Banyak cara dilakukan masyarakat untuk mengisi waktu luang sembari menanti waktu berbuka puasa. Salah satunya dengan kegiatan produktif, seperti yang dilakukan emak-emak petani anggota Twelve's Organic di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Sore itu, Linda Arini (40) dan 2 rekannya sibuk merawat berbagai macam tanaman sayur dan buah yang tergolong istimewa. Sebab, kebun di Dusun/Desa Claket yang dikelola Twelve's Organic ini berkonsep pertanian organik.
Sembari sesekali melontarkan candaan, emak-emak warga Dusun Claket ini mencabuti tanaman wortel dari bedeng agar tak terlalu padat. Selanjutnya, tiga emak-emak itu memanen bunga pagoda, caisim atau sawi hijau, singkong dan lemon dari kebun tersebut. Masing-masing produk lantas mereka cuci bersih.
Tak lama kemudian, hujan deras disertai petir mengguyur Claket dan sekitarnya. Udara dingin menusuk kulit pun menyelimuti kebun yang letaknya di kaki Gunung Welirang tersebut. Linda dan kawan-kawan bergegas membawa hasil panen ke gubuk di tengah kebun.
"Kelompok kami bernama Madani, anggotanya 4 orang. Kami bergabung dengan Twelve's Organic sejak 2018," cetus Linda mengawali perbincangan dengan detikJatim di tengah hujan deras, Minggu (26/3/2023).
Gubuk di tengah kebun ini menjadi tempat emak-emak kelompok Madani menyetorkan hasil panen. Tiga mahasiswi magang menyortir sayur dan buah dari para petani setelah ditimbang. Selanjutnya, singkong, buah dan sayur mereka kemas rapi dengan plastik bening.
"Penghasilan kami lumayan, dibayar satu bulan sekali. Rata-rata Rp 200 ribu per orang, tergantung jenis tanaman dan intensitas panennya," terang Linda.
Itulah sekilas gambaran kesibukan para petani organik di Desa Claket untuk menanti waktu berbuka puasa. Ya, mereka memilih ngabuburit dengan melakukan kegiatan produktif. Bagi Linda dan kawan-kawan, pertanian organik tak sekadar pekerjaan, tapi juga kesenangan.
Kecintaannya terhadap pertanian organik berawal dari kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) program PKK Kabupaten Mojokerto tahun 2018. Di acara itulah ia bertemu Maya Stolastika (37) dan Herwita Rosalina (35), pendiri Twelve's Organic asal Surabaya. Kedua wanita lajang itu diundang sebagai narasumber pertanian organik.
"Saat itu, kami tertarik mencari pengalaman baru. Kebetulan kami juga difasilitasi Twelve's Organic. Sehingga sudah merasa seperti keluarga," jelas Linda.
Fasilitas dari Twelve's Organic terdiri dari penyewaan lahan, benih dan sarana produksi (Saprodi). Sejak 5 tahun lalu, Madani mengelola kebun 500 meter persegi di Dusun Claket. Kelompok petani organik ini juga diajari teknik menanam, cara membuat pupuk organik, serta meracik pestisida nabati (Pesnab) dan cara penggunaannya.
Oleh sebab itu, aneka sayur, buah dan umbi-umbian yang mereka hasilkan benar-benar organik. Seperti saat ini, Linda dan kawan-kawan menanam ketela ungu dan kuning, bayam hijau dan merah, caisim dan tomat. Semua hasil panen mereka setorkan kepada Twelve's Organic sehingga tak perlu repot memasarkan sendiri.
"Kalau sayur dan umbi-umbian dihargai Rp 10 ribu per kilogram. Khusus wortel dan beetroot (buah bit) Rp 16 ribu per kilogram," ungkap Linda.
Suka duka emak-emak petani. Baca di halaman selanjutnya!
(hil/fat)