Mimpi Menghidupkan Lagi Kota Tua demi Merawat Warisan Sejarah Surabaya

Mimpi Menghidupkan Lagi Kota Tua demi Merawat Warisan Sejarah Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 30 Okt 2023 22:15 WIB
Wisata Kota Tua Surabaya
Salah satu destinasi spot foto di Kawasan Kota Tua Surabaya. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Kota Tua Surabaya menyimpan wajah toleransi atas keberagaman di Kota Pahlawan. Hingga saat ini, dalam satu kawasan yang memiliki banyak bangunan lawas itu hidup orang-orang dengan budaya berbeda. Baik Jawa, Madura, Cina, maupun Arab.

Kawasan itu kini telah menjadi heritage atau warisan bagi masyarakat Surabaya. Meski eksotis dengan beragam bangunan cagar budaya, tapi bila dibiarkan natural tanpa dirawat pada akhirnya bangunan-bangunan itu akan ambruk juga.

Padahal, cukup banyak masyarakat yang menyadari bahwa bangunan lawas yang ada di kawasan Kota Tua Surabaya itu memberikan nuansa yang unik dan menarik, apalagi di era media sosial yang mana cukup banyak orang berkepentingan memiliki foto-foto bagus dengan background menarik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena itu, ada cukup banyak orang yang memimpikan kawasan wisata Kota Tua Surabaya dikelola sedemikian rupa sehingga hidup lagi dan menjadi tempat wisata yang layak dikunjungi, aman, dan nyaman.

Ternyata pengembangan kawasan Kota Tua Surabaya yang terdiri dari kawasan Eropa, Pecinan, dan kawasan Ampel itu juga telah lama diimpikan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Dia melihat potensi besar di tiga kawasan tersebut.

ADVERTISEMENT

Mimpi untuk menghidupkan kembali Wisata Kota Tua itu diakui Eri sudah ada sejak dirinya masih menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (Bappeko) Surabaya. Untuk itulah dia berniat menghidupkan Kota Tua Surabaya dengan target Desember 2023.

Wisata Kota Tua SurabayaTelepon jadul yang dipertahankan di Wisata Kota Tua Surabaya. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)

"Semoga akhir Desember sudah dibuka kembali. Semangat saya cuma satu, Surabaya ini, ingin saya buktikan, bukan cuma kota jasa yang jadi tempat transit. Tapi Surabaya ini memiliki sejarah yang luar biasa," ujar Eri kepada detikJatim, Senin (30/10/2023).

Eri mengaku melihat begitu banyak potensi di Surabaya yang bisa dikembangkan menjadi wisata. Mulai dari Jalan Tunjungan dan Kya-Kya yang telah berhasil dia hidupkan, juga kawasan Romokalisari dan Kebun Binatang Surabaya yang bisa dinikmati malam hari atau night zoo.

"Jadi ketika ada Kota Tua, ditambah Jalan Tunjungan, Kya-kya, semuanya. Surabaya bisa dikenal dengan Kota Wisata. Ada Romokalisari, Night Zoo. Surabaya kota yang nyaman untuk warga dan wisatawan bisa menikmati Kota Surabaya," katanya.

Demi mewujudkan impian menghidupkan Wisata Kota Tua itulah Eri meminta Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya menggandeng sejumlah komunitas.

Ke depan, ketika Kota Tua itu sudah mulai beroperasi menjadi kawasan wisata, komunitas pecinta sejarah dan budaya itu yang akan menjadi tour guide bagi wisatawan sekaligus menyampaikan sejarah apa saja yang ada di kawasan Kota Tua.

"Jadi terkait dengan tempat sejarah, seperti Jembatan Merah, Pecinan dan Ampel dan beberapa titik ada kerja sama dengan hotel menyediakan paket, ditunjukkan bahwa ada Kota Tua. Nanti wisatawan akan dijemput komunitas naik mobil, setelah itu diajak berkeliling," ujar.

Seperti disinggung di awal, Kota Tua merupakan heritage atau warisan yang kaya akan sejarah dan budaya. Disbudporapar bertugas untuk memetakan itu dan mempertahankan keberagaman itu menjadi daya tarik bernilai wisata.

Mulai dari menonjolkan identitas warga Kota Surabaya yang hidup saling berdampingan dan menjaga toleransi dalam keberagaman, hingga beragam produk budaya yang masih bertahan hingga kini, mulai dari arsitektur hingga kuliner.

Apa yang dipertahankan dan dioptimalkan di Kota Tua Surabaya. Baca di halaman selanjutnya.

