Akhir Perjuangan Reyvano Korban ke-134 Tragedi Kanjuruhan

Akhir Perjuangan Reyvano Korban ke-134 Tragedi Kanjuruhan

Tim DetikJatim - detikJatim
Sabtu, 22 Okt 2022 07:01 WIB
Reyvano Dwi Afriansyah, Korban Kanjuruhan Meninggal ke-134 Dimakamkan
Pemakaman Reyvano korban Tragedi Kanjuruhan (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang -

Kabar duka kembali menimpa dunia sepakbola Indonesia. Korban tewas Tragedi Kanjuruhan bertambah satu orang hingga menjadi 134 orang. Sebelum meninggal dunia, korban sempat dirawat selama 18 hari di rumah sakit.

Korban ke-134 yang meninggal pagi ini bernama Reyvano Dwi Afriansyah (17), warga Kebonsari, Malang. Ia mengembuskan napas pukul 06.45 WIB saat mendapatkan perawatan di ruang ICU Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Kota Malang.

Kabid Pelayanan Medik RSSA, dr I Wayan Agung mengatakan, Reyvano meninggal usai dirawat selama 18 hari. Sebelumnya, ia sempat dirawat di RS Hasta Husada Kepanjen, lalu dirujuk dalam kondisi kritis ke RSSA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mewakili RSSA dan manajemen mengucapkan sangat berduka atas kematian dek Revanno ini, dia sudah bersama-sama dengan kita 18 hari," kata dr Wayan di RSSA Kota Malang, Jumat (21/10/2022).

Wayan menambahkan, Reyvano masuk RSSA dalam kondisi kritis. Sejak awal, ia langsung masuk ke ICU dan dibantu ventilator. "Masuk di RSSA langsung ke ICU dalam kondisi napas yang tidak stabil," terang Wayan.

ADVERTISEMENT

"Kondisinya naik turun, naik turun sejak tiba di RSSA. Dan di sini kita beri ventilator," tambahnya.

Tak hanya itu, lanjut Wayan, sejumlah luka juga menambah kondisi Reyvano semakin hari bukan bertambah baik. "Ada luka di kepala, ada luka di tulang, tulang dada, kemudian cedera kepala," kata Wayan.

Namun, perjuangan Reyvano dalam bertahan hidup akhirnya pupus pada pagi ini. Wayan pun mewakili seluruh manajemen RSSA mengucapkan duka cita yang mendalam. "Kita terus berjuang bersama almarhum selama 18 hari tapi Allah menentukan kehendak lain, dipanggil pada hari ini. Jadi kami sangat berduka," tutur Wayan.

"Ada luka di kepala, ada luka di tulang, tulang dada, kemudian cedera kepala," kata dr Wayan di RSSA Kota Malang, Jumat (21/10/2022).

Isak tangis mengiringi pemakaman Reyvano Dwi Afriansyah (17), korban meninggal dunia ke-134 dalam Tragedi Kanjuruhan. Duka menyelimuti proses pemakaman yang diikuti puluhan petakziah. Warga Kebonsari, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang ini dimakamkan di TPU desa setempat.

Kedua orang tua korban Arif dan Yayuk ikut dalam proses pemakaman. Kesedihan mendalam tampak di raut wajah keduanya. Arif mengaku terakhir bertemu Reyvano ketika dirujuk ke RS dr Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang dari RS Hasta Husada, Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Minggu (2/10/2022) pagi.

Arif tak kuasa menahan sedih kala itu. Apalagi saat melihat putranya menjadi salah satu korban tragedi pascapertandingan Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10) malam.

Sebelum bertemu korban, Arif tak menaruh curiga saat putranya belum pulang dari Kanjuruhan. Ia menganggap anaknya terlambat pulang karena terjebak macet atau sedang nongkrong bersama temannya usai menonton pertandingan Arema FC.

"Dari awal pertandingan nggak pulang anak laki-laki saya, apa macet atau apa tak tunggu sampai jam 11 malam, jam 12 malam kok nggak pulang juga," ujar Arif.

Arif pun mengaku sempat kesulitan mencari keberadaan anaknya, sampai kemudian memutuskan membagikan foto, nama lengkap, dan ciri-ciri fisik Reyvano saat menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya.

"Ketemunya iya itu, setelah saya share-share foto dan nama lengkap anak saya. Baru kemudian jam 9an pagi ada kabar anak saya sudah di Hasta (RS Hasta Husada), akhirnya cari sana. Alhamdulillah akhirnya dikirim bareng ke RSSA sama Debora (korban lain) dia (Reyvano) nonton sama Debora itu," jelasnya.

Selama dari RS Hasta Husada Kepanjen hingga dipindahkan ke RSSA Malang, kondisi anaknya tak sadarkan diri. Selama perawatan di RSSA Malang, Arif mengaku sempat ada harapan hidup karena kondisi paru-paru Reyvano membaik. Namun, luka parah di kepala membuat kondisi anaknya kembali tak stabil.

"Cuma di kepala takutnya ada pendarahan benjol atau apa saya gak ngerti makanya diistirahatkan total. Dari fisik ada pembengkakan (di kepala), kalau saya dari dokter begini, yang tahu istri saya," tuturnya.

Kondisi itu lah yang membuat Arif dan istri sempat drop. Bahkan ibu korban sempat diminta Arif istirahat di kos kakak korban di daerah Mergan, Kota Malang. Arif sendiri sempat beberapa kali shock dan badannya gemetar saat melihat kondisi anaknya yang tak sadarkan diri.

Bahkan, beberapa kali ia mendapat panggilan dari rumah sakit untuk mendengar penjelasan tim medis, mengingat selama ini sang anak yang berada di ruang ICU tak bisa terus ditunggu. Hal ini membuat Arif dan istrinya mencoba menguatkan hati dan fisiknya, kendati sudah tak mampu lagi.

"Kalau ada panggilan dari rumah sakit, jer gemetar, yo gemetaran makanya tak tinggal setiap hari begitu, tadi malam ada panggilan jam 3 atau jam 4 pagi, biasanya nggak begitu. Permintaan kami usut tuntas, setuntas-tuntasnya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads