gedung sebelah barat pada tahun 1979-1980 dengan prinsip mempertahankan bentuk asli agar nilai sejarah tetap terlihat.

Pemugaran dan pengelolaan ruang ini penting agar Balai Pemuda bisa terus berfungsi tanpa kehilangan warisan material seperti fasad, serambi berkolom, hingga ruang aula besar yang dipakai pagelaran. Keberlanjutan pemeliharaan, menurut catatan pemda, juga berkaitan potensi PAD melalui penyewaan ruang untuk acara.

Bangunan di Balai pemuda Surabaya Foto: Deny Prasetyo/ detikjatim

Akses untuk Seniman dan Anak Muda

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemkot Surabaya mendorong Balai Pemuda menjadi ruang yang ramah bagi komunitas kreatif. Kebijakan yang memberikan akses dan fasilitas bagi seniman serta kelompok anak muda untuk memanfaatkan ruang ini menjadi bukti perubahan dari gedung bersejarah menjadi ruang kota.

Inisiatif tersebut menunjukkan bagaimana bangunan bersejarah dapat bertransformasi menjadi infrastruktur budaya kontemporer. Balai Pemuda kini tidak hanya berfungsi sebagai peninggalan masa lalu, tetapi juga sebagai ruang hidup yang terus digunakan untuk aktivitas seni, budaya, dan kreativitas generasi sekarang.

Balai Pemuda menunjukkan satu hal penting, bangunan bersejarah tak boleh menjadi kotak hening. Dengan langkah pelestarian yang tepat dan kebijakan pro-komunitas, tempat bersejarah bisa bernafas lagi, menjadi sarana edukasi, seni, dan ruang berkumpul generasi muda.

Perlindungan formal sebagai cagar budaya memberi landasan hukum, tetapi keberlangsungan hidup gedung ditentukan oleh bagaimana masyarakat, pemerintah, seniman, pemuda, dan publik memanfaatkannya bersama.

Semoga Balai Pemuda terus menjadi saksi yang hidup, menyimpan sejarah, membuka panggung, dan menumbuhkan semangat arek-arek Suroboyo. Bagaimana, tertarik mengunjungi Balai Pemuda Surabaya?

Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.



Simak Video "Video: Warna-warni Pohon Natal hingga Kado Raksasa Hiasi Surabaya"

(ihc/irb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork