Kampung Arab Tanjung Selor, Tonggak Sejarah yang Berharap Jadi Wisata Kota Tua

Kampung Arab Tanjung Selor, Tonggak Sejarah yang Berharap Jadi Wisata Kota Tua

Oktavian Balang - detikKalimantan
Senin, 31 Mar 2025 13:01 WIB
Suasana Kampung Arab di Tanjung Selor.
Suasana Kampung Arab di Tanjung Selor. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Tanjung Selor -

Kampung Arab, sebuah pemukiman yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Hulu Kota Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), disebut-sebut sebagai pemukiman pertama di ibu kota provinsi tersebut.

Konon, kawasan ini telah dihuni oleh para pedagang keturunan Arab sejak abad ke-19, menjadikannya saksi bisu sejarah perkembangan Tanjung Selor.

Salah satu tokoh masyarakat setempat, Umar Bahalwan, Ketua RT 01 Tanjung Selor Hulu, mengungkapkan bahwa ia adalah keturunan Arab generasi ke-10 yang lahir di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perlu digarisbawahi, sebelum ada penduduk lain, orang pertama yang bermukim di Tanjung Selor adalah keturunan Arab," tegas Umar saat ditemui detikKalimantan di kediamannya.

Suasana Kampung Arab di Tanjung Selor.Suasana Kampung Arab di Tanjung Selor. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan

Menurut Umar, bukti sejarah keberadaan Kampung Arab dapat dilihat dari makam Syarifah Manhi Al Kaf yang berusia sekitar 233 tahun. Makam ini menjadi salah satu tonggak penentuan hari jadi Kota Tanjung Selor.

"Dulu, lokasi pemakaman keturunan Arab ada di sini, sekitar 50 meter dari rumah saya. Tapi karena sudah penuh, akhirnya dipindahkan ke TPU Kamboja," jelasnya sambil menunjukkan lahan kosong yang dulunya merupakan area pemakaman.

Di Kampung Arab, jejak sejarah masih terlihat pada bangunan-bangunan antik yang hingga kini bertahan, meski kondisinya mulai termakan usia. Sayangnya, upaya pelestarian bangunan tersebut terkendala biaya.

"Untuk merenovasi bangunan-bangunan antik ini tentu membutuhkan dana besar," ungkap Umar.

Bangunan antik di Kampung Arab Tanjung Selor.Bangunan antik di Kampung Arab Tanjung Selor. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan

Tak jauh dari Kampung Arab, sekitar 80 meter, terdapat pemukiman lain yang dikenal sebagai China Town. Kedua komunitas ini hidup berdampingan dengan harmonis, meski memiliki latar budaya dan keagamaan yang berbeda.

"Sama siapa pun kami terbuka, selama kita bisa menjaga kondusivitas tempat tinggal bersama," katanya.

Umar menegaskan bahwa warga Kampung Arab pun selalu terbuka terhadap keberagaman. Bagi Umar, ajaran agama Islam menjadi pedoman dalam menjaga hubungan antarwarga.

"Hadis dan Al-Qur'an mengajarkan kami untuk bersilaturahmi, saling menghargai, dan menghormati. Itu yang kami pelihara sampai sekarang. Sekalipun berbeda agama dan suku, kami anggap sebagai saudara," ungkapnya.

Peristiwa yang Coreng Nama Kampung Arab

Umar Bahalwan, Keturunan Arab generasi ke-10 yang terlahir di IndonesiaUmar Bahalwan, Keturunan Arab generasi ke-10 yang terlahir di Indonesia Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan

Namun, tidak semua cerita tentang Kampung Arab berjalan mulus. Umar mengenang kejadian beberapa tahun lalu ketika media memberitakan penangkapan pelaku narkoba dengan menyebut Kampung Arab sebagai lokasi kejadian.

"Pelakunya bukan warga kami, bahkan kejadiannya di luar area Kampung Arab. Tapi judul beritanya menyebut 'Polisi Ungkap Sabu di Kampung Arab' tanpa cek detail," keluhnya.

Ia juga menceritakan kasus lain ketika seorang bandar sabu ditangkap di depan rumahnya dengan barang bukti dua kilogram sabu.

"Setelah saya konfirmasi, pelaku ternyata dari Desa Sebatik, Nunukan. Tapi lagi-lagi, Kampung Arab yang disebut di berita," tuturnya kesal.

Umar menegaskan bahwa warga setempat berupaya keras menjaga citra baik kampung mereka. Dia berharap oknum-oknum tidak bertanggung jawab tidak mencoreng lagi nama Kampung Arab.

"Kami tidak munafik, mungkin ada oknum. Tapi jangan bawa nama kampung," tegasnya.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads