Di tengah gemerlapnya industri kuliner saat ini, ternyata ada sebuah kisah sukses yang muncul dari perjuangan seorang pemula yang berani merintis bisnis dengan inovasi yang memukau. Namanya Atrica Choirun Nisa (31), wanita asal Sidoarjo yang dengan keberanian dan kreativitasnya mengubah pandangan masyarakat tentang nilai dari sebuah tumpeng.
Sejak tahun 2019, Nisa, sapaan akrabnya, merintis usaha kuliner dengan nama 'Omah Tuna', yang menawarkan tumpeng berukuran besar dengan tinggi lebih dari satu meter. Tumpeng jumbo ini pernah dihargai seharga motor atau mencapai puluhan juta rupiah.
Tumpeng yang selama ini menjadi hidangan tradisional Indonesia, kerap disajikan dalam acara-acara spesial sebagai simbol keberuntungan, kebahagiaan, dan keberhasilan. Tumpeng menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi di tangan perempuan kelahiran 9 April 1992 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nisa mengungkapkan, bisnis kuliner ini berawal dari keresahan dirinya saat datang ke sebuah pesta pernikahan. Saat itu, Nisa menilai kue pesta pernikahan yang cenderung dibuat dengan penataan lebar dan tinggi, mendorongnya untuk berinisiatif membuat tumpeng dengan ukuran yang sama.
"Aku lihat kue pesta pernikahan di hotel kan tinggi-tinggi, aku bilang yakin aku bisa buat seperti itu tapi dengan tumpeng," ungkap Nisa kepada detikJatim, Senin (27/11/2023).
Sementara itu, Nisa mengaku respons dari berbagai kalangan masyarakat terhadap tumpeng jumbo ini sungguh luar biasa. Terutama, tumpeng ini kerap dipesan oleh para pejabat.
Bagaimana tidak, banyak acara spesial seperti ulang tahun, pernikahan, dan perayaan lainnya yang kini kerap memesan tumpeng jumbo hasil karya miliknya itu untuk menjadi atraksi utama dalam acara-acara mereka.
"Pernah juga kita dapat pesanan tumpeng untuk Gubernur Jatim Bu Khofifah yang tingginya dua meter dengan tingkat-tingkat. Harganya itu Rp 20 juta. Mungkin yang dicari keunikannya dan belum banyak yang bikin tinggi seperti itu," tuturnya.
![]() |
Keberanian Nisa untuk menetapkan harga tumpeng setara dengan harga motor ini bukanlah tanpa alasan. Baginya, ini adalah cara untuk mengubah paradigma masyarakat tentang keunikan dan nilai karya seni kuliner yang sering dianggap sebelah mata.
"Kan perlu proses panjang juga ya, kemarin itu tinggi nya bahkan sampai 2 meter, lebar 1.5 meter, dan ada tambahan hiasan 2.000 bunga mawar segar, kalau ditotal dengan tambahan pesanan tumpeng kecil-kecilnya itu bisa 40 juta an," beber Nisa.
Tak hanya itu, Nisa menceritakan, dalam proses pembuatan tumpeng berukuran jumbo ini juga membutuhkan persiapan yang teliti dan tim kerja yang terampil.
"Penataannya makan waktu 10 jam, dibantu 20 karyawan," imbuhnya.
Tidak hanya soal rasa, tumpeng jumbo ini juga menjadi daya tarik visual yang luar biasa. Dihiasi dengan beragam hidangan tradisional yang disusun dengan indah di sekitar tumpeng, menciptakan panorama warna dan tekstur yang memukau.
Mulai dari daging sapi, ayam, tongkol, kakap hingga burung dara. Aneka sayur seperti urap-urap dan acar. Pilihan nasi kuning, nasi jagung, liwet hingga kebuli tampil di satu tumpeng. Penambahan buah ukir dan bunga mempercantik tampilan tumpeng.
"Ada juga yang minta nasinya ngepola dulu di kertas, kemudian dibikin di cetakan yang saya buat sendiri, ngelas sendiri," ungkapnya.
![]() |
Saat ini, pesanan tumpeng mulai dari satu meter, 1,7 meter hingga dua meter mulai menarik peminat pembeli. Tidak hanya area Sidoarjo dan Surabaya saja, bahkan tumpeng ini dikirim hingga ke Ponorogo, Nganjuk, dan Pacitan.
Kesuksesan Nisa merintis usaha kuliner tumpeng ini bukan hanya karena ukurannya yang besar, tetapi juga karena inovasi dan dedikasinya dalam mempertahankan kualitas serta keaslian cita rasa tradisional.
"Tidak hanya tampilan tapi juga enak. Dari nasi kotak aku mulai belajar masak, bikin nasi yang dibentuk tematik gambarnya sampai bikin tumpeng," pungkasnya.
(hil/dte)