Pantai Plengkung atau G-Land menjadi tuan rumah ajang sport internasional, World Surf League (WSL). Pantai ini dikenal dengan ombak terbesar kedua di dunia. Dalam sejarahnya, pantai ini ditemukan oleh 2 orang peselancar asal Amerika Serikat. Seperti apa ceritanya?
Kisah tersebut diceritakan langsung oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas. Dia menuturkannya pada pembukaan WSL di Plengkung, Banyuwangi, Jumat lalu (27/5/2022).
"Masyarakat setempat menyebutnya Plengkung. Akan tetapi, bagi para penggemar selancar ombak atau surfing, pantai disebut dengan julukan G-Land. Nama ini bukan sekadar label. Tapi, ada riwayat yang menyertainya," ungkapnya pada saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ipuk mengutip berita yang ditulis oleh Maat Goerge, jurnalis dan penulis lepas di Surfer Magazine dalam artikel berjudul 'Jungle Story: 48 Years Later We Look at the Iconic History of the G-Land Surf Camp. Tulisan itu dipublikasikan di situs theinertia.com pada 2 Oktober 2020.
Dalam artikel tersebut, pantai G-Land berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Nama ini disematkan karena pantai itu memiliki ombak yang besar dengan gulungannya yang melengkung. Lisan orang pribumi pun menyebutnya dengan Pantai Plengkung.
"Akronim G pada G-Land tersebut ternyata merujuk pada Teluk Grajagan (Grajagan Bay)," tambahnya.
Sementara itu, detikJatim juga menelusuri tulisan Maat Goerge tersebut. Dalam tulisan itu, penemuan G-Land ini bermula pada 1972, tepatnya saat seorang peselancar asal California, Amerika Serikat, Bob Laverty penasaran dengan penampakan ombak saat melintas di atasnya kala terbang dengan pesawat dari Jakarta ke Bali.
Saat itu, Bob merupakan seorang penerima beasiswa selancar dari daerahnya. Dia tertarik untuk mengeksplorasi Bali setelah melihat film Morning of The Earth garapan Alby Falzon yang rilis pada tahun yang sama.
![]() |
Rasa penasaran Bob akan pantai di Jawa itu terus berkecamuk di pikirannya. Dia merujuk pada peta pulau Jawa buatan Angkatan Laut Inggris untuk memastikan pantai yang dilihatnya tersebut.
Setelah memastikan lokasinya, Bob mencari kawan yang akan menemaninya pergi ke pantai tersebut. Pencarian Bob tersebut mengantarkannya berjumpa dengan ekspatriat yang tinggal di Kuta, yakni 2 peselancar, Mike dan Bill Boyum. Mike tak tertarik dengan rasa penasaran Bob. Sebaliknya, Bill Boyum sangat antusias untuk menemani Bob mengunjungi tempat yang masih antah berantah itu.
Karenanya, Bob dan Bill Boyum yang akhirnya menelusuri pantai itu. Keduanya datang ke Banyuwangi untuk menuju ke tempat yang mereka maksud. Namun, tak ada akses darat kala itu. Satu-satunya cara menuju Pantai Plengkung hanya menggunakan perahu dari pelabuhan Grajagan, Kecamatan Purwoharjo.Keduanya lantas meminta antar perahu nelayan. Motor yang digunakan mereka juga dinaikkan ke perahu.
Di tempat yang masih perawan tersebut, Bob Laverty dan Bill Boyum benar-benar menemukan surganya bagi para peselancar. Ombaknya sangat mengesankan mereka. Ombak kiri yang tinggi dan panjang hingga bisa mencapai 2 km menjadi idaman mereka.
Di pantai tersebut, para peselancar bisa mendapatkan tiga jenis ombak sekaligus. Yakni ombak Speedies, Money Trees, hingga Kong yang bisa mencapai 8 meter. Terlebih, masih tak ada peselancar seorang pun yang menikmati selain keduanya.
Meski harus berada di bawah ancaman malaria dan keganasan binatang buas tak menyurutkan hasratnya untuk menikmati tempat tersebut. Jejak kaki Harimau Jawa yang mengelilingi mereka saat tertidur pun tak merontokkan tekadnya. Mereka kembali lagi, lagi dan lagi. Bersama dengan kawan-kawannya yang lain. Termasuk Mike Boyum yang awalnya menolak untuk ikut ke sana.
Pada 1974, mereka lantas mengurusi izin untuk membuat camp surfing di kawasan taman nasional tersebut. Walaupun jalur birokrasi perizinannya amat korup, Mike Boyum dengan telaten mengurusinya. Bahkan, ia merelakan jam tangan rolex-nya dijadikan sebagai barang untuk menyuap sang pejabat kala itu. Pada akhirnya, selang tiga tahun, izin itu keluar dengan nama Blambangan Surfing Club.
Dari sinilah, G-Land semakin tersohor di kalangan pesurfer. Paket untuk bisa datang kesana semakin diminati. Harga tinggi yang dipatok pun tak jadi soal. Petualangan Bob dan Boyum bersaudara itu pun bisa dikapitalisasi sebagai sumber pendapatan yang cukup besar. Sehingga lambat-laun mengundang para pemodal lain untuk membuka hal yang sama di tempat itu. G-Land pun berubah. Dari yang antah berantah menjadi jujukan pemburu ombak yang eksotis dari seluruh dunia.
(hse/iwd)