Reyvano Dwi Afriansyah (17) menjadi korban meninggal ke-134 dalam Tragedi Kanjuruhan. Keluarga tak menyangka Reyvano turut menjadi korban. Keluarga mengaku sempat panik mencari Reyvano yang saat itu tak kunjung pulang.
Jenazah Reyvano telah dimakamkan di TPU Dusun Kebonsari, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, siang tadi. Isak tangis dan duka mengiringi pemakamannya.
Ayah korban, Arif Yuniarto (48) mengaku terakhir bertemu Reyvano ketika dirujuk ke RS dr Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang dari RS Hasta Husada, Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Minggu (2/10/2022) pagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif tak kuasa menahan sedih kala itu. Apalagi saat melihat putranya menjadi salah satu korban tragedi pascapertandingan Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10) malam.
Sebelum bertemu korban, Arif tak menaruh curiga saat putranya belum pulang dari Kanjuruhan. Ia menganggap anaknya terlambat pulang karena terjebak macet atau sedang nongkrong bersama temannya usai menonton pertandingan Arema FC.
"Dari awal pertandingan nggak pulang anak laki-laki saya, apa macet atau apa tak tunggu sampai jam 11 malam, jam 12 malam kok nggak pulang juga," ujar Arif kepada wartawan usai pemakaman, Jumat (21/10/2022).
Lalu pada Minggu (2/10/2022) pagi, Sekretaris Desa Ngebruk berkeliling kampung untuk memberi pengumuman. Isinya, bagi warga yang memiliki keluarga yang belum pulang dari menonton sepakbola di Kanjuruhan agar segera mendatangi rumah sakit.
Mendengar itu, Arif bergegas menghampiri sekretaris desa dan menanyakan keberadaan anaknya. Lalu kemudian, Arif diminta mencari Reyvano di Stadion Kanjuruhan Malang, karena pertandingan berakhir ricuh.
"Langsung saya masuk rumah ada kabar, ibu sampaikan yang meninggal banyak, panik aku, lah mau tanya siapa, tetangga-tetangga di sini nggak bisa masuk (stadion), nggak bisa masuk (rumah sakit)," katanya.
Bersama istrinya, Arif kemudian mendatangi RSUD Kanjuruhan, Kepanjen. Di sana ia banyak melihat jasad para korban. Arif dan istrinya merasa hancur dan lemas melihat hal itu.
Tubuh Arif gemetar tiap mendengar kondisi Reyvano yang terus menurun. Baca di halaman selanjutnya!
Arif pun mengaku sempat kesulitan mencari keberadaan anaknya, sampai kemudian memutuskan membagikan foto, nama lengkap, dan ciri-ciri fisik Reyvano saat menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya.
"Ketemunya iya itu, setelah saya share-share foto dan nama lengkap anak saya. Baru kemudian jam 9an pagi ada kabar anak saya sudah di Hasta (RS Hasta Husada), akhirnya cari sana. Alhamdulillah akhirnya dikirim bareng ke RSSA sama Debora (korban lain) dia (Reyvano) nonton sama Debora itu," jelasnya.
Selama dari RS Hasta Husada Kepanjen hingga dipindahkan ke RSSA Malang, kondisi anaknya tak sadarkan diri. Selama perawatan di RSSA Malang, Arif mengaku sempat ada harapan hidup karena kondisi paru-paru Reyvano membaik. Namun, luka parah di kepala membuat kondisi anaknya kembali tak stabil.
"Cuma di kepala takutnya ada pendarahan benjol atau apa saya gak ngerti makanya diistirahatkan total. Dari fisik ada pembengkakan (di kepala), kalau saya dari dokter begini, yang tahu istri saya," tuturnya.
Kondisi itu lah yang membuat Arif dan istri sempat drop. Bahkan ibu korban sempat diminta Arif istirahat di kos kakak korban di daerah Mergan, Kota Malang. Arif sendiri sempat beberapa kali shock dan badannya gemetar saat melihat kondisi anaknya yang tak sadarkan diri.
Bahkan, beberapa kali ia mendapat panggilan dari rumah sakit untuk mendengar penjelasan tim medis, mengingat selama ini sang anak yang berada di ruang ICU tak bisa terus ditunggu. Hal ini membuat Arif dan istrinya mencoba menguatkan hati dan fisiknya, kendati sudah tak mampu lagi.
"Kalau ada panggilan dari rumah sakit, jer gemetar, yo gemetaran makanya tak tinggal setiap hari begitu, tadi malam ada panggilan jam 3 atau jam 4 pagi, biasanya nggak begitu. Permintaan kami usut tuntas, setuntas-tuntasnya," pungkasnya.
Reyvano merupakan pelajar kelas XII di SMK Negeri 4 Kota Malang. Ia menjadi korban ke-134 yang meninggal dunia usai dirawat selama 18 hari di ruang ICU RSSA.
Sebelumnya diberitakan, Tragedi Kanjuruhan pecah setelah laga Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya. Ratusan suporter berebut keluar usai aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun. Polisi telah menetapkan 6 tersangka atas tragedi tersebut.