Eksis Sejak 1948, Mi Panjang Umur Pertahankan Resep Tradisi

Eksis Sejak 1948, Mi Panjang Umur Pertahankan Resep Tradisi

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 18 Jan 2023 08:52 WIB
Mie panjang umur Surabaya
Jeffry Sutrisno, generasi ketiga penerus produksi Mie Sua Surabaya (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Mi panjang umur cap Mi Sua merupakan produk yang paling banyak dicari menjelang perayaan Imlek. Ini karena kepercayaan warga Tionghoa bahwa menyantapnya bisa memperlancar rezeki dan menambah kebahagiaan.

Jefrry Sutrisno, produsen Mi Sua menyebut produksi mie panjang umur miliknya telah berdiri sejak tahun 1948. Usaha ini dirintis oleh neneknya. Sedangkan ia merupakan generasi ketiga yang mewarisinya.

"Sejak 1948 sudah ada, saya ini di generasi ke-3, yang memulai dulu adalah nenek saya, saya belum lahir dan saat itu masih belum ada rumah penduduk," kata Jeffry kepada detikJatim, Rabu (18/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum dirinya, Mi Sua sempat dijalankan oleh kakaknya pada 2005 atau generasi kedua. Lalu, ia diberi amanah untuk meneruskan bisnis dan produksi. Tepatnya, pada 2015 silam.

Selama itu pula, lanjut Jeffry, proses, SDM atau pekerja, sampai ragam tradisi di dalamnya tak pernah ia ubah. Bahkan, untuk jenis dan cara menekuk Mi Sua pun sesuai dengan ciri khas neneknya yang disebut berasal dari China.

ADVERTISEMENT
Mie panjang umur SurabayaMie panjang umur Surabaya/ Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim

"Kami mempertahankan tekukan mi yang kata nenek saya sesuai dengan mi sua asal Fusheng, Zhejiang, China. Itu juga jadi salah satu karakter kami," ungkap pemilik PT Marga Mulya itu.

Meski begitu, Jeffry menegaskan tak ada resep khusus atau rahasia yang dimiliki. Ia mengaku, bahan dan cara pengolahan masih mempertahankan ciri khas dari neneknya.

Untuk itu, ia enggan mengubah tradisi demi menuruti permintaan pasar. Ia mengaku lebih mengutamakan kualitas, tradisi dan resep mie sua.

"Resep kami kan sejak zaman nenek, makanya kita pertahankan kualitas barang dan betul-betul kita jaga, pakai cara tradisional, kualitas dengan menggunakan teknologi pasti beda, teknologi untuk kejar produk yang lebih banyak," jelasnya.

Hingga kini, dia masih mempekerjakan dan mempertahankan 25 karyawannya di pabrik seluas 3.000 meter itu. Ia mengaku sudah tidak bisa terlalu banyak menerima permintaan pasar.

Terlebih dalam produksinya, kerap mengandalkan cuaca atau terik matahari.




(abq/fat)


Hide Ads