Gunung Welirang dengan ketinggian 3.156 mdpl memiliki trek pendakian yang menantang. Di balik itu, gunung ini menyimpan hidden gem yang menarik untuk dijelajahi, dengan alam yang masih terjaga dan menghadirkan ketenangan sulit ditemukan di perkotaan.
Terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Pasuruan, Gunung Welirang menyimpan nilai budaya yang kental, serta keunikan tambang belerang yang masih tradisional.
Hal ini membuat Gunung Welirang berbeda dari gunung lain. Selain sebagai tempat pendakian, gunung ini juga mengajak para pendaki belajar tentang alam, perjuangan, hingga makna kehidupan.
Meskipun berstatus gunung api aktif, Gunung Welirang tetap ramah sebagai tujuan pendakian. Namun, wisatawan perlu memantau jadwal pembukaan jalur untuk menghindari kondisi gunung saat aktivitas vulkaniknya meningkat.
Gunung Welirang
Nama 'Welirang' tidak diberikan begitu saja untuk gunung ini, tetapi menandai identitas kuat yang menyimpan sejarah panjang. Gunung Welirang dalam bahasa Jawa memiliki arti belerang.
Sejak zaman kolonial Belanda, aktivitas pertambangan di Gunung Welirang sudah dilakukan. Tembang belerang tersebut dimanfaatkan sebagai bahan industri. Sampai saat ini, aktivitas dari penambangan belerang tradisional di gunung ini masih dilakukan.
Uniknya, wisatawan bisa menyaksikan para penambang mengangkut belerang dengan pikulan dari kawah menuju kaki gunung. Pendaki pun tak hanya merasakan tantangan, tetapi juga mendapatkan pelajaran hidup yang menyentuh.
Selain menyuguhkan tantangan pendakian dan pelajaran hidup dari penambang, Gunung Welirang juga menyimpan nilai budaya yang kental. Para tetua desa hingga kini masih rutin memimpin doa dan memberikan sesajen sebagai wujud syukur kepada alam.
Ritual adat ini merupakan bentuk permohonan keselamatan. Tak hanya para tetua, tradisi turun-temurun ini juga tetap dijalankan untuk mengajarkan generasi muda tentang pentingnya Gunung Welirang, sekaligus melestarikan nilai-nilai tradisi lokal.
Jalur Pendakian dengan Trek Menantang
Wisatawan bisa memilih jalur pendakian Welirang sesuai kemampuan masing-masing. Namun, rute paling populer biasanya dimulai dari Desa Gubukklakal atau Desa Purwodadi.
Pendaki disarankan memiliki kondisi fisik yang baik, karena medan yang ditempuh bervariasi, mulai dari hutan tropis lebat hingga lereng bebatuan curam, yang menuntut stamina dan persiapan matang.
Setiap jalur memiliki karakteristik masing-masing. Beberapa bagian relatif landai, sementara titik-titik tertentu menuntut ketangkasan untuk melewati tanjakan terjal atau jalur bebatuan.
Pesona Alam Sejak Rute Awal Pendakian
Di kaki Welirang, wisatawan disambut hutan tropis lebat dan suara satwa liar. Kabut tipis yang menyelimuti gunung tidak hanya menghadirkan udara segar, tetapi juga menciptakan suasana magis yang khas.
Selain itu, aroma belerang yang samar menyambut wisatawan, memberi pengalaman langsung tentang dinamika alam di sini. Semakin tinggi pendakian, pepohonan perlahan tergantikan hamparan padang rumput dengan bebatuan vulkanik yang eksotis.
Uap belerang yang muncul dari retakan tanah menjadi pengalaman unik tersendiri. Wisatawan disarankan tetap berhati-hati dan menggunakan pelindung agar perjalanan aman dari panas dan bau khas uap belerang.
Setelah menaklukkan trek yang menantang, usaha pendaki seolah terbayar saat mencapai puncak. Pemandangan yang tersaji tak monoton, wisatawan bisa menyaksikan Gunung Semeru dan Gunung Arjuno menjulang megah, berpadu dengan lautan awan yang membentang luas.
Daya Tarik Hidden Gem di Gunung Welirang
Bukan sekadar aktivitas menaklukkan puncak, Gunung Welirang memiliki banyak air terjun yang siap menemani sepanjang perjalanan pendakian. Berikut beberapa daya tarik hidden gem di Gunung Welirang.
1. Air Terjun Surodadu
Cocok untuk ngadem, wisatawan bisa mampir sejenak ke Air Terjun Surodadi. Menjadi hidden gem, air terjun ini justru dapat ditemui di kaki Gunung Welirang. Akses untuk menuju Air Terjun Surodadu juga sangat asri.
Selain itu, di sekitar area air terjun juga terdapat hutan bambu yang kerap dijadikan spot foto. Setelah puas bermain air, wisatawan dapat beristirahat sejenak di gazebo yang telah disediakan.
2. Air Terjun Cakung
Selain di kawasan Welirang, terdapat air terjun lain yang bisa dikunjungi di Desa Cembor, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Lokasinya berjarak sekitar 38 kilometer dari Kota Mojokerto.
Waktu tempuh sekitar 52 menit menggunakan sepeda motor. Air Terjun Cakung diapit hutan lindung Desa Cembor di sisi barat, dan kawasan Gunung Butak di wilayah Desa Kemloko, Kecamatan Trawas, di bagian timur.
Menariknya, bagi yang tak ingin melakukan pendakian, sensasi petualangan tetap bisa dirasakan di Coban Cakung. Cocok untuk pencinta tantangan, sebab wisatawan harus melewati rute yang cukup menantang untuk sampai ke lokasi.
Bukan hanya berbicara tentang menaklukkan ketinggian. Gunung Welirang mengajak siapa saja untuk menikmati proses hingga menghormati alam. Harmoni antara manusia dan alam yang masih terjaga, menjadikan Welirang cocok sebagai salah satu destinasi unggulan.
Simak Video "Video: Kisah Pasutri 22 Tahun Hidup di Dasar Jurang Mojokerto"
(hil/irb)