Ada sejumlah hal yang dipertahankan di kawasan Kota Tua. Misalnya di kawasan Eropa, cukup banyak bangunan megah dengan arsitektur bernuansa Eropa. Untuk memunculkan nuansa jadul, beberapa barang di lokasi itu dipertahankan. Seperti telepon umum jadul.

"Betul, kami mendata apakah bangunan telepon umum itu milik BUMN atau bukan. Kalau milik BUMN kami akan bersurat untuk diperbaiki agar bisa dimanfaatkan. Karena ini bangunan di Jalan Rajawali itu bangunan lawas, banyak yang tidak tinggal di situ. Ini akan kami hidupkan," katanya.

Di kawasan Eropa itu juga masih terlihat aktivitas tukang becak yang berlarian menghampiri angkutan umum atau Lyn jurusan Surabaya-Gresik saat menurunkan penumpang di persimpangan Jalan Rajawali ke Jalan Kasuari.

Eri menangkap aktivitas tersebut. Dia berencana memberdayakan tukang becak di sana sehingga mereka bisa mengantarkan wisatawan untuk berkeliling di kawasan Eropa, Pecinan, maupun Ampel.

"Itu diarahkan dengan komunitas. Tidak hanya menggunakan mobil, tapi becak juga. Nanti komunitas becak dikumpulkan dan bekerja sama dengan hotel-hotel. Tukang becak dan warga sekitar ber-KTP Surabaya akan diberdayakan agar dapat dampak ekonomi dari kawasan Kota Tua," katanya.

Tidak hanya itu, Eri juga menata kawasan Ampel, Jalan KH Mansyur, Jalan Pegirian, penataan PKL dan pedestrian yang ditarget tahun ini agar warga sekitar dan wisatawan merasa lebih nyaman.

"Kami juga butuh dukungan dan dukungan warga Surabaya. Karena ada titik-titik yang kita tahu dari dulu ramai. Kami pindahkan, tapi tetap bisa berjualan di sana dengan lokasi yang lebih baik. Jadi suasana menjadi nyaman dan tertata. Ada kawasan Pecinan, Eropa, dan Arab di sana," jelasnya.

Wisata Kota Tua SurabayaWisata Kota Tua Surabaya. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)

Salah satu tukang becak di persimpangan Jalan Kasuari bernama Slamet Ridi berharap besar saat mendengar Pemkot Surabaya hendak menghidupkan kembali Kota Tua. Karena di kawasan itu juga banyak didatangi wisatawan lokal hingga asing melihat bangunan dan sejarah.

"Ya ingin ramai becaknya. Dimanfaatkan kalau ada yang naik keliling. Bisa diberdayakan. Karena sekarang sepi yang naik becak, sehari cuma satu sampai dua orang, pendapatan Rp 15-30 ribu per hari. Senang kalau ada Wisata Kota Tua," ujar pria yang merupakan warga Bulak Sari itu.

Pegiat Sejarah Surabaya Kuncarsono Prasetyo menyarankan Pemkot Surabaya mengadopsi cara Semarang dan Jakarta dalam menghidupkan kota tua. Dua kota itu memiliki badan atau PT khusus yang difungsikan untuk mengonsep, merencanakan, dan mengelola wisata kota tua.

"Syarat awal yang harus dilakukan untuk menghidupkan kota tua adalah pembentuk badan pengelola kota tua, terdiri dari profesional dan pemerintah. Badan ini sudah dimiliki Semarang 20 tahun lalu dan di Jakarta sudah berbentuk PT Kota Tua. Supaya anggaran pengelolaan tidak memanfaatkan APBD dan pemerintah nantinya hanya sebagai regulator," ujar Kuncar.

Menurutnya, dengan adanya badan pengelola khusus, kawasan kota tua ini akan memudahkan Pemkot untuk mengelola dan pengembangan. Karena Disbudporapar tidak boleh menerima uang untuk pengembangan, kawasan kota tua juga bukan milik pemkot.

"Badan pengelola ini universal, adanya badan itu juga sudah ada di peraturan daerah. Contohnya seperti di Jakarta, Semarang, Jogja, dan Sawah Lunto," ujarnya.

Kuncar berharap wacana menghidupkan lagi kota tua ini benar-benar membuat rancangan konsep atau blue print. Sehingga pengunjung bisa menikmati suasana kota tua yang ingin dihadirkan.

"Harus ada badan perencanaan kota, ada blue print dan riset pengembangan suatu kawasan. Pemkot juga harus menentukan suasana kota tua yang ingin dihadirkan, apakah zaman prasejarah, Hindia Belanda atau pasca Proklamasi," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads