Akhir Perjalanan Reyvano Korban Tragedi Kanjuruhan Bertahan 18 Hari di ICU

Akhir Perjalanan Reyvano Korban Tragedi Kanjuruhan Bertahan 18 Hari di ICU

Tim detikJatim - detikJatim
Jumat, 21 Okt 2022 19:12 WIB
Pemakaman Reyvano, korban Tragedi Kanjuruhan
Pemakaman Reyvano, korban tewas Tragedi Kanjuruhan (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang -

Meninggalnya Reyvano Dwi Afriansyah (17) menambah daftar panjang korban tewas Tragedi Kanjuruhan. Saat ini, sudah ada 134 orang yang meninggal dunia akibat insiden memilukan ini. Reyvano tiada dengan meninggalkan duka bagi keluarga hingga aremania.

Sebelum meninggal dunia, Reyvano sempat dirawat selama 18 hari di rumah sakit. Ia mengembuskan napas pagi ini pukul 06.45 WIB saat mendapatkan perawatan di ruang ICU Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Kota Malang.

Kabid Pelayanan Medik RSSA, dr I Wayan Agung mengatakan, Reyvano meninggal usai dirawat selama 18 hari. Sebelumnya, ia sempat dirawat di RS Hasta Husada Kepanjen, lalu dirujuk dalam kondisi kritis ke RSSA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mewakili RSSA dan manajemen mengucapkan sangat berduka atas kematian dek Revanno ini, dia sudah bersama-sama dengan kita 18 hari," kata dr Wayan di RSSA Kota Malang, Jumat (21/10/2022).

Namun, perjuangan Reyvano dalam bertahan hidup akhirnya pupus pada pagi ini. Wayan pun mewakili seluruh manajemen RSSA mengucapkan duka cita yang mendalam.

ADVERTISEMENT

"Kita terus berjuang bersama almarhum selama 18 hari tapi Allah menentukan kehendak lain, dipanggil pada hari ini. Jadi kami sangat berduka," tambahnya.

Kondisi Reyvano pun naik turun. Bahkan sejak awal masuk RS, kondisi Reyvano sudah kritis. dr Wayan pun memaparkan sejumlah cedera yang dialami Reyvano. "Ada luka di kepala, ada luka di tulang, tulang dada, kemudian cedera kepala," kata dr Wayan.

Dari informasi yang dihimpun detikJatim, Reyvano menderita sejumlah penyakit. Mulai dari cedera otak berat, pembengkakan otak, patah tulang selangka, keracunan hingga gagal ginjal akut.

Jenazah Reyvano pun langsung dibawa keluarga ke rumah duka. Siangnya, Reyvano langsung dimakamkan. Duka menyelimuti pemakaman remaja 17 tahun ini.

Tak hanya isak tangis yang mengiringi pemakaman Reyvano. Namun, langit juga tampak berduka. Saat dimakamkan, mendung menggelayut di langit Kebonsari, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Keluarga hingga para petakziah memakamkan jasad Reyvano dalam kondisi langit yang teduh.

Pantauan detikJatim, kedua orang tua korban, Arif dan Yayuk ikut dalam proses pemakaman. Kesedihan mendalam tampak pada raut wajah keduanya.

Jenazah Reyvano pun telah selesai dimakamkan. Keluarga dan petakziah sudah kembali dari makam ke rumah duka. Setelah itu, tak berlangsung lama, langit langsung menangis. Hujan deras langsung tumpah, mengguyur kawasan tempat tinggal Reyvano.

Pengakuan menyayat hati ayah Reyvano. Baca di halaman selanjutnya!

Ayah korban, Arif Yuniarto (48) mengaku sempat mencari anaknya yang tak pulang. Bersama istrinya, Arif kemudian mendatangi RSUD Kanjuruhan, Kepanjen. Di sana ia banyak melihat jasad para korban. Arif dan istrinya merasa hancur dan lemas melihat hal itu.

Arif mengaku sempat kesulitan mencari keberadaan anaknya, sampai kemudian memutuskan membagikan foto, nama lengkap, dan ciri-ciri fisik Reyvano saat menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya.

"Ketemunya iya itu, setelah saya share-share foto dan nama lengkap anak saya. Baru kemudian jam 9an pagi ada kabar anak saya sudah di Hasta (RS Hasta Husada), akhirnya cari sana. Alhamdulillah akhirnya dikirim bareng ke RSSA sama Debora (korban lain) dia (Reyvano) nonton sama Debora itu," jelasnya.

Selama dari RS Hasta Husada Kepanjen hingga dipindahkan ke RSSA Malang, kondisi anaknya tak sadarkan diri. Selama perawatan di RSSA Malang, Arif mengaku sempat ada harapan hidup karena kondisi paru-paru Reyvano membaik. Namun, luka parah di kepala membuat kondisi anaknya kembali tak stabil.

"Cuma di kepala takutnya ada pendarahan benjol atau apa saya gak ngerti makanya diistirahatkan total. Dari fisik ada pembengkakan (di kepala), kalau saya dari dokter begini, yang tahu istri saya," tuturnya.

Kondisi itu lah yang membuat Arif dan istri sempat drop. Bahkan ibu korban sempat diminta Arif istirahat di kos kakak korban di daerah Mergan, Kota Malang. Arif sendiri sempat beberapa kali shock dan badannya gemetar saat melihat kondisi anaknya yang tak sadarkan diri.

Bahkan, beberapa kali ia mendapat panggilan dari rumah sakit untuk mendengar penjelasan tim medis, mengingat selama ini sang anak yang berada di ruang ICU tak bisa terus ditunggu. Hal ini membuat Arif dan istrinya mencoba menguatkan hati dan fisiknya, kendati sudah tak mampu lagi.

"Kalau ada panggilan dari rumah sakit, jer gemetar, yo gemetaran makanya tak tinggal setiap hari begitu, tadi malam ada panggilan jam 3 atau jam 4 pagi, biasanya nggak begitu. Permintaan kami usut tuntas, setuntas-tuntasnya," pungkasnya.

Sementara itu, Sutikno, perwakilan tim gabungan Aremania menuturkan, Reyvano mengalami koma sejak dirawat di ICU RSSA. Kondisinya tidak sadar hingga tak ada waktu bagi keluarga untuk mendampingi secara langsung selama perawatan.

"Yang jelas kondisi pasien di ICU mulai dari awal masuk hingga akhir seperti almarhum memang koma, tidak sadar. Keluarga hanya bisa menunggu, kalau ada perkembangan pasien dipanggil oleh dokter," terang Sutikno kepada wartawan usai pemakaman, Jumat (21/10/2022), siang.

Keluarga pun hanya bisa berdoa dan berpasrah pada Ilahi. Saban hari, mereka bertanya pada dokter, apakah anaknya besok masih hidup atau telah tiada.

Sutikno menyebut, sambil menangis, keluarga Reyvano selalu menanyakan hal yang sama pada dokter. Pertanyaan ini bukan tanpa alasan mengingat kondisi Reyvano yang kritis.

"Hanya ada dua pertanyaan, anakku besok mati atau hidup. Hanya itu, sambil menangis, hanya itu yang bisa ditanyakan setiap hari, setiap malam," ungkap Sutikno.

Reyvano merupakan pelajar kelas XII di SMK Negeri 4 Kota Malang. Ia menjadi korban ke-134 yang meninggal dunia usai dirawat selama 18 hari di ruang ICU RSSA.

Sebelumnya diberitakan, Tragedi Kanjuruhan pecah setelah laga Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya. Ratusan suporter berebut keluar usai aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun. Polisi telah menetapkan 6 tersangka atas tragedi tersebut.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)


Hide Ads