Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA) turut soroti Tragedi Kanjuruhan Malang. Pihaknya menyebut sudah 17 anak meninggal dunia pada tragedi ini.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KPPPA, Nahar mengatakan sedikitnya 17 anak yang meninggal dan 7 anak mengalami luka-luka hingga saat ini. Data tersebut kemungkinan bisa bertambah.
"Data yang masuk, 17 anak meninggal dan 7 dirawat, tapi kemungkinan bisa bertambah," kata Nahar dilansir dari detikNews, Minggu (2/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu pihaknya mengimbau keluarga yang kehilangan anak-anaknya dalam peristiwa itu agar melapor.
"Diimbau yang kehilangan anggota keluarganya, termasuk anak-anak yang menonton atau ada di sekitar tempat kejadian agar melapor dan menginformasikan data anak atau keluarganya yang hilang," papar Nahar.
Menurut Nahar, masih ada beberapa anak yang menjadi korban insiden berdarah itu belum diketahui identitasnya. Anak-anak yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut kebanyakan berusia antara 12 tahun hingga 17 tahun.
"Kami terus memastikan data berapa anak yang meninggal, yang luka dan perlu perawatan fisik dan psikis lanjutan," katanya.
Sebelumnya, tragedi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan menyebabkan 174 orang meninggal dunia. Total ada 11 orang luka berat. Selain itu, ada 298 orang lainnya luka ringan.
Tragedi Kanjuruhan ini menjadi kabar duka bagi dunia sepakbola Tanah Air. Selain itu, ada seratusan warga yang juga masih dalam perawatan.
Kericuhan bermula saat para suporter menyerbu lapangan usai timnya kalah melawan Persebaya. Banyaknya suporter yang menyerbu lapangan direspons polisi dengan menghalau dan menembakkan gas air mata. Gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun. Tembakan gas air mata tersebut membuat para suporter panik, berlarian, dan terinjak-injak.
(hse/fat)