Sejak abad ke-18, Kota Surabaya menjadi bagian dari penjajahan Belanda. Sehingga banyak bangunan peninggalan Kolonial Belanda di Surabaya.
Pada 1743, Belanda memindahkan Gezaghebber van den Oosthoek (pusat pemerintahan) dari Kota Semarang ke Kota Surabaya. Itu yang membuat Surabaya resmi menjadi bagian dari pemerintahan Kolonial Belanda.
Saat ini, jejak Kolonial Belanda tampak pada bangunan-bangunan tua dengan arsitektur khas Eropa. Banyak yang masih berdiri kokoh dan beberapa di antaranya dialihkan menjadi wisata kota tua, karena mempunyai nilai sejarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut bangunan-bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang dapat kamu jumpai di Surabaya. Seperti Gedung Grahadi hingga Hallo Surabaya.
Bangunan Peninggalan Kolonial Belanda di Surabaya:
1. Gedung Grahadi
![]() |
Gedung Grahadi merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat Gubernur Jawa Timur menerima tamu-tamu kenegaraan, pemerintahan, dan tamu penting lainnya. Bagian sisi timur bangunan terdapat rumah dinas Gubernur Jawa Timur.
Gedung ini sudah ada sejak tahun 1795. Saat itu, bangunan ini dipakai sebagai tempat hunian pejabat Pemerintah Belanda. Penghuni pertama Grahadi dikenal sebagai seorang penguasa Jawa bagian Timur, yaitu Gezahebber van Hat Oost Hoek.
Desain bangunan ini menggunakan gaya arsitektur neo klasik Prancis, sehingga berciri khas Kolonial Belanda. Tahun 1870, Grahadi digunakan sebagai rumah Residen Surabaya.
2. Gedung De Javasche Bank
![]() |
Gedung De Javasche Bank merupakan salah satu bangunan bersejarah, yang menjadi saksi perjalanan sistem perbankan di Indonesia.
De Javasche Bank diresmikan pada tanggal 14 September 1829. Saat itu, bank ini hanya menjalankan tugas selayaknya bank sentral. Seperti mengeluarkan dan mengedarkan uang kertas, surat utang jangka pendek, obligasi negara, kasir pemerintah, hingga menyimpan dan menguasai dana-dana devisa.
Pascakemerdekaan Indonesia, pemerintah RI masih mempertahankan kedudukan bank ini sebagai bank sirkulasi swasta untuk melayani kepentingan negara. Nasionaliasi De Javasche Bank pun dilakukan. Tahun 1953, De Javasche Bank menjadi cikal bakal berdirinya Bank Indonesia.
3. Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria
![]() |
Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria atau Gereja Kepanjen adalah bangunan gereja Katolik tertua di Surabaya.
Sejarah gereja Katolik ini diawali dengan kedatangan imam Katolik pertama di Surabaya, yaitu Pastor Hendrikus Waanders Pr dan Pastor Philipus Wedding Pr pada tanggal 12 Juli 1810.
Pastor Hendrikus mendirikan stasi pertama di Surabaya, sebelum akhirnya dibangun menjadi Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, dan diresmikan pada 5 Agustus 1900. Arsiteknya bernama W. Westmaas.
4. Gedung PTPN XI
![]() |
Gedung PT Perkebunan Nusantara XI merupakan bangunan yang bergerak di bidang penanganan kegiatan perdagangan gula. Bangunan ini didirikan pada tahun 1911 oleh arsitek asal Hindia Belanda, yaitu Marius Hulswit, Fermont, dan Ed. Cyupers Bureau.
Di era kemerdekaan, gedung ini sempat dialihfungsikan sebagai gudang persenjataan Angkatan Darat Jepang di Jawa Timur. Sebelum akhirnya warga Surabaya mengambil alih kekuasaan untuk mempertahankan bangsa Indonesia.
5. Hotel Majapahit
![]() |
Hotel Majapahit merupakan hotel mewah zaman Kolonial Belanda. Hotel ini didesain oleh Alfred Bidwell.
Tahun 1911, Hotel Majapahit didirikan dengan nama Hotel Oranje oleh Lucas Martin Sarkies. Pada masa pemerintahan Jepang, hotel ini dimanfaatkan sebagai markas tentara Jepang dan berubah nama menjadi Hotel Yamato.
Salah satu peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di hotel ini adalah peristiwa perobekan warna biru pada bendera Belanda, dan menyisakan bendera merah putih pada tanggal 19 September 1945.
Hotel Majapahit masih berdiri kokoh di Jalan Tunjungan dan mempunyai nilai sejarah.
6. Hotel Arcadia
![]() |
Selanjutnya ada Hotel Arcadia yang merupakan hotel megah bersejarah di Surabaya. Hotel ini dibangun tahun 1913 oleh Hollanndsche Beton Maatshcapij.
Dulunya, Hotel Arcadia sempat dijadikan sebagai kantor perusahaan bidang perkebunan milik Hindia Belanda. Melalui Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/004/402.1.04/1998, bangunan hotel ini resmi ditetapkan sebagai cagar budaya.
7. Balai Kota Surabaya
![]() |
Balai Kota Surabaya adalah kantor pusat Pemerintah Kota Surabaya, sekaligus kediaman wali kota. Bangunan ini menjadi salah satu warisan budaya dengan nilai sejarah yang begitu tinggi. Lokasinya berada di Kecamatan Genteng.
Tahun 1916, A. Meyroos yang menjabat sebagai Wali Kota Surabaya pertama mencoba mengajukan desain untuk gedung balai kota, yang diharapkan dapat menjadi kantor pemerintahan kepada seorang arsitek Belanda bernama G. C. Citroen.
Ketika Meyroos digantikan oleh Dijkermaan, barulah rencana pembangunan ini direalisasikan kembali. Tahun 1927, bangunan ini telah diresmikan dan difungsikan sebagai gedung utama Balai Kota Surabaya.
8. RSUD Dr Soetomo
![]() |
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo adalah salah satu rumah sakit milik Pemerintahan Provinsi Jawa Timur, yang terletak di Kecamatan Gubeng.
Berdirinya bangunan ini diprakarsai oleh Pemerintah Belanda, yang sebelumnya diberi nama RS Centraal Burgerlijk Ziekenhuis (CBZ) pada tanggal 29 Oktober 1938, di Desa Karangmenjangan.
Setelah melalui sejarah panjang, Pemerintahan Indonesia mencoba mengambil alih kepemilikannya. Hingga pada tahun 1964, bangunan ini menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo berdasarkan SK. Menkes RI. 20 Mei 1964 No. 26769/KAB/76.
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